Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 18 - 1
Mo Mo sontak lari ke pelukan Wei Yi begitu melihat Wei Yi. Sinis melihat Wei Yi ternyata benar-benar datang menjemput Mo Mo, Zhi Cun langsung berjalan melewati mereka sambil bergumam nyinyir.
Mo Mo dengan riang tanya apakah Wei Yi akan terus menjemputnya di masa mendatang? Bagaimana kalau dia lembur? Bagaimana jika terjadi hujan badai, banjir, atau angin topan?
Wei Yi berkata kalau dia akan tetap menjemput Mo Mo apapun situasinya, tapi dia menjawab dengan muka manyun. Mo Mo bingung, dia kenapa?
"Apa rekanmu sangat dekat denganmu?" Tanya Wei Yi.
Mo Mo bingung siapa yang dia maksud, "Xu Jie Er?"
"Cowok yang matanya kena tonjok itu."
Oh, Zhi Cun. Itu sih cuma makeup, dia kan bintang iklan. Dan mengenai pertanyaan Wei Yi, Mo Mo dengan sengaja mengungkit-ungkit kalau dia pernah makan siang bersama Zhi Cun. Wei Yi cemburu. Mereka makan apa? Mie becikot?
"Aku makan itu hanya denganmu seorang! Dasar pencemburu~~~" Mo Mo gemas mencubit pipinya.
Wei Yi dengan cepat menarik tangannya lalu memberinya kecupan manis di pipi. Mo Mo bahagia, dia jadi ingin makan mie bekicot.
"Nggak mau, bau!"
"Nggak bau!"
Dan setibanya di rumah, malah Wei Yi sendiri yang membuatkan mie bekicot untuk Mo Mo. Sedangkan untuk dirinya sendiri, Wei Yi membuat mie instan biasa.
"Itu nggak sehat." Komentar Mo Mo.
"Itu juga nggak sehat."
"Kalau ibuku melihat kita, dia pasti akan membunuh kita."
"Dia mengundangku untuk mengunjungi kampung halamanmu."
"Kalian selalu ngobrol yah? Ngomongin apa?"
Ibu Mo Mo biasanya menanyainya tentang permainan mahjong dan Wei Yi mengajarinya tentang logika probabilitas dan kombinasi.
Mereka akhirnya mulai makan, tapi Mo Mo lama-lama heran melihat Wei Yi santai-santai saja. Wei Yi kan biasanya tidak suka bau mie bekicot?
"Aku sudah terbiasa."
Mo Mo senang. Kalau Wei Yi sudah terbiasa, bagaimana kalau dia mencoba memakan mie bekicot ini? Enak banget loh biarpun bau. Kalau itu, Wei Yi jelas tidak mau. Mo Mo makan aja sendiri.
Usai makan mie, mereka nge-teh bersama di balkon. Mo Mo perhatikan, Wei Yi suka sekali minum teh tiap hari. Wei Yi membenarkan, karena ayahnya adalah pencinta teh. Makanya dia sudah terbiasa minum teh sejak kecil.
Ayahnya bekerja dalam bidang restorasi artefak. Waktu kecil, Wei Yi sering mengunjungi tempat kerja ayahnya. Sering kali dia melihat ayahnya bekerja tanpa bicara sedikitpun dan tidak mengizinkannya bicara juga.
"Pantas saja ibumu komplain padaku kalau ayahmu membuatmu jadi aneh."
"Aku kelihatan aneh?"
"Iya. Tapi baik. Apa ayahmu mengajarimu cara memperbaiki porselen?"
"Aku bisa mengerjakan yang simple."
"Seharusnya kusuruh kau untuk memperbaiki mug-ku saja. Kalau kau melihat barang antik, apa kau bisa menebak perkiraan harganya?"
"Tidak. Tapi aku bisa memperkirakan dinastinya."
Mo Mo punya ide. Bagaimana kalau mereka pergi ke museum dan menebak umur barang-barang antik waktu libur musim dingin nanti? Dia dikasih libur loh nanti.
"Apa kau akan pulang kampung?"
"Tentu saja, aku harus pulang untuk merayakan tahun baru."
Wei Yi sedih mendengarnya, kapan Mo Mo akan pulang. Mo Mo berkata kalau dia akan pulang kampung begitu liburan mulai, ibunya mendesaknya untuk pulang. Bagaimana dengan Wei Yi, apa dia juga akan pulang kampung?
"Kau akan pulang, lalu untuk apa aku tetap di sini?"
"Kalau begitu, aku akan pulang lebih lambat dan kembali lebih cepat deh."
"Seberapa lama lebih lambat dan lebih cepat itu?"
Akhirnya tibalah saatnya mereka berpisah untuk pulang ke kampung halaman masing-masing sesuai jadwal. Mo Mo mengantarkan Wei Yi ke bandara tapi Wei Yi masih saja manyun.
Mo Mo sontak protes tak suka melihat ekspresinya, dia memang sudah janji akan pulang lebih lambat, tapi ibunya terus mendesaknya untuk pulang lebih cepat. Dia janji akan pulang cepat kok, sungguh!
"Seberapa cepat?"
"Setelah tahun baru. Begitu orang-orang menyalakan kembang api dan sebelum itu selesai, aku akan angkat koperku keluar dari rumah."
Wei Yi masih dingin menanggapinya. Tapi begitu melihat wajah sedih Mo Mo, dia akhirnya luluh. Wei Yi pamit duluan dan Mo Mo cuma bisa melihatnya dengan sedih.
Dia sendiri sudah mau berbalik pergi, tapi sedetik kemudian, dia mendadak berbalik kembali lalu melemparkan ci~man dan cintanya ke Wei Yi dengan heboh bin lebay yang jelas saja membuat Wei Yi jadi malu, tapi diam-diam dia senang juga sih. Hehe.
Saat dia sudah naik bis, dia langsung menelepon dan melapor ke Wei Yi. Tapi saat itu juga, dia mendengar pramugari menyuruh Wei Yi untuk mematikan ponsel sehingga terpaksa Wei Yi harus menyudahi percakapan mereka dan meminta Mo Mo menghubunginya kalau Mo Mo sudah sampai rumah.
Mo Mo sudah sampai rumah dan langsung nge-chat Wei Yi. Tapi sepertinya Wei Yi belum sampai rumah karena chat-nya tak kunjung dibalas.
Tiba-tiba adiknya Mo Mo masuk untuk memanggilnya keluar dan makan malam. Ibu memasak banyak banget makanan kesukaan Mo Mo.
"Apa kita perlu menunggu kakak?" Tanya Mo Mo.
"Kau tidak tahu? Dia pergi liburan ke Thailand. Dia tidak akan pulang untuk tahun baru. Ayah sangat marah."
"Dia menjalani hidupnya dengan bebas."
Wei Yi baru membaca chat Mo Mo itu dalam perjalanan bersama kedua orang tuanya. Dia langsung membalasnya dan mengaku kalau dia mau makan malam bersama orang tuanya.
Mo Mo menerima chat-nya saat dia sendiri sedang makan malam bersama seluruh keluarganya. Dia langsung keasyikan membalas chat-nya Wei Yi dan memotret menu makan malam keluarganya.
Kedua orang tua Mo Mo jadi penasaran melihatnya senyam-senyum gaje dengan ponselnya. Ibu langsung main kode-kodean dengan Ayah dan Ayah langsung mencondongkan dirinya, berusaha mengintip ponselnya Mo Mo, tapi Mo Mo mengetahui niatannya dan langsung mengonfrontasinya lalu mundur menjauhi Ayah.
Ibu Wei Yi antusias tanya Wei Yi mau makan malam apa, tapi Wei Yi cuek menjawab apa saja boleh. Ayah malah tiba-tiba menawari Wei Yi untuk datang ke tempat kerjanya, soalnya ayah punya sebuah guci antik yang pecah.
Ibu sontak protes tak setuju, ia ingin mereka makan malam bersma saja. Tapi Wei Yi malah menerima tawaran Ayah.
Jadilah mereka akhirnya makan malam di tempat kerja Ayah. Ibu ingin mereka makan malam dulu, tapi kedua pria itu malah lebih antusias ingin memperbaiki gucinya. Wei Yi bahkan menyuruh Ibu untuk makan duluan saja.
Gregetan, Ibu langsung memanggil Ayah yang jelas merupakan sebuah peringatan. Ayah akhirnya menurut dan mengajak Wei Yi makan dulu.
Ibu akhirnya senang. Makan tepat waktu itu lebih baik untuk kesehatan, sebaiknya Wei Yi jangan mencontoh Ayah yang cuma peduli dengan pekerjaannya saja.
"Ibu berpikir seandainya suatu hari nanti akan ada seseorang yang bisa menjagamu..."
"Cukup!" Bentak Ayah yang tidak setuju jika Wei Yi memikirkan jatuh cinta atau menikah di usia muda. Menurut Ayah akan jauh lebih baik jika mereka memikirkan ambisi, kebahagiaan, dan tujuan hidup putra mereka ini.
"Sudah, cukup!" Ibu mulai kesal. Ini kan makan malam keluarga, tidak usah membicarakan masalah filosofi di saat seperti ini. Ujung-ujungnya mereka jadi ribut sendiri dan Wei Yi santai saja memanfaatkan saat itu untuk mengecek ponselnya.
Selama beberapa waktu berikutnya, Ayah dan Wei Yi sibuk memperbaiki guci antik pecah itu bersama. Pada saat yang bersamaan, Mo Mo sendiri sedang sibuk membuat poster iklan dan proposalnya.
Guci antik pecah itu akhirnya kembali utuh sempurna seperti sedia kala. Puas, Ayah dan Wei Yi tiba-tiba kompak melakukan segala hal dengan seirama. Mulai dari melepas masker, melepas sarung tangan hingga menghela napas lega secara berbarengan. (Hehe, benar-benar ayah dan anak) Mereka benar-benar puas dengan hasilnya dan Wei Yi langsung mengucap selamat untuk Ayah.
Pada saat yang bersamaan, Mo Mo juga baru selesai mengerjakan poster iklannya dan langsung menghempaskan dirinya yang sudah lelah ke kasur.
Tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Wei Yi menghubunginya via video call. Waduh, gawat! Mo Mo kan belum mandi. Akhirnya dia berinisiatif menutup kameranya dengan alasan kalau dia lagi sangat cantik dan s~~si yang mungkin bisa membuat layar ponselnya Wei Yi retak. Dia lagi pakai baju tidur yang se~~~i loh.
Tapi tiba-tiba saja Ibu Mo Mo masuk dan langsung ngomel-ngomel mengkritiki celana yang Mo Mo pakai seminggu dan belum dicuci. Wkwkwk! Malunya. Wei Yi ketawa geli mendengarnya.
Tanpa Mo Mo, sekarang Wei Yi bisa makan udang sepuas hati sampai Ayah harus mengomelinya untuk tidak kebanyakan makan udang. Ibu sontak prots tak setuju, sekarang tahun baru, biarkan saja Wei Yi makan sepuas hati.
"Eh, katanya kau alergi udang waktu terakhir kali kita makan malam bersama Si Tu?"
"Siapa Si Tu?" Tanya Ayah.
"Putrinya temanku... dia tinggal bersama Xiao Yi sekarang."
"APA?! Xiao Yi tinggal bersama seorang gadis? Kenapa aku tidak tahu?"
Soalnya Ayah sibuk terus dengan berbagai macam guci-guci, botol-botol dan lain sebagaiya. Makanya dia tidak tahu. Ayah sontak membanting mangkoknya dengan marah, tak setuju kalau Wei Yi tinggal bersama seorang gadis. Pria dan wanita tinggal bersama, itu bisa menyebabkan fitnah!
Ibu tak terima Ayah memarahi putra mereka pada saat seperti ini. Lagian mereka bukan tinggal bersama semacam itu, mereka cuma berbagi rumah. Lagian Mo Mo itu sangat baik, cantik, dan manis.
Ayah tetap tak setuju. Tak peduli sebaik apa gadis itu, itu tidak ada hubungannya dengan Wei Yi. Gadis itu kan bukan pacarnya Wei Yi. Mereka tidak saling mencintai.
"Iya." Sela Wei Yi.
Ayah salah paham mengira yang Wei Yi maksud 'iya' adalah Wei Yi membenarkan kalau mereka memang tidak saling mencintai. Tapi Ibu merasa tidak begitu maksudnya. Iu justru merasa kalau 'iya' yang Wei Yi maksud adalah dia dan Mo Mo sudah...
"Kami sudah saling mencintai," tegas Wei Yi. Ayah shock, tapi Ibu senang.
Bersambung ke part 2
2 Comments
Walaupun sudah menonton drama ini sampai habis tetap aja aku nunggu recapnya Mbak Ima ini.... Tiap hari ngintip blognya hanya untuk ngecek apa update an terbaru udah keluar... Thanks y Mbak udah buat recapnya.... Ditunggu ampe selesai y...
ReplyDeleteLanjut kk🌹🌹
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam