Saat Jee disuruh berpose dengan naik kuda, Suki langsung nyerocos panjang lebar menyuruh mereka untuk memegangi kudanya erat-erat dengan alasan Jee tidak bisa menunggang kuda.
Pim langsung nyinyir. "Begini saja kau sudah takut? Apa kau tidak punya etika kerja?"
Terprovokasi, Jee akhirnya nekat naik ke kuda itu tanpa mempedulikan kecemasan Suki yang jelas saja membuat Pim semakin keheranan.
Pada saat yang bersamaan, Jane akhirnya memberitahu Thit kebenaran tentang Jee, bahwa malam itu Jee dibius oleh Sitta yang berniat memper**sanya hingga membuatnya terpaksa melarikan diri dan menyetir dalam keadaan setengah sadar yang berujung pada kematian Tiw.
Jane membuktikan klaimnya dengan menunjukkan rekam medis Jee yang menyatakan bahwa Jee dibius dengan midazolam yang membuatnya kehilangan fokus dan kesadaran.
Kecelakaan itu terjadi karena Jee dalam pengaruh obat bius dan bukan karena mabuk seperti yang Thit kira selama ini.
"Kenapa kau memberitahuku sekarang?"
"Karena... karena kau menyukai P'Jee, bukan? Kau menyukainya tapi kau tidak mau mengakuinya karena kau pikir dia yang membunuh mendiang kekasihmu, kan?"
Khun Ying memintanya untuk memberitahu Thit karena Khun Ying ingin Thit memahami Jee. Jika bukan karena masalah ini, Thit pasti akan mencintai Jee sepenuh hati, kan?
Jee tidak ada bedanya dengan kambing hitam karena dia tidak seharusnya menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Jee adalah korban lain dalam kasus ini. Mereka sudah salah menilainya.
"Kasihan sekali P'Jee yang harus menebus dosa yang tidak sengaja diakibatkannya. Kasihanilah P'Jee. Berilah dia dan dirimu sendiri kesempatan. Sekarang masih ada waktu."
Pemotretan berjalan lancar. Tapi kemudian kameramen menyuruh Pim untuk mendekat ke Jee. Saat itulah Pim punya kesempatan untuk melaksanakan rencananya.
Dengan sengaja dia menutup payungnya, lalu mendadak membukanya tepat di hadapan si kuda yang sontak ketakutan dan langsung melarikan diri dengan membawa Jee.
Suasana jadi kacau seketika. Jee panik ketakutan, Suki sontak kesal melabrak Pim, tapi tentu saja Pim pura-pura tidak bersalah.
Suki berusaha meminta pertolongan siapapun. Tapi tak ada seorangpun yang bergerak untuk menolongnya. Kuda itu tiba-tiba meringkik dan Jee sontak terjatuh dengan cukup keras... tepat saat Thit beranjak bangkit, tapi malah tak sengaja menyenggol minumannya sampai tumpah ke sebuah tabloid dan menodai foto Jee.
Kejadian yang kontan membuatnya punya firasat buruk. Setetes air mata mengalir sebelum kemudian Jee pingsan.
Thit langsung berlari secepat mungkin untuk mencari Jee. Tapi di tengah jalan, Chaiyan tiba-tiba meneleponnya dan mengabarkan kalau Jee jatuh dari kuda saat pemotretan. Kondisinya parah, apa Thit mau menemuinya?
Piak mendadak merebut ponselnya dan to the point memberitahu Thit kalau Jee hamil anaknya Thit. Jadi kalau Thit masih berpikir Jee penting dalam hidupnya, maka sebaiknya Thit bergegas ke rumah sakit.
Dia langsung mematikan teleponnya setelah itu, sama sekali tidak memberi Thit kesempatan untuk bicara. Bahkan saat Thit menelepon lagi, Piak langsung me-reject-nya.
Chaiyan protes tak setuju dengan perbuatan Piak, Thit bisa jantungan nanti. Tapi Piak menegaskan bahwa hanya dengan cara inilah Thit bisa mengetahui perasaannya sendiri, dia harus berpikir sendiri.
Di rumah sakit, Suki kewalahan menghadapi puluhan wartawan yang membombardirnya dengan segudang pertanyaan. Dia berusaha berkilah bahwa mereka belum siap memberi jawaban saat ini, tapi para wartawan itu terus saja memberondongnya dengan berbagai pertanyaan tentang gosip kehamilan Jee.
Apa Jee benar hamil? Apakah itu alasannya mengundurkan diri dari lakorn? Apakah Chaiyan dan Piak bercerai karena kehamilan Jee? Apa benar Jee berselinguh dengan Chaiyan? DLL.
Suki sontak naik darah mendengarnya. "Oi! Aku kan sudah bilang kalau kami belum siap menjawab! Sekarang ini Nong Jee masih di UGD! Dia hidup atau mati juga kita belum tahu! Selebritis juga manusia! Kasihanilah sedikit! Oi!!!"
Para wartawan itu akhirnya diam dan Suki pun bergegas menghampiri Dao yang masih tercengang setelah mendengar semua pertanyaan para wartawan tadi. Jadi Jee menyembunyikan diri di rumah Guru Arie karena dia hamil? Suki membenarkan.
Saat ponselnya berbunyi, Suki langsung mengangkatnya dengan emosi karena mengira seorang wartawan lah yang menghubunginya. Tapi tidak, justru Pim lah yang menelepon.
Untuk apa lagi kalau bukan untuk nyinyir. Sekarang Suki tahu kan bagaimana rasanya tidak punya tempat untuk berdiri. Itu adalah karmanya Suki karena telah membuatnya tidak punya tempat untuk berdiri.
"Mencuri pekerjaanku dan mencuri suami orang, mulai sekarang Nang Jee tidak akan memiliki apapun. Tidak pula ayah anaknya! Orang bilang bahwa yang tertawa paling terakhir, dialah yang akan tertawa paling keras."
Managernya Pim sontak ngakak sekeras-kerasnya yang jelas saja membuat Suki kesal. "Dasar pengkhianat! Kalau kalian berani, hadapi aku langsung. Aku tidak akan membiarkan kalian lepas begitu saja setelah menikamku dari belakang, pengkhianat! Akan kuhancurkan kau dengan kakiku!"
Sinis mendengar rutukan Suki, Pim langsung saja mematikan sambungan teleponnya.
Situasi makin heboh saat Chaiyan dan Piak datang dan para wartawan langsung menyerbu mereka dan menanyakan gosip hubungan Chaiyan dan Jee. Chaiyan menolak menjawab dan berusaha menghindar, tapi sikapnya itu malag membuat wartawan tambah heboh.
Kesal, Piak akhirnya maju dan menegaskan kalau Jee tidak hamil dengan Chaiyan. Mereka berdua tidak punya hubungan apapun.
"Kalau bukan dengan Khun Chaiyan, lalu Khun Jee hamil dengan siapa?" Tuntut para wartawan.
Jee akhirnya keluar dari UGD. Para wartawan pun langsung gantian menyerbunya sampai Suki cs harus melindunginya.
Tepat saat itu juga, Thit baru tiba di sana dan langsung berlari melindungi Jee, bahkan mengancam akan menuntut siapapun yang mengambil foto Jee tanpa izin. Satu-satunya berita yang boleh mereka tulis tentang Jee adalah dia tidak pernah terlibat dengan suami siapapun.
"Karena akulah suaminya Jeerawat."
Para wartawan sontak heboh mendengarnya, sementara Jee cuma bisa diam dan menatapnya dengan tercengang.
Jane menelepon kakaknya dan menanyakan pendapat Jade, apa yang dilakukan dengan mengungkapkan kebenarannya pada Thit itu benar, kan? Tentu saja, Jade setuju dengan keputusannya.
Hubungan mereka sudah sedalam ini, bagaimana bisa Jane tidak memberitahunya. Thit orang yang baik dan pantas mendapatkan cinta yang baik pula. Jika saja dia tahu lebih awal kalau mereka saling mencintai, dia pasti akan lebih cepat membantu mereka untuk saling memahami satu sama lain.
"Walaupun kau tahu kalau kau akan patah hati? Oh, adikku memang orang baik."
Jane langsung menangis mendengarnya. "Kenapa melakukan hal yang benar, rasanya menyakitkan begini?"
Jade tahu dia sedih, tapi setidaknya dia membuat orang yang dia cintai bahagia. Dan dia telah membuat Jade sangat bangga karena adiknya ternyata cukup dewasa untuk tidak menggunakan emosinya sebagai pondasi, melainkan menggunakan hal yang benar untuk membuat keputusan.
"Itulah etika seorang pengacara. Kau sudah berubah dari gadis kecil menjadi seorang pengacara sejati."
"Kalau tahu begini, akan kurekam saat kau memujiku barusan. Sejak aku lahir, ini pertama kalinya kau memujiku."
"Kalau itu bisa membuatmu bahagia, akan kurekam dan kukirimkan padamu. Adikku yang paling manis, pengeluh terheboh, paling cerewet, paling ceroboh..."
"Bentar, bentar! Itu bukan pujian. Kau menipuku untuk menghinaku!"
"Adikku memang manis kok. Dan suatu hari nanti, kau akan menemukan orang yang tepat, seperti bagaimana aku menemukan Khun Dao."
"Dan kuharap aku bisa mengetahui perasaanku lebih cepat daripada kau."
"Kau takkan pernah tahu kalau kau mungkin akan menemukan orang itu sebelum Khun Sathit dan Khun Jee berakhir bersama. Soalnya Khun Sathit banyak melakukan kesalahan pada Khun Jee."
Di rumah sakit, Dokter memberitahu Thit bahwa Jee dan bayinya selamat tapi dia tetap harus opname semalam. Dia boleh pulang besok jika kondisinya baik. Pokoknya mereka harus berhati-hati agar kejadian ini tidak terulang. Bagaimanapun, janinnya masih muda dan dia mungkin tidak akan selalu beruntung.
"Jangan khawatir. Mulai sekarang aku akan menjaga Jee dan bayinya dengan baik." Janji Thit
Tapi Jee tak nyaman dengan sikapnya yang mendadak baik itu. Di mana Suki? Tanyanya. Chaiyan berkata kalau Suki lagi sibuk mengurusi para reporter di bawah.
"Aku ingin mengadakan konferensi press." Ujar Jee
Thit dengan pedenya memberitahu Jee bahwa masalah konferensi press, dia sudah membicarakannya dengan Piak. "Kita akan mengadakan konferensi press setelah kau dan si bayi lebih kuat nanti."
"'Kita' siapa?" Sinis Jee
"Kau dan aku." Thit hampir saja memegang tangannya, tapi Jee langsung menjauhkannya.
"Di antara kau dan aku, tidak ada yang namanya 'kita'."
3 Comments
Lanjut.....pagi,siang,malam pas buka dah update senangnya
ReplyDeleteAsli jee buat gue duk duk der
ReplyDeleteWkwkw
Lanjud minnn
Satu-satunya berita yang boleh mereka tulis tentang Jee adalah dia tidak pernah terlibat dengan suami siapapun.
ReplyDelete"Karena akulah suaminya Jeerawat."
ahhhhh makin cintahhhh
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam