Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 15 - 3

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 15 - 3

Ibu datang menjelang siang. Dia sebenarnya masih agak cemas, tapi Xia Lin meyakinkan kalau Yi Zhou ada di kantor kalau siang, dia tidak akan pulang. Dia juga sudah mengirim Bibi Huang untuk menemani nenek.


Ibu senang bisa mengunjungi tempat Yi Zhou tinggal, ini pertama kalinya. Dia juga penasaran dengan Pi Dan. Xia Lin memberitahu kalau anjing itu pemberian Yi Zhou untuknya.

Ibu tak menyangka kalau Yi Zhou akan memiliki seekor anjing seperti dulu, anjingnya Yi Zhou yang dulu dibuang oleh ayahnya. Sejak saat itu dia jadi benci dengan hewan peliharaan.

"Benar. Kami bahkan bertengkar hebat saat kami pertama kali memiliki seekor anjing."

"Sungguh? Sebenarnya, aku selalu takut kalau Yi Zhou akan tumbuh jadi orang yang dingin dan kejam seperti ayahnya. Tapi melihat betapa baiknya dia sekarang, aku merasa lega. Lin Lin, terima kasih."

"Saya sudah membeli bahan-bahannya, nanti kalau bibi sudah selesai membuat makan siang, aku akan mengantarkannya ke Yi Zhou. Oh yah, dia tadi bilang kalau bakpao kepitingnya rasanya mirip makanan masa kecilnya."

"Sungguh?" Ibu senang.

"Ingatan kita mungkin akan mengabur, tapi indera perasa kira akan selalu ingat. Tidak ada seorangpun yang akan melupakan rasa masakan ibu mereka. Bibi, aku harus belajar membuat beberapa masakan dari anda di masa mendatang."


Di kantor, Yi Zhou sedang rapat saat Xia Lin tiba-tiba mengiriminya pesan, memperingatkannya untuk jaga jarak dengan si sekretaris barunya itu. Yi Zhou mendadak jadi tidak konsen dengan rapatnya.

"Aku akan melakukan sidak loh."

"Baik, nyonya."

"Anak baik, aku merindukanmu."

Tapi begitu selesai ber-chatting ria, Yi Zhou malah mendapati semua pegawainya sedang menatapnya dengan penasaran dan bukannya rapat. Pfft! Lanjutkan rapatnya!


Usai rapat, Yi Zhou memberitahu Wen Li bahwa dokumennya ada yang ketinggalan di rumah. Awalnya dia berniat menyuruh Wen Li untuk mengambilkannya, tapi sedetik kemudian, dia mendadak berubah pikiran. Dia akan mengambilnya sendiri saja. (Wah, ketemu ibunya dong)

"Tidak apa-apa, Bos. Saya tidak keberatan."

"Ada seseorang yang merindukanku di rumah. Buat apa juga kau pergi? Apa kau tahu bagaimana rasanya dirindukan? Apa ada seseorang yang merindukanmu?" (Aigoo, sabar yah Wen Li. Wkwkwk)


Sambil masak, Ibu meminta Wen Li untuk menceritakan segala sesuatu tentang Yi Zhou. Tentang kesehatannya, perusahaannya, hobinya, dll.

Xia Lin dengan senang hati memberitahu segalanya, kecuali masalah pekerjaannya Yi Zhou yang memang tidak begitu dia ketahui. Dia juga memberitahu kalau Yi Zhou suka pilih-pilih makanan dan tidak suka makanan pedas.

Ibu memberitahu bahwa waktu Yi Zhou masih kecil, t**uhnya akan kena ruam setiap kali makan makanan pedas. Makanya dia tidak suka makanan pedas.

"Oh, begitu. Tapi sekarang dia bisa makan pedas kadang-kadang dan dia baik-baik saja."

"Karena dia sudah besar dan sistem imunnya sudah semakin kuat."

Tapi saat Xia Lian melihat daging tiba-tiba dia err... sesak napas? Atau mual? Dia cepat-cepat pamit ke kamar kecil.


Yi Zhou datang tak lama kemudian tapi malah mendapati ibunya sedang memasak dengan santainya di dapur.

Ibu tidak melihatnya saking fokusnya memasak dan mengira dia adalah Xia Lin yang baru keluar dari kamar kecil.

"Kenapa kau ada di sini?!"

Xia Lin baru keluar saat itu dan langsung panik melihat Yi Zhou. Tapi Yi Zhou begitu marah hingga dia langsung membentak Xia Lin dan menuntut kenapa orang ini bisa ada di sini.

"Jangan menyalahkan Xia Lin, aku yang minta. Aku hanya ingin membuatkan sesuatu yang lezat untukmu."


"Jadi kau yang membuat bakpao kepiting tadi pagi? Aku sudah menegaskan kalau aku tidak pernah mau lagi melihatmu. Silahkan keluar secepatnya!"

"Yi Zhou, jangan bersikap seperti ini. Bagaimanapun, dia tetaplah ibumu."

"Tutup mulutmu! Sejak hari kematian ayahku, aku sudah bilang padamu bahwa kita sudah tidak punya hubungan apapun lagi. Apapun yang kau lakukan sekarang, sudah tidak berarti lagi."

"Xiao Zhou, Lin Lin gadis yang baik, jangan marah padanya."

"Aku tidak memerlukan orang asing untuk menasehatiku tentang bagaimana aku harus mengurus rumah tanggaku! Keluar! Pergi!"


Ibu terpaksa pergi, dan Yi Zhou langsung masuk ruang kerjanya dengan penuh amarah. Xia Lin bnar-benar galau sampai-sampai dia tidak sengaja menyentuh tutup panci yang masih sangat panas hingga membuat jarinya terluka.


Saat Yi Zhou masuk kamar malam harinya, dia melihat jari Xia Lin terluka dan langsung cemas. Tapi Xia Lin masih sebal sama dia dan langsung berguling membelakanginya.

"Jangan ganggu aku. Biarkan saja aku mati kesakitan."

"Yang terjadi tadi siang itu salahku. Maafkan aku."

"Kau meneriakiku."

"Maaf. Aku tidak mengontrol amarahku tadi."

"Jariku sampai kena luka bakar."

"Aku akan melukai jariku juga asalkan itu bisa menenangkanmu."

"Bicara apa kau. Bahkan sekalipun kau rela, aku tidak akan mengizinkannya."


Dia mengaku kalau ibunya Yi Zhou membuntutinya, makanya dia meminta Wen Li untuk mencari tahu keberadaannya lalu menemuinya. Xia Lin hanya ingin mengenal Yi Zhou dengan lebih baik.

Yi Zhou tidak pernah membicarakan ibunya dan melarang Bibi Huang bicara tentangnya. Ibunya Yi Zhou seolah menjadi subyek terlarang di keluar mereka.

Dia mengerti kalau Yi Zhou mungkin masih menyimpan dendam atas kejadian di masa lalu. Tapi bagaimanapun, ibunya Yi Zhou memiliki kesulitannya sendiri.

"Memangnya kesulitan apa yang dia alami? Jika dia menyayangiku, dia tidak akan meninggalkanku dan ayah demi pria lain. Itu bukan cinta sama sekali. Apa kau tahu kenapa aku benci merayakan ulang tahun? Karena dia meninggalkanku di hari ulang tahunku yang ke-8."

Mainan robot yang dia pegang di foto masa kecilnya itu, adalah hadiah pertama sekaligus terakhir yang ibunya berikan untuknya.


Hari itu, mereka merayakan ultahnya Yi Zhou dengan penuh kegembiraan. Tapi setelah Ibu memberinya hadiah robot itu, Ibu langsung pergi meninggalkannya.

"Aku menangis, berteriak, dan memohon-mohon padanya untuk tidak pergi. Tapi dia bahkan tidak menoleh satu kalipun."

Yi Zhou kecil jadi marah dan langsung membuang robot mainan itu ke kolam. Tapi walaupun begitu, entah kenapa dia tidak pernah membuang foto kenangan bersama robot mainan itu.

Bahkan dulu Yi Zhou selalu berpikir alasan Ibu pergi meninggalkannya adalah mungkin karena sikapnya tidak cukup baik. Pasti karena itu, Ibu pergi meninggalkannya tanpa ragu.

Karena itulah dia berusaha untuk berubah jadi lebih patuh dan melakukan apapun yang ayahnya suruh. Dia selalu berharap Ibu akan kembali biarpun cuma sekali. Tapi nyatanya, Ibu tidak pernah kembali. Yi Zhou benar-benar kecewa padanya. Dan pada akhirnya, kekecewaannya berubah menjadi kebencian.


Xia Lin sungguh merasa bersalah mendengarnya. Baiklah kalau Yi Zhou tidak mau menemuinya, mereka tidak perlu menemuinya lagi.

"Apapun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."

"Maaf, maafkan aku."


Tengah malam saat Xia Lin terlelap, Yi Zhou menatap foto kenangan terakhirnya bersama ibunya dulu dengan sedih. Tapi kemudian Xia Lin terbangun dan langsung duduk di sisinya, Yi Zhou mengaku bahwa sebenarnya dia takut menghadapi ibunya.

Baginya, ibunya seperti bekas luka. Dia bisa menganggapnya tidak ada selama tidak kelihatan. Tapi dia takut lukanya terlalu dalam sehingga dia tidak akan bisa menyembuhkannya.

"Tapi sekarang aku tidak takut lagi... karena kau ada di sisiku. Besok, undanglah dia datang kemari."

"Apa?"


"Lagipula masalah ini harus diselesaikan cepat atau lambat. Denganmu di sisiku, aku sudah tidak takut lagi."

"Kau sungguh mau ngobrol dengannya?"

"Dasar bodoh. Bukankah aku sudah janji kalau aku tidak akan pernah berbohong padamu lagi?"

Xia Lin senang mendengarnya. "Ling Yi Zhou, apa aku lupa memberitahumu?... Aku mencintaimu."

"Aku tahu biarpun kau tidak bilang. Aku lebih mencintaimu."

Epilog:


Xia Lin malu banget waktu Yi Zhou menggotongnya ke kamar, mana Bibi Huang lihat tadi. Tutup pintunya!

"Tidak apa-apa. Da pasti mengerti." Santai Yi Zhou.

"Aku malu banget! Ini salahmu!"

"Salahku?"

"Aku bahkan belum makan ceri satupun. Aku lapar."

Yi Zhou juga 'lapar' dan langsung menerkam Xia Lin. Tapi Xia Lin dengan cepat mendorongnya pakai kaki.
 

"Ini KDRT."

"Terus? Kalau kau tidak patuh, maka akan kita lanjutkan lain kali."

Yi Zhou malah menatap kakinya dengan tatapan nakal. Xia Lin bilang 'kita lanjutkan lain kali'? Dasar Yi Zhou c***l! Xia Lin sontak kabur ke balik selimut dan Yi Zhou bergegas menyusulnya dengan penuh semangat.

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam