Selesai berenang, Pim berdendang saking bahagianya. Kakinya bahkan sudah sembuh sekarang. Tapi dia menolak untuk balik syuting secepatnya. Dia harus jual mahal dong, soalnya sebentar lagi dia akan jadi aktris nomor 1 menggantikan Jee.
Suki mendadak muncul saat itu juga dan langsung nyinyir. Pim sombong sekali, bagaimana bisa dia berpikir kalau dia bisa menggantikan Jee sebagai aktris nomor 1. Ingin sekali Suki memberinya gelar kelulusan sebagai magister songong.
Pim juga ingin sekali memberi Jee sebuah gelar. Gelar magister perebut suami orang. Dia dengar kalau Jee baru saja dipecat dari lakorn-nya karena telah merebut suami produser. Kalau wajahnya tidak tebal, dia tidak bakalan melakukan itu.
"Apa ini rekaman perpisahanmu dari industri ini?" Sinis Managernya Pim.
"Ide bagus, gunakan itu untuk bosmu. Agar lain kali jika dia ingin menghancurkan seseorang, maka gunakanlah orang yang lebih pintar, dan bukannya orang bego yang menukar kartu kunci di depan CCTV."
Pim jelas panik mendengarnya. Suki nyinyir memberitahu mereka bahwa walaupun mereka mengonsumsi lebih banyak omega 3, mereka tidak akan pernah cukup pintar untuk menjatuhkannya dan Jee.
Piak tak percaya. "Semua orang dengar kok kalau Khun Piak memecat Nang Jee."
"Kalau begitu, aku akan meng-update otakmu tentang berita terbaru. Khun Piak tidak akan memecat Jee karena dia memecatmu!"
"Tidak benar!"
"Benar! Kenapa juga tidak benar? Kalau begitu, tunjukkan wajah botox-mu itu pada Khun Piak dan tanya dia! Tapi sebelum itu, aku harus mengucap selamat untukmu karena telah menghancurkan masa depanmu dengan rencanamu sendiri. Dadah!"
Thit masih sibuk lembur saat Piak meneleponnya dengan panik karena dia tidak bisa menemukan keberadaan Chaiyan. Dia sudah berusaha meneleponnya, tapi Chaiyan malah mematikan teleponnya.
Dia juga sudah menelepon rumah, tapi pelayan bilang kalau Chaiyan belum pulang. Piak bingung harus bagaimana. Kali ini dia mengakui kalau dialah yang salah. Dia sendiri yang membuat Chaiyan lari ke Jee.
"P'Thit, kau harus membantuku dan bawa Chaiyan kembali padaku."
Sesampainya di depan apartemennya, Jee lagi-lagi berterima kasih pada Jade. Tapi bahkan sebelum dia selesai bicara, Jade langsung menyela duluan, soalnya dia tahu kalau Jee pasti berterima kasih karena sudah menjaganya dan mengantarkannya pulang.
"Khun Jee, kau sudah berterima kasih padaku sepanjang jalan tadi. Dan aku kan sudah bilang kalau aku adalah..."
"Bodyguard-ku. Jika kerjamu bagus, maka aku bisa mempekerjakanmu sepanjang hidupku. Kau juga sudah mengatakan itu sepanjang hari ini."
"Akuaharus mengatakannya berulang kali karena ini seperti iklan yang membuat pendengar ingat dan akhirnya memutuskan untuk membeli pelayanan jangka panjang."
"Hei! Kau itu insinyur minyak atau ahli marketing?"
"Khun Jee, kuberitahu kau. Pria sepertiku ini seperti toko kelontong yang punya apapun yang kau inginkan dan buka layanan 24 jam 7 hari."
"Bodyguard yang bisa segalanya seperti ini, sepertinya aku harus memberi tip gede hari ini. Berapa yang kau inginkan?"
"Aku tidak menginginkan uang, aku lebih menginginkan senyuman sebagai tip."
Jee langsung tersenyum lebar mendengarnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara Chaiyan memanggil Jee dari belakang mereka.
Tak lama kemudian, Thit datang ke apartemennya Jee. Dao langsung cemas saat melihatnya datang. Apalagi Thit terang-terangan menyatakan maksud kedatangannya adalah untuk menjemput Chaiyan.
Jee sendiri sedang mencoba sebuah gaun lalu mengambil sekotak sumpelan d**a dan menempelkan ke d**anya.
Saat mendengar Dao datang, dia santai saja menunjukkan sumpelan d**a itu ke Dao dan meminta pendapatnya, tapi malah kaget mendapati Thit di sana. Thit pun langsung mengalihkan pandangan matanya dengan canggung.
"Sedang apa kau di sini?"
"Jee, Khun Sathit datang untuk mencari P'Chaiyan."
"P'Chaiyan tidak ada di sini."
"Aku sudah bilang, tapi dia tidak percaya."
Thit bahkan langsung mencari-cari, tapi Jee dengan cepat menghentikannya. "Jadi kau bertanggung jawab menggeledah rumah seseorang? Aku harus menuntutmu atas apa? Pencurian atau pelanggaran?"
Thit tidak peduli. Silahkan Jee menuntut semaunya dan panggil reporter sekalian agar dia bisa memberitahu mereka kalau dia datang untuk menjemput adik iparnya pulang.
"Dan apa kau menemukannya?"
"Aku akan menemukannya jika saja kau tidak menyembunyikannya."
Dia mau mencari ke lemarinya Jee, tapi malah tak sengaja menjatuhkan kotak sumpelan d**anya Jee. Thit mau memungutinya, tapi tentu saja Jee langsung panik dan buru-buru menunduk untuk memunguti barang-barangnya itu sendiri.
Tapi perbuatannya itu malah membuat Thit membeku canggung gara-gara melihat belahan d**a Jee. Pfft! Dia langsung cepat-cepat bangkit dan meminta maaf.
Dia mau membuka lemari di belakangnya. Tapi Jee langsung maju untuk menghentikannya dan pada akhirnya membuat jarak di antara mereka jadi sangaaaaaat dekat.
Canggung, Jee berniat mundur. Tapi malah tersandung bangku. Untunglah Thit sigap menangkapnya dan membuat jarak mereka jadi dekat lagi dan jadilah mereka canggung lagi.
Thit akhirnya memutuskan menyerah dan percaya kalau Chaiyan tidak ada di sini. Kalau begitu, dia pergi sekarang.
Tak ingin Thit salah paham terus, Dao memutuskan untuk memberitahu Thit bahwa Chaiyan tadi memang kemari, tapi Jee mengusirnya. Kalau Thit tidak percaya, dia bisa mengecek CCTV.
"Tidak masalah asalkan P'Chaiyan sudah tidak ada di sini sekarang. Aku permisi."
Thit pun berbalik dan DUK! Nabrak tembok. LOL! Malu, dia berbalik lagi tanpa lihat jalan dan akhirnya nabrak lemari.
"Khun Sathit, apa kau baik-baik saja?" Tanya Jee geli.
"Aku baik-baik saja."
Thit bergegas pergi dengan canggung dan Jee berbalik ke Dao dengan senyum teramat lebar yang kontan membuat Dao heran. "Hei, aku baru tahu kalau Khun Sathit bisa membuatmu tersenyum."
"Aku tidak tersenyum, ini tawa puas. Ini namanya karma. Puas banget. Aku mau mandi dan tidur."
Thit lega sekaligus malu gara-gara kejadian tadi. Dia lalu menghubungi Piak dan memberitahu kalau Chaiyan tidak bersama Jee.
Tapi setibanya di rumah, Thit malah mendapati Chaiyan sudah menunggunya di depan pagar dengan sekantong kaleng alkohol di sebelahnya.
Thit akhirnya mengizinkan Chaiyan bermalam dan menenangkan diri di sini malam ini. Tapi setelah itu, Chaiyan harus pulang dan menjernihkan masalah ini dengan Piak. Menghilang seperti ini hanya membuat Piak berpikir kalau Chaiyan bersama Jee.
"Aku kan sudah bilang, tidak ada apapun di antara aku dan Jee. Kami hanya kakak dan adik, sama sepertimu dan aku."
"Kakak dan adik? Tapi menurutku, wanita itu tidak ingin menjadi sekedar adik bagi suami orang lain."
Thit tidak mengenal Jee. Bahkan sekalipun Chaiyan menginginkan lebih, Jee tidak akan pernah menerima seseorang sepertinya.
"Tuh, kan. Kapan kau akan membuka matamu? Dia cuma berpura-pura agar kau melihat sisi baiknya, itu saja."
"Pura-pura? Kau membencinya lebih dari apapun. Dan apa kau tahu apa yang dia minta untukmu di belakangmu? Dia memintaku untuk memperingatkanmu karena dia takut kau berada dalam bahaya. Jika dia orang jahat, kenapa juga dia mengkhawatirkanmu?"
Atau Thit berpikir kalau semua ini cuma aksi untuk membeli perasaan Thit? Kalau begitu biarkan Chaiyan bertanya sesuatu, alasan apa yang membuatnya harus mencemaskan seseorang yang menganggapnya sebagai musuh?
Jika Jee tidak memberitahunya, Chaiyan tidak akan pernah tahu kalau Thit berada dalam bahaya. Chaiyan mengakui tanpa malu bahwa dia menghormati kebaikan wanita itu lebih daripada pria seperti Thit.
"Karena kau hanya mau melihat satu sisi dirinya dan meyakini kalau dia orang jahat, maka tidak akan ada ruang dalam hatimu untuk melihat seperti apa dia yang sebenarnya. Benar kan, Thit?"
6 Comments
Lnjut truz mb critanya menarik
ReplyDeleteLanjut minnn...
ReplyDeleteSiap menunggu..
Fighthing
Lanjuutt kak tiap jam bolak balik nengokin blog ini tuk baca klanjutannya...semangat
ReplyDeleteLanjut donk mint cerita nya,seru bngtt
ReplyDeletelanjut....semangat!!!
ReplyDeletetiap pegang hp yang pertama ku buka menu langsung google sinopsisnya kleun cheewit
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam