Thit sedang bekerja saat Jane datang dengan cemas setelah mengetahui bukti yang mereka miliki menghilang.
Tanpa memberitahukan alasan yang sebenarnya, Thit cuma memberitahu Jane untuk tidak khawatir, mereka pasti akan mendapatkan bukti lainnya nanti. Lebih baik mereka urus dulu kasus-kasus yang mereka miliki saat ini.
"Maksudmu kau menangguhkan kasus ini?"
"Iya."
"Kenapa? Apa karena P'Jee?"
Thit menyangkal, itu adalah keputusannya sendiri, wanita itu tidak punya pengaruh apapun dalam hidupnya. Seorang pegawainya lalu datang untuk memberitahu Thit bahwa dia kedatangan tamu.
Ayah Piak yang datang untuk mengaduh tentang Chaiyan yang tidak bisa dihubungi sama sekali padahal Ayah ingin memberitahunya tentang kehamilan Piak.
Makanya Ayah datang untuk meminta bantuan Thit untuk membawa Chaiyan pulang. Ayah tidak ingin melihat Piak dicampakkan dalam keadaan hamil.
Jane datang membawakan minuman untuk mereka berdua saat itu. Percakapan mereka jelas menarik perhatiannya dan dengan sengaja dia tetap berada di dekat mereka untuk mendengar lebih lanjut.
Thit tak habis pikir mendengarnya, apa sebenarnya yang Chaiyan pikirkan? Apa mungkin dia benar-benar bersama Jee? Tidak seharusnya dia meninggalkan istri dan anaknya seperti ini. Atau jangan-jangan... ini memang cara Chaiyan untuk mengontrol situasi?
"Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Bisakah kau tangani masalah ini untukku?" Pinta Ayah.
Jade tidak bisa konsentrasi membaca novelnya mungkin karena masih memikirkan Jee. Saat Jane pulang tak lama kemudian, dia langsung memberitahu Jade bahwa orang yang Jee cintai ternyata Chaiyan.
Jade jelas kaget mendengarnya. Tapi saat dia teringat ucapan Jee waktu itu, Jade jadi kasihan sama dia.
Jane tidak mengerti kenapa Jade malah kasihan, seharusnya dia senang dong karena tidak terlibat dalam cinta segitiga mereka.
"Aku tidak cukup baik, makanya Khun Jee lebih memilih dia walaupun hubungan mereka mustahil."
"Kau masih mengkhawatirkan dia? P'Jee bukan hanya mematahkan hatimu, tapi juga menghalangimu dan membuat orang yang baik seperti P'Dao keluar dari kehidupanmu."
Jade bingung mendengarnya, apa maksudnya? Jane akhirnya memberitahu Jade kalau Dao sudah mengundurkan diri dari sekolah, dia bahkan mematikan teleponnya dan tidak bisa dihubungi sama sekali.
Dao mungkin ingin Jade berbahagia bersama Jee, makanya dia memilih untuk pergi. Hari ini Jane akhirnya mengerti kenapa Dao berkorban sebesar itu. Dao pasti tidak ingin Jee menjadi perusak rumah tangga orang lain, dia juga pasti ingin melindungi Jee dari Chaiyan. Makanya Dao menyerahkan Jade pada Jee.
"Kenapa kau tidak memberitahuku?"
"Karena kau tergila-gila pada P'Jee. Kenapa juga kau mempedulikan P'Dao?"
Teringat kalau dia dan Dao sama-sama membaca novel berseri yang sama, Jade langsung melesat ke perpustakaan untuk mengecek apakah Dao sudah meminjam edisi ke-17. Pustakawan bilang sudah, jadi dia harus menunggu si peminjam untuk mengembalikannya.
Jade langsung senang mendengarnya. Dia lalu cepat-cepat mencari buku edisi ke 18 lalu menulis sebuah pesan di sebuah kertas yang dibentuk pesawat.
"Terima kasih atas perasaanmu terhadapku. Aku berharap kau kembali. Ada yang harus kukatakan padamu, Khun Dao." Tulis Jade dalam pesannya yang kemudian dia selipkan di dalam novel.
Saat Thit tiba di rumah sakit, dia melihat Piak melamun sedih seorang diri. Piak tidak mengerti apa yang sudah dilakukannya hingga Chaiyan begitu membencinya. Apa Chaiyan akan menceraikannya? Dia yakin sekali kalau sekarang ini Chaiyan tinggal bersama Jee.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun melakukan itu padamu." Janji Thit.
Thit mencoba menyuruhnya tidur, tapi Piak tidak mau tidur. Dia tidak mau terbangun dari mimpi dan menghadapi Chaiyan yang tidak mencintainya. Prihatin, Thit meyakinkan kalau itu tidak hanya akan menjadi impian saja. Thit janji akan membawa Chaiyan kembali ke Piak.
Jee dan Chaiyan sedang syuting lakorn hari itu. Jee sukses memerankan nyonya licik yang mengusir si wanita ketiga dari hadapan suaminya. Chaiyan benar-benar puas denganya Jee.
Saat mereka istirahat, Chaiyan mencemaskan Jee karena jadwal mereka yang cukup padat. Jee sama sekali tidak mempermasalahkannya, tapi dia penasaran apakah Chaiyan sudah menyelesaikan masalahnya dengan Piak?
"Apanya yang harus diselesaikan? Semuanya sudah berakhir hari itu."
Tepat saat itu juga, Thit mendadak muncul dan terang-terangan menyindir Jee di hadapan semua orang. "Kau masih mengincar suami wanita lain?"
"Hentikan, Thit."
"Kaulah yang harus berhenti. Piak menunggumu di rumah sakit. Bukannya menjaganya, kau malah bersama wanita lain seperti ini?"
"Bukankah Piak memilikimu dan ayahnya yang selalu memanjakannya?"
"Tapi orang yang paling dibutuhkan Piak adalah kau!"
"Tapi aku tidak mau bertemu Piak! Mengerti?!"
"Walaupun Piak sedang hamil?! Kalau kau tidak mau mempertimbangkan Piak, setidaknya pertimbangkanlah anakmu!"
Semua orang terkejut mendengarnya. Tapi Chaiyan sudah terlalu hapal dengan kelicikan Piak hingga sekarang dia tidak bisa mempercayainya lagi. Dia bahkan sangat yakin kalau kali ini Piak pasti berbohong lagi, sama seperti saat dia berbohong tentang overdosisnya.
Kesal, Thit sontak menonjoknya. Dia hampir saja menghajarnya lagi, tapi Jee cepat mencegahnya. Thit jadi kesal dan beralih mengkonfrontasi Jee. Apa sekarang dia puas dan bangga setelah berhasil merebut suami wanita lain?
Chaiyan tidak terima dan langsung balas menonjok Thit. Jadilah kedua pria itu berkelahi sengit. Untunglah Jee cepat menghentikan mereka, tapi Thit terus saja menuduh Jee sebagai penyebab kehancuran rumah tangga mereka.
Karena Jee lah Chaiyan berubah. "Dulu dia pria, tapi sekarang tidak."
Jee sinis mendengar. Kalau Thit membicarakan masalah jantan-jantanan, seharusnya dia menanyakan dirinya sendiri dulu. Apa dia sendiri jantan?
"Kalau kau mencoba balas dendam padaku, maka biarkan aku memberitahumu, kau tidak akan pernah berhasil." Kesal Thit lalu pergi.
Saat mereka berduaan, Jee memberitahu Chaiyan kalau menurutnya kehamilan Piak itu bukan bohong. Sebaiknya Chaiyan pergi mengurus Piak. Tapi Chaiyan tetap ngotot dengan keyakinannya sendiri.
Piak tahu kalau trik pertamanya tidak berhasil, makanya sekarang Piak menggunakan anak sebagai alasan. Jee rasa tidak begitu, siapa juga yang akan menggunakan anak sebagai candaan?
"Kau bicara seakan kau tidak tahu Piak saja. Seseorang seperti Piak, apa yang tidak bisa dilakukannya? Dia ingin menang melawan seluruh dunia. Tapi tidak pernah sekalipun melihat apa yang sudah dia lakukan padaku."
Hampir sepanjang hidupnya, Chaiyan bertahan menghadapi Piak. Dia bertahan biarpun Piak berkali-kali mempermainkan perasaannya. Tapi sekarang dia sudah tidak tahan lagi dengan Piak yang selalu memperlakukannya seperti orang bodoh.
"Aku punya perasaan, Jee. Aku merasa terluka, Jee. Tapi air mataku hanya akan memberinya kepuasan."
Ayah ditelepon Thit yang memberitahunya bahwa Chaiyan tidak mau pulang ke Piak dan anaknya. Chaiyan bahkan tidak percaya kalau Piak sedang hamil, dia kira Piak berbohong.
"Apa Chaiyan sungguh berkata begitu?"
"Jangan khawatir, Paman. Aku akan bicara dengannya dan menyeretnya pulang." Janji Thit.
"Thit, jika Chaiyan bersikeras tidak mau pulang ke istri dan anaknya, lebih baik lupakan saja dia. Biarkan dia pergi, aku bisa menjaga putriku seorang diri dan membesarkan cucuku. Itu lebih baik darpada menyeret pulang seseorang yang tidak punya tanggung jawab."
Tapi Piak ternyata mendengar pembicaraan mereka dan langsung histeris lagi, mengira kalau Chaiyan benar-benar sudah tidak mencintainya lagi, makanya Chaiyan tidak mau kembali padanya. Prihatin mendengar tangisan Piak, Thit bersumpah tidak akan membiarkan masalah ini berakhir seperti ini saja.
Di kantor, Seniornya Jane memberikan setumpuk dokumen pada Jane. Tapi Jane agak malas mempelajarinya. Takutnya dia hanya akan sia-sia saja membacanya seperti yang terjadi pada kasus Ayah Tirinya Jee.
"Kujamin kalau P'Thit tidak akan pernah melindungi Jeerawat, Nong Jane."
"Dan kenapa kau meyakininya?"
"Apa kau tidak tahu siapa orang yang menabrak kekasihnya P'Thit?"
Si senior lalu memperlihatkan berita-berita kecelakaannya Tiw dan memberitahu Jane bahwa Jee lah yang sebenarnya menabrak Tiw. Thit yakin karena pada saat kecelakaan itu terjadi, Thit sedang bicara dengannya di telepon dan saat itulah Thit mendengar suara si pengemudi mobil itu adalah seorang perempuan.
Tapi berhubung Jee itu terkenal, jadi mudah saja bagi mereka untuk mencari seseorang sebagai kambing hitam. Karena itulah Thit sangat membenci Jee.
Setiap kali mereka bertemu, mereka hampir membunuh satu sama lain karena Thit tahu bahwa pembunuh yang sebenarnya adalah Jee. Makanya dia menarget bisnis keluarga itu sebagai pembalasan dendam demi mendiang kekasihnya.
"Pikirkan saja, Khun Tiw meninggal dunia hanya beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Itu adalah kecelakaan yang membuat P'Thit tak punya siapapun lagi dalam hidupnya."
Jane tak habis pikir mendengarnya. "Aku sungguh tak menyangka semua orang saling berhubungan seperti ini."
"Jadi sekarang berhentilah mencurigai P'Thit. Karena P'Thit tidak akan pernah menghentikan kasus Sitta demi Khun Jee."
4 Comments
Lnjut truz mb semangatt
ReplyDeletePagi pagi udah dapet baperann... wkwkwk.. lanjut minn
ReplyDeleteLanjuutt min
ReplyDeleteLanjut....
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam