Saat Jee terbangun malam harinya, Thit tidak ada di dekatnya. Jee kontan cemas mencarinya hingga dia tiba di tepi pantai yang pasirnya bersinar biru. (fitoplankton yah kalau nggak salah)
Tapi di sana pula dia menemukan Thit perlahan-lahan berjalan ke tengah laut sambil melamun dan mengenang kembali saat-saat indahnya bersama Tiw dulu.
Flashback.
Waktu Tiw hendak menyentuh pasir birunya dengan ragu-ragu, Thit mendadak muncul mengejutkannya sampai Tiw menjerit ketakutan.
"Bukankah kau bilang itu indah?"
"Memang indah... tapi apa bisa disentuh? Bagaimana kalau itu beracun?"
"Oke. Kalau begitu, akan kubuktikan padamu. Sini! Sini!"
Thit langsung menyeret Tiw ke air dan mereka pun bermain-main air dengan gembira. Thit lalu memluknya dan berkata kalau dia belajar berlayar supaya dia bisa membawa Tiw melihat keindahan tempat ini.
"Kau suka?"
"Sangat."
"Kalau begitu, bisakah aku mendapat hadiah?" Pinta Thit sambil nyodorin pipinya.
Tapi alih-alih dapat kcupan yang diharapkan, Tiw malah mencubiti pipinya dengan gemas. Mereka bercanda tawa dengan penuh kebahagiaan sebelum kemudian Thit mengcup lembut kening Tiw.
Flashback end.
Thit terus berjalan ke tengah laut dengan linglung yang kontan membuat Jee cemas. Dia mencoba memanggilnya, tapi Thit tidak mendengarnya dan terus maju.
Jee sontak menyusulnya. Dan walaupun ketakutan saat ketinggian air mulai mencapai dadanya, Jee tetap memberanikan diri mengejarnya dan berusaha menyeret Thit kembali ke pantai.
Tapi saat mereka hampir sampai, Thit langsung kesal mendorong Jee. Tiba-tiba dia seperti melihat Tiw di sana, berlari ke tengah laut dengan gembira.
Thit berusaha memanggilnya, tapi bayangan Tiw semakin menjauh hingga dia menghilang dalam kegelapan. Thit sontak berteriak memanggil namanya hingga terjatuh berlutut. Jee sedih melihatnya dan langsung memluk Thit dari belakang dan menangis bersamanya.
Setelah Thit cukup tenang, dia akhirnya tertidur sambil bersandar di pohon. Tapi kemudian Jee melihat kepalanya hampir terkulai ke satu sisi. Jee langsung sigap menegakkan posisi Thit tanpa membangunkannya.
Tapi kepala Thit malah terkulai ke sisi satunya. Jee berusaha pelan-pelan menegakkan kepalanya dengan menyandarkannya ke pohon, tapi kepala Thit malah terkulai ke bahunya. Tak ingin membangunkannya, Jee akhirnya membiarkan Thit tertidur di bahunya.
Keesokan harinya saat Jee membuka mata, dia malah mendapati Thit sudah tak ada di sisinya. Thit sendiri berada di ujung seberang saat dia melihat Jee sedang mencarinya. Tapi melihat Jee membuatnya jadi gelisah, teringat saat dia bangun tidur tadi dan mendapati dirinya tertidur dalam plukan Jee.
Pelan-pelan dia mundur agar Jee tidak melihatnya, tapi Jee tetap bisa melihatnya. Tapi saat dia hendak menghampiri Thit, mereka melihat sebuah kapal bergerak cepat mendekati pulau itu.
Jee langsung cemas kalau itu anak buahnya Sitta, dia pun langsung berlari ke Thit dan berusaha mengajaknya melarikan diri. Tapi syukurlah yang datang ternyata Way.
Dia dengar dari warga desa kalau Thit melarikan diri dengan kapal, makanya dia kepikiran datang ke pulau ini. Dia dia tidak datang lebih cepat untuk menjemput Thit gara-gara dia harus bersembunyi dari para anak buahnya Sitta yang menggeledah seluruh desa.
Thit tidak masalah, dia malah berteirma kasih karena Way sudah datang. Justru Way lah yang berterima kasih pada Thit karena Thit mau menangani kasus ini.
Way memberitahu Jee kalau dia tidak bisa membawa Jee kembali ke Pulau Boo karena situasinya terlalu berbahaya bagi mereka, jadi dia akan membawa Jee kembali ke kota. Tentu saja Jee tidak keberatan, dia memang lebih ingin kembali ke kota kok.
Dalam perjalanan, Jee akhirnya bisa menghubungi Suki dan meyakinkan Suki kalau dia baik-baik saja, jadi Suki tidak perlu cemas.
"Bagaimana bisa aku tidak cemas, Jee? Apa kau tahu, saat aku tidak melihat wajahmu, pembuluh darahku serasa mau pecah. Dan apa kau tahu kalau ada seseorang yang menggosipkanmu selama kau tidak ada? Mereka bilang kalau kau absen kerja karena kau tidur dengan om-om. Hei, Jee. Kau di mana sih? Aku akan menjemputmu."
Sesampainya di dermaga, Way berkata kalau dia akan menyuruh kenalannya untuk mengantarkan Thit kembali ke Bangkok nanti. Way sendiri akan tetap di sini untuk mencari lebih banyak informasi.
Lebih baik mereka berpisah dulu sekarang dan kontak lagi nanti. Tapi Way penasaran, apa Jee mengetahui masalah yang dialami penduduk pulau itu?
Thit kontan cemas dan berusaha menghentikannya memberitahu Jee. Tapi berbeda dengan Thit, Way bisa melihat kalau Jee bukan kekasihnya Sitta. Dia bahkan yakin bahwa di lubuk hatinya yang terdalam, Jee pasti bersimpati pada mereka, dan dia tahu kalau Jee membantu Thit.
Tapi bisakah Jee bicara pada Sitta untuk tidak merusak pulau itu, atau setidaknya memperkecil proyeknya dan tidak mengusir para penduduk dari pulau itu.
"Aku tidak bisa mengubah pikirannya."
Tapi karena tak enak pada Thit, Jee janji akan menghubungi mereka jika dia punya informasi yang berguna. Way jelas senang dan setulus hati berterima kasih pada Jee.
Berhubung Jee sudah mau balik, Suki berinisiatif untuk membungkam mulut orang-orang rese itu dengan memotret infus dan mengupload-nya ke medsos, biar semua orang percaya kalau Jee lagi sakit. Dao ragu apakah dengan memposting foto itu, orang-orang bakalan percaya?
"Setidaknya ini alasan paling valid untuk absen kerja dan begitu Nong Jee kembali bekerja besok, maka media akan memuji semangat dan etika kerjanya."
Baru semenit di-upload, Dao langsung dapat pesan dari Chaiyan yang tanya kenapa Jee dirawat di rumah sakit. Suki langsung antusias mengambil alih ponselnya Dao untuk membalas pesan Chaiyan.
"Dengan begini, hidup Nong Jee akan kembali ke tanganku."
Piak sinis memperlihatkan postingan Suki barusan ke ayahnya. Dia yakin Jee berakting masuk rumah sakit hanya untuk mendapatkan simpati padahal sebenarnya dia lagi tidur sama om-om.
Ayah Piak tetap bijak menghadapi kesinisan Piak dan mengingatkan bahwa mereka harusnya bersyukur Jee kembali, jadi sekarang mereka bisa lanjut syuting. Piak tidak mengerti kenapa Ayah masih saja membiarkan Jee jadi pemeran utama setelah apa yang Jee lakukan pada mereka.
Tepat saat itu juga, mereka melihat Chaiyan mau pergi menjenguk Jee. Piak langsung nyinyir, Jee kan cuma di-infus, entah apa yang dia lakukan sampai kelelahan begitu. Dia itu tidak benar-benar sakit, ngapain juga Chaiyan manjain dia.
"Aku harus bertanggung jawab atas kekacauan yang kau lakukan dengan membocorkan berita tentang om-om bermobil sport itu."
"Kalau kau pergi, maka aku akan mengekspos berita kalau dia berbagi suami dengan ibunya."
"Dan kenapa tidak sekalian saja kau mengekspos kalau dia berbagi suami denganmu juga?"
Pfft! Piak jelas kesal mendengarnya dan langsung bergegas menyusul Chaiyan. Ayah berusaha mencegahnya, tapi tentu saja Piak ngotot mau pergi dan Ayah akhirnya hanya bisa frustasi.
Saat tengah menunggu mobil jemputan, Jee diam-diam melirik Thit dengan sedih. Ternyata dalam perjalanan pulang tadi, Way sudah memberitahunya bahwa Thit sebenarnya pernah kemari bersama Tiw dulu.
"Dia sangat tabah sampai bisa kembali ke sana. Dia pasti sangat amat merindukan Tiw."
Sekarang Jee mengerti akan kesedihan Thit malam itu. Mobil yang menjemput Jee akhirnya datang tak lama kemudian. Jee pergi seorang diri. Tapi seolah tak ingin berpisah, dia terus menoleh ke belakang.
Yakin banget kalau Suki berbohong tentang Jee, Pim dan Managernya langsung mendatangi rumah sakit sambil bawa bunga. Pim sangat yakin soalnya jika Jee sakit, maka dia pasti akan memperlihatkan seluruh tbuhnya untuk membuktikan dia benar-benar sakit dan bukannya cuma sekedar foto infus.
Kali ini, Pim bertekad untuk menghancurkan si aktris itu dan managernya. Tapi waktu mereka baru tiba di lobi, mereka berpapasan dengan Suki yang sontak menghadang mereka. Dia kan sudah bilang tidak boleh ada pengunjung. Terus ngapain mereka berdua kemari?
Justru karena tidak boleh ada pengunjung, makanya Pim penasaran mau melihat apakah Jee benar-benar sakit atau cuma cari sensasi. Si Manager menambahkan, cari sensasi itu penyakit, penyakit jiwa yang namanya kelainan cari perhatian.
"Hei! Hati-hati kakiku akan mendarat di mulutmu itu! Kukasih tahu yah, pemeran utama itu tidak perlu cari sensasi."
Bahkan sekarang ini semua media sedang berlomba-lomba memberitakan Jee... tidak seperti seseorang di sini yang terlalu nganggur sampai dia harus bergantung pada seseorang untuk menciptakan sensasi bagi dirinya sendiri.
"Kita lihat saja siapa yang cari sensasi!" Kesal Pim.
Dia nekat mau masuk, tapi Suki langsung menariknya. Si Manager berusaha menarik-narik Suki dan jadilah mereka semua ribut saling tarik-menarik sambil teriak-teriak heboh.
Tepat saat itu juga, ponsel Managernya Pim berdering. Entah apa yang dia dengar di telepon, tapi itu kontan membuatnya kaget dan cengkeramannya pada Suki pun melonggar. Suki sontak mendorongnya sampai dia nyangkut ke sofa.
Si Manager cepat-cepat membisiki sesuatu ke Pim dan seketika itu pula Pim mendadak melepaskan diri dari Suki dan menyatakan kalau dia mau pergi saja.
Tapi tentu saja Suki tak percaya bualannya begitu saja. Tersinggung, Pim menantang Suki untuk mengantarkannya ke mobil saja kalau tidak percaya. Oke! Suki sontak menyeret Pim dan Managernya masuk lift sambil terus memegangi mereka erat-erat.
Sayangnya dia tidak tahu bahwa begitu lift-nya menutup, Chaiyan dan Piak baru keluar dari lift sebelah dan langsung menuju ke kamar rawatnya Jee.
3 Comments
Aaahh makin penasaran...bner2 bikin pnasaran...lanjuutt min
ReplyDeleteTiap hari datengin blog ini
ReplyDeleteSamaaa donk gk cuma tiap hr...tiap jam nie nengokin blog ini...semangaat min
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam