Sinopsis Leh Nangfah Episode 10 - 1

Sinopsis Leh Nangfah Episode 10 - 1


Hari pertama Beauty bekerja jadi sales, tapi dia bahkan tak mau repot-repot mempromosikan barangnya. Saat ada dua pelanggan yang cuma mengacak-acak rak barang, dia malah membentak mereka. Kedua pelanggan itu jelas tak senang.

"Ayo ke tempat lain aja. Galak banget, tante!"

What? Tante?! "Siapa yang kau panggil tante?!"


Supervisor-nya Beauty jelas tak senang melihat kelakuan Beauty dan langsung mengomelinya. Tapi Beauty bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun dan terus saja menghina kedua pelanggan tadi yang jelas-jelas tak punya niat untuk membeli.

Seorang pelanggan lain datang dan meminta ukuran yang lebih besar. Kali ini Beauty mencoba bersikap lebih ramah walaupun rada-rada nyinyir mendengar permintaan si pelanggan.

Saat tak menemukan ukuran yang diminta si pelanggan, Supervisor menyuruhnya untuk mencari di gudang. Beauty naik tangga yang tampak rapuh saat dia berusaha mencari barang itu.


Dia baru saja menemukannya dan hendak mengambilnya saat si supervisor datang sambil ngomel-ngomel karena Beauty lama banget. Beauty jadi kesal dan membuatnya tidak fokus berpijak di tangga. Jadilah tangga itu oleng dan Beauty sontak terjatuh tepat menimpa Supervisor.


Tangan Supervisor jadi patah gara-gara itu dan Beauty langsung mendapat omelan dari Manager. Tapi Beauty bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun. Itu kan kecelakaan, dia tidak sengaja.

"Tak pernah ada seorangpun yang pernah membuat kesalahan sebesar kesalahanmu!"

Beauty tidak terima disalah-salahkan. Daripada menyalahkan pegawainya, seharusnya dia menyalahkan sistemnya. Tangga itu jelas-jelas tidak aman, bagaimana bisa dia menggunakan benda itu. Kesal, Manager langsung mengusir dan memecat Beauty.

Beauty tak percaya mendengarnya. "Kau memecatku? Baiklah. Tapi asal kau saja. Tidak akan ada satupun perusahaan yang akan menginginkan Manager sepertimu. Bersiaplah mencari pekerjaan baru!"


Beauty keluar dari sana sambil menggerutu penuh amarah. Dia bersumpah akan memecat mereka semua begitu dia menjadi presiden nanti.

Dia lalu menelepon Tee dan menyuruhnya untuk mengirim mobil untuk menjemputnya malam ini. Err... besok pagi saja. Pokoknya dia tidak mau lagi ada di sini lebih lama.

"Aku langsung tahu betapa buruknya managemen di sini. Saat kecelakaan terjadi, bukannya mengganti sistem managemen, mereka malah menyalahkan pegawai seperti ini. Apa itu bisa diterima?!"

Malas mendengar gerutuan Beauty, Tee langsung mengakhiri sambungannya. Bahkan saat Beauty mencoba menelepon lagi, nomornya tak bisa lagi dihubungi.


Dewi kecewa melihat sikap Beauty. Kalau seperti ini, kebaikan yang ada dalam kristalnya akan berkurang. Benar saja, seketika itu pula warna hitam kristalnya semakin bertambah.

Lalita berusaha membela Beauty karena apa yang dia katakan benar. Dewi mengingatkan kalau Beauty hanya fokus pada kesalahan orang lain. Dia melihat kesalahan orang lain sebesar gunung, sementara kesalahannya sendiri cuma setipis rambut.

"Kalau seperti ini terus, dia tidak akan pernah bisa memahami dirinya sendiri."

Lalu apa yang harus Beauty lakukan? Tanya Lalita. Sebenarnya Beauty memiliki teman yang bisa membantunya. Tapi karena kebusukan hatinya, Dewi tidak bisa membantunya.


Beauty hendak pergi, tapi si Manager tiba-tiba mengejarnya dan menyuruhnya balik kerja sekarang juga soalnya kantor pusat memerintahkan agar Beautyamenyelesaikan magangnya selama 1 minggu.

Beauty ngotot menolak. Tepat saat itu juga, Tee menelepon dan memberitahu Beauty kalau dia akan memberikan satu kesempatan lagi untuk Beauty. Jika Beauty tidak mau training, berarti dia gagal.

Dia langsung mematikan teleponnya tanpa memberi Beauty kesempatan untuk bicara. Beauty jelas kesal diperlakukan seperti itu. Tapi dia mulai terprovokasi ucapan Tee dan akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja.


Pat and the geng berkumpul di cafe dan Pat langsung menanyai Piwara tentang Beauty. Apa yang dilakukannya hari ini? Tapi Piwara bingung harus jawab apa karena Beauty tidak masuk kerja hari ini. Dia sudah mengeceknya ke para karyawan dan tidak ada seorangpun yang melihatnya hari ini.

Kratua langsung nyinyir. "Sudah kuduga. Orang angkuh seperti dia tidak akan pernah bisa bekerja di pabrik lama-lama."

Pat tak percaya, mungkin Beauty pindah departemen dan menyuruh Piwara untuk menyelidikinya. Kratua langsung bertindak menyelidiki masalah itu sendiri, soalnya dia yang punya lebih banyak koneksi mata-mata. Tapi salah satu mata-mata yang diteleponnya, yakin sekali tak ada anak magang di departemen apapun.

Pat senang. "Bagus lah kalau itu benar."

 

Biarpun balik kerja, tapi sikap Beauty sama sekali tak berubah. Mukanya jutek abis sampai membuat pelanggannya kabur bahkan sebelum mereka melihat-lihat barangnya.

Parahnya lagi, saat seorang pelanggan tanya harga diskon, Beauty malah menyuruh si pelanggan menghitungnya sendiri. Si pelanggan jelas kesal dan langsung melabraknya.

Malas meladeni si pelanggan, Beauty berpaling ke arah lain... tapi malah melihat Guy, pria yang pernah dici*mnya, lagi jalan sama cewek lain. Guy tidak melihatnya, tapi pacarnya Guy melihatnya. Panik, Beauty sontak kabur.

"Guy, salesgirl itu... bukannya dia Beauty?"


Guy tak percaya. Mungkin itu cuma orang yang mirip Beauty. Mana mungkin Beauty jadi sales di sini. Mereka akhirnya melanjutkan acara belanja mereka, tanpa menyadari Beauty sedang mendengus sinis dari belakang.

Mereka terus berkeliling melihat-lihat baju di sana dan si cewek manja banget memanggil Guy dengan sebutan 'sayang'.

Beauty yang lagi sembunyi di belakang rak, langsung nyinyir lantang. "Sayang? Hueek!!!"

Suaranya terdengar oleh si cewek yang jelas tidak terima dan langsung mengejarnya. Panik, Beauty sontak mendorong satu rak baju sampai mengenai sepasang kekasih itu dan buru-buru melarikan diti.


Tidak terima dengan perlakuan salesgirl tadi, mereka langsung mengeluhkan masalah ini ke Manager. Bukan cuma mereka, pelanggan yang disuruh ngitung diskon sendiri tadi juga ikutan melaporkan Beauty ke Manager.

Manager sampai galau menerima keluhan sebanyak itu. Parahnya lagi, dia malah diberitahu kalau si anak magang itu sudah pergi. Para pelanggan itu jelas marah, mereka bahkan mengancam tidak akan datang kemari lagi dan akan melaporkan masalah ini ke polisi.

Tak mereka sadari, Beauty sebenarnya sedang ngumpet di dekat mereka, tampak cemas dan galau gara-gara perbuatannya sendiri.


Tiba-tiba dia merasakan perubahan pada jimat kristalnya, tapi malah mendapati kristalnya makin menghitam dan hampir memenuhi seluruh kristal.

 

Lalita cemas melihatnya. "Nak, kau melakukan dosa lagi."

Dewi tiba-tiba datang dan mengingatkannya untuk tidak mengirim peringatan pada orang yang sudah bukan anaknya lagi.

Lalita tidak terima, ikatan antara ibu dan anak tidak akan pernah terputus karena dunia apapun ataupun karena kehidupan. Dia rasa pelajaran ini malah membuat Beauty semakin banyak melakukan dosa.

"Itu karena dia salah target. Dia bekerja dengan kemarahan. Hatinya dipenuhi kemurkaan dan selalu memikirkan balas dendam. Dia tidak mengerjakan tugasnya sepenuh hati."

Jika Beauty tidak melakukan perbuatan baik lebih banyak, maka dia akan jadi burung selamanya. Dan yang bisa membantu Beauty hanya dirinya sendiri.


Saat dia baru sampai rumah, Tee meneleponnya dan langsung mengkonfrontasi masalah yang dibuatnya barusan di toko. Beauty membela diri, itu terjadi gara-gara Tee yang menyuruhnya untuk tidak menunjukkan dirinya yang sebenarnya.

Tadi ada teman... mantan temannya yang datang ke toko. Jadi dia harus bersembunyi. Tee kesal banget mendengarnya. Bisa tidak dia bersikap benar dan tidak membuat masalah satu hari saja?

"Kalau kau tidak bisa, maka berhenti saja. Akan kukirim mobil untuk menjemputmu sekarang juga dan semua perjanjian kita batal."

Beauty tidak terima dan bersikeras mengklaim dirinya tidak bersalah. Jadi dia akan lanjut training. Terserah. Tapi Tee rasa, Beauty tidak akan berhasil.

"Mau taruhan?" Tantang Beauty. Tapi Tee langsung menutup teleponnya saat itu juga.


Di cafenya, Orn menyajikan makan siang untuk kedua orang tuanya. Tapi senyumnya langsung pudar saat Jade datang lagi tak lama kemudian, tentunya dia datang atas undangan Papa.

Papa tambah suka sama Jade karena dia datang tepat waktu, apalagi saat Jade dengan manisnya memuji-muji fruit tart buatan Orn. Malas, Orn permisi mau buat fruit tart khusus untuk Tee.

Tapi Mami memaksanya duduk bersama mereka. Papa lalu mengundang Jade untuk ikut main golf weekend ini bersama mereka. Orn jelas tak suka dan berusaha memberi kode pada Jade untuk menolak, tapi tentu saja Jade menerima undangan Papa dengan senang hati.


Beauty jalan-jalan sendirian sambil merenungkan jimat kristalnya yang semakin menghitam. Dia tidak mengerti kenapa malah tidak ada yang membaik?

Saat melewati suatu area, langkahnya tiba-tiba terhenti... teringat kenangan masa kecilnya saat dia berlibur bersama kedua orang tuanya dulu dan betapa bahagianya saat-saat itu.

"Jika ayah dan ibu masih di sini, segalanya pasti akan lebih baik dan Beauty mungkin punya seseorang untuk bicara. Beauty kangen ayah dan ibu."


Seolah kenangan itu ada di depan matanya, Beauty melihat dirinya masa kecil menjauh dari semuanya dan duduk sendirian dengan sedih. Tee duduk di sampingnya tak lama kemudian dan tanya kenapa dia tidak makan.

Beauty kecil mengaku kalau dia kangen anjingnya yang hilang. Tee meyakinkannya untuk tidak cemas, dia janji akan mengajak ayahnya untuk mencari anjingnya Beauty lalu memaksa Beauty untuk tersenyum dengan mencubit lembut kedua pipinya.

Tee juga punya hadiah untuk Beauty. Tapi biarpun penasaran isinya, Beauty ingin melakukan sesuatu sesuai yang ada di cerita buku. Menggali lubang untuk menyimpan harta karun lalu mereka akan menggalinya suatu hari nanti dan harta karun itu akan berlipat ganda.

"Tapi itu cuma cerita, Beauty."

"Ayo kita coba. Ayolah. Ayo cari tempat untuk menggali lubang harta karun."


Kenangan indah masa kecilnya itu tiba-tiba membuat Beauty menduga-duga. Jangan-jangan yang bisa mematahkan kutukannya adalah si gendut mata empat. "Iiih! Tidak mungkin! Si gendut mata empat?"


Tapi dia penasaran dengan kotak yang mereka pendam dulu. Apa masih ada di sana. Beauty langsung pergi ke sebuah pohon lalu menggali tanah di bawahnya. Yang tak disangkanya, kotak harta karun itu ternyata masih aman terpendam di sana.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam