Sinopsis Leh Nangfah Episode 21 - 1

Sinopsis Leh Nangfah Episode 21 - 1


Mumpung Tee belum bangun, Beauty sepelan mungkin mengambil bantal dan koran untuk menutupi dirinya lalu mengendap-endap ke lemarinya Tee dan mencuri kemeja dan calananya.

Tapi tepat saat itu juga, Tee terbangun dan langsung menuju ke kamar mandi. Panik, Beauty langsung ngumpet di pojok lemari.

Untunglah Tee tidak melihatnya dan santai saja melepas semua pakaiannya. Wkwkwk. Beauty sontak panas dingin dan cepat-cepat menutup mata rapat-rapat dan membungkam mulutnya saking shock-nya melihat pemandangan itu.


Dia punya kesempatan menyelinap keluar dari sana saat Tee lagi sikat gigi sambil merem. Tapi baru keluar ke balkon, tiba-tiba dia tersandung kursi dan terjatuh.

Tee jelas bingung mendengar suara berisik di luar dan langsung mengecek keadaan. Tapi untunglah dia tidak melihat Beauty yang lagi ngumpet lalu masuk lagi.

Beauty cepat-cepat melompat turun dari balkon dan tentu saja suara pendaratannya terdengar oleh Tee. Bingung, Tee langsung melongok dari atas balkonnya. Tapi tetap tidak melihat siapapun atau apapun.

Seua lewat di belakangnya Beauty yang lagi ngumpet di balik tiang, tapi dia sama sekali tidak mengenali Beauty. Tee akhirnya balik ke kamarnya dengan kebingungan.

"Hampir saja. Kenapa aku terlambat bangun tadi?"

"Bangun terlambat? Wah, tuanku menyembunyikan wanita di dalam rumah. Memalukan. Ibunya tuan pasti akan mendengar tentang ini."


Saat Pat masuk kantor, dia melihat Piwara sedang menggunakan laptopnya. Piwara beralasan kalau dia cuma sedang menerima invoice dan menyiapkan pengiriman barang. Dia menggunakan laptopnya Pat biar bisa selesai tepat waktu.

Saat Kratua datang tak lama kemudian, Pat dengan senang hati memberitahu mereka bahwa berdasarkan informasi dari Tee, Grace menyuruh mereka untuk berkompetisi dengan Jade Garment. Tetapi, Beauty harus bekerja sendirian membuat 10 sketsa dalam waktu 3 hari.

Pat bertekad mau membahas masalah ini dalam rapat dewan, biar mereka tidak asal menerima orang semacam Beauty jadi presiden.


Para pembantu jelas kaget dan kebingungan melihat Beauty pulang dalam keadaan seperti itu. Dia bahkan tidak bawa uang untuk bayar taksi dan menyuruh Pon membayarkannya untuknya.

"Nona, apa anda naik taksi dengan pakaian seperti ini?" Heran Bibi Jan

"Err... ini... trend terbaru. Semua orang pakai seperti ini. Bagaimana? Cantik, kan? Somcheng, apa kau mau memakai seperti ini juga?"

"Ti-tidak. Saya tidak akan secantik anda jika saya memakainya."

Beauty memberitahu kalau dia akan bekerja di rumah hari ini, jadi tolong siapkan meja di taman untuknya.


Anak buahnya Jade menunjukkan banyak sekali sketsa design terbaru. Mereka yakin sekali dengan semua design yang beragam ini, mereka pasti akan tampil di majalah Dazz. Jade memerintahkan mereka untuk memilih 20 design terbaik.


Saat Beauty sibuk men-design, Bibi Jan datang dengan membawakan sebuah kotak berisi sebuah gaun kecil putih yang cantik. Gaun itu ternyata baju terakhir yang dibuat sendiri oleh mendiang Ibunya Beauty.

Bibi Jan memberikannya untuk menyemangati Beauty. Yang spesial, gaun itu cantik luar dan dalam. Bahkan jahitannya pun dikerjakan dengan sangat rapi.

"Ibu nona benar-benar men-design-nya demi cintanya pada nona." Ujar Bibi Jan. Design dengan cinta? Beauty langsung mendapatkan ide untuk design rancangannya.


Lalita melamun dengan senyum lebar, membayangkan Beauty kecil memakai gaun itu. Dia terlihat seperti malaikat kecil. Tapi Dewi mengingatkannya untuk tidak mengenang masa lalu lagi. Fokus saja pada masa kini.

"Jika dia gagal, dia akan bersedih sepanjang sisa hidupnya."

"Tolong izinkan saya untuk membantunya sedikit."

"Kau sudah melakukannya. Sebagai seorang ibu, kau sudah memberinya kecerdasan, kemampuan dan pilihan. Sekarang segalanya tergantung padaya sendiri untuk memilih mana yang terbaik untuknya."

Lalita akhirnya hanya bisa memberikan doa agar Beauty memiliki kekuatan dan semangat agar dia bisa berhasil.


Tanpa mengetahui doa ibunya, Beauty memeluk gaun kecil sembari memohon pada mendiang ibunya dan ayahnya untuk memberinya berkah dan membantu Thanabavorn.

Mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya dia men-design. Karena itulah dia memohon agar mereka membantunya dan jangan membiarkannya menghancurkan reputasi perusahaan. Dengan semangat baru, Beauty mulai kembali fokus pada design-nya.


Tee datang tak lama kemudian dan langsung terpesona melihat Beauty serius bekerja. Dia datang membawakan makan siang sehat untuknya dan Beauty sontak memalingkan muka dengan canggung sambil pura-pura sedang meneliti gaunnya.

Tee geli melihat reaksinya. "Hei, aku datang kemari cuma untuk menyemangatimu. Dan maaf kalau aku mengganggumu."

"Nggak! Nggak kok! Hanya saja, otakku baru bisa bekerja dengan baik, makanya aku cuma sedang berkonsentrasi."

"Makanlah. Bukankah ini kesukaanmu? Makanan sehat? Aku membelinya dari tempat kesukaanmu. Jangan bekerja terlalu keras sampai tidak makan apapun. Jika tidak, kau pasti akan pingsan lagi."


Beauty tersentuh dengan perhatiannya sampai jadi canggung sendiri dan cepat-cepat mengalihkan topik ke hasil design-nya. 

Tapi Tee menolak melihat sketsanya. Nanti saja akan dia lihat setelah Beauty selesai. Sekarang ini dia tidak mau mengganggu imaginasinya Beauty.

"Kau yakin?"

"Aku yakin saat kau punya tekad, kau pasti bisa melakukannya dengan baik."

Malu, Beauty berusaha menghindar dengan alasan mau menata makanan itu di piring. Tapi Tee mencegahnya dengan cepat, suruh saja para pelayan yang melakukannya. Berusaha memecahkan kecanggungan, Tee meminta maaf karena sudah salah paham pada Beauty dalam masalah Grace.

"Aku kan sudah bilang, tapi kau tidak pernah mempercayaiku. Lain kali cobalah lebih percaya padaku. Tapi tidak masalah karena kau sudah membantuku mencarikan video itu sebagai bukti. Jadi kita seri."


Mereka lalu berjanji jari kelingking untuk tidak saling marahan lagi sama seperti saat mereka kecil dulu.

"Terima kasih karena kau telah melakukan segalanya demi Thanabavorn."

"Aku mencintai Thanabavorn sama sepertimu."

Mereka larut dalam momen kedekatan mereka selama beberapa saat sebelum kemudian Beauty cepat-cepat menjauh dan menyuruh Tee balik ke kantor... biar dia bisa cepat menyelesaikan design-nya.

Baiklah. Tee akan kembali nanti malam untuk melihat hasilnya. Beauty tidak mau, dia tidak perlu datang. Dia kerja cuma sampai jam 5.

Tee jadi salah paham mengira Beauty masih mau berpesta di saat seperti ini. Bagaimana bisa dia menyelesaikan pekerjaannya kalau begini?

"Jangan khawatir. Gampang kok, lihat saja. Pergilah sekarang. Pergi! Dadah!"


Tee akhirnya pergi setelah menyemangatinya dan tersenyum manis padanya. Beauty menggerutu menuduh Tee suka mengganggunya, padahal senyumnya lebar banget. Heee.


Jade datang lagi mengunjungi Orn di toko bunganya dengan membawa sekeranjang buah sebagai hadiah terima kasih karena mereka memberinya kesempatan untuk menunjukkan design-nya pada Grace.

Orn kesal banget melihatnya, tapi Mami menyambutnya dengan hangat dan menyuruh Orn untuk menerima hadiahnya Jade. Orn tidak mau, kan bukan dia yang berjasa, Papanya lah yang mengurus segalanya.

"Saya mengerti. Khun Orn pasti lebih memihak Thanabavorn daripada saya."

Orn membenarkannya dengan senyum. Tapi Mami menyangkalnya, mereka netral kok. Mereka akan memberi ucapan selamat pada siapapun yang terpilih. Jade lalu mengajak mereka makan siang bareng.

Mami langsung setuju. Orn tidak mau, Mami makan berdua saja sama Jade, dia tidak lapar. Tapi Mami tidak membiarkannya pergi dan bersikeras memaksa Orn untuk menemani mereka.


Beauty masih fokus dengan design-nya saat Bibi Jan dan Seenuan datang membawakan makanan untuknya. Beauty menolak makan karena ingin fokus bekerja sepenuhnya.

"Tapi Khun Teepob menelepon dan menyuruh nona makan tepat waktu. Saya rasa, Khun Teepob mengkhawatirkan nona." Ujar Seenuan

Beauty langsung menggerutu sebal dan mengklaim kalau Tee bukan mengkhawatirkannya. Tee cuma takut pekerjaannya tidak selesai tepat waktu... Tapi ujung-ujungnya dia nurut juga dan mulai makan sambil senyam-senyum.

Tapi dia bersikeras kalau dia makan bukan karena menuruti perintah Tee. Dia makan hanya supaya mereka tidak mempermasalahkan masalah makan lagi dan dia bisa kembali bekerja.


Selesai makan dan Jade pergi sebentar untuk bayar bill, Mami langsung mengomeli Orn karena bermuka jutek terus sedari tadi. Mami dan Papa kan selalu mengajari Orn untuk memilih yang terbaik.

Orn bersikeras kalau Jade tidak serius terhadapnya. Dia bukan cuma mendekatinya, tapi juga mendekati Beauty. Dia mendekati mereka untuk mendapatkan keuntungan saja.

Mami mengingatkan kalau mereka semua memang seperti itu. Bukan cuma Jade, bahkan Tee dan mereka sendiri pun saling mencari keuntungan.

"Tapi aku menyukai P'Tee."

"Jangan pilih seseorang dari emosi. Pilih dari otak. Kalau kau tidak bisa memilih sendiri, mami dan papa yang akan membantumu memilih."

"Mami!"

"Jangan merengek. Tunjukkan ekspresi baik dan jangan menangis. Kalau kau menangis, akan kusuruh papi memutuskanmu dengan Khun Tee."


Beauty masih belum selesai, tapi matahari sudah hampir terbenam. Sekarang dia punya sisa waktu satu hari. Cahaya terakhir juga hampir menghilang. Ah! Mendadak dia punya ide untuk design terakhirnya. Cahaya Kehidupan.

Beauty langsung semangat menggambar design terakhirnya lalu memotret semuanya dan mengirimkannya ke Tee sambil menyombongkan kehebatannya yang sudah selesai menyelesaikan semuanya hanya dalam waktu setengah hari. Dia keren, kan?

Tee geleng-geleng kepala dengan senyum lebar membaca pesan itu, dia sombong sekali. Dia lalu membalas pesan igy dan menolak mempercayainya sampai dia melihat semua design-nya Beauty besok pagi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments