Sinopsis Kleun Cheewit Episode 12 - 2

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 12 - 2

 

Thit sinis mendengarnya. Itu memang keahliannya Jee, kan?

Seperti biasanya, Jee membiarkan Thit berpikiran buruk tentang dirinya dan to the point tanya Thit mau tidur dengannya di mana?

"Di sini, bisa kau melakukannya?"

Jee sakit hati mendengar hinaannya. Tapi kemudian dia melempar tasnya lalu mulai membuka pakaiannya yang kontan membuat Thit jadi makin galau.

"Cukup! Ini saja sudah membuatku tahu kalau kau pintar menjual harga diri dan martabatmu demi keuntunganmu sendiri."

"Tapi kesepakatannya kau ingin tidur denganku, kan?"

"Tapi sekarang aku tidak mau!"

"Dan bagaimana aku tahu kalau kau tidak akan menarik kata-katamu kembali?"

"Seseorang sepertiku bisa dipercaya."

"Aku pernah berpikir seperti itu... tapi pada akhirnya, kau rela melakukan apapun demi mendapatkan keadilan untuk wanita yang kau cintai. Cepat lakukan agar kita tidak saling berhutang pada satu sama lain."


Jee langsung melucuti semua bajunya saat itu juga sambil mendekati Thit. Tapi Thit sontak menghentikannya dengan mencengkeram kedua tangan Jee. Dia kan sudah bilang kalau dia tidak mau!

"Kenapa? Apa kau merasa jijik? Atau takut?"

"Orang sepertimu... apa yang perlu kutakutkan?"

"Takut pada hatimu. Kau takut jika kau dekat-dekat denganku, hatimu akan goyah, iya kan? Dulu kau berusaha mendekatiku karena kau ingin balas dendam, tapi pada akhirnya kau tertarik padaku, protektif padaku, dan mencintaiku!"

"Kaulah yang goyah, tertarik padaku, dan mencintaiku. Jika ayah tirimu tidak mengekspos bukti tentangmu, aku pasti akan membuatmu sangat mencintaiku hingga kau mengakui semua kebenarannya sendiri."


Akhirnya Thit mengakuinya juga. Bahwa Thit mendekatinya hanya demi memenjarakannya.

Thit mengakuinya, tapi harap Jee ketahui bahwa dia bukan pria c***l seperti pria lain.

Satu-satunya alasannya mendekati Jee hanya demi menegakkan keadilan untuk Tiw. Dan jika malam ini Thit menyentuhnya, maka itu hanya untuk merendahkan harga diri dan martabat Jee demi membalas dendam Tiw.

Dia pernah bilang bahwa hukum mungkin tidak bisa menghukum Jee, tapi dia akan menggunakan hukum karma untuk menyakiti Jee. Dia akan menyakiti Jee hingga Jee merasa tidak berharga dan tersiksa sampai mati.

Dia akan membuat Jee malu sepanjang sisa hidupnya karena telah menjual harga diri dan martabatnya untuk tidur dengan pria demi menghindari penjara.

 

"Lakukan! C**m aku! Tiduri aku! Injak-injaklah martabatku! Balas dendamlah karena aku telah menyebabkan wanita yang kau cintai mati! Lakukan, Khun Sathit! Lakukan!"

Thit kontan terprovokasi dan langsung menc**m paksa Jee. Tapi pada akhirnya, mereka mulai larut dalam perasaan mereka.


Keesokan harinya, Jee tampak masih tidur di ranjangnya sementara Thit galau antara kesal dan menyesal. Perlahan dia mengulurkan tangan untuk menyentuh Jee. Tapi saat melihat fotonya bersama Tiw yang berada di nakas, dia langsung mengurungkan niatnya dan pergi.


Jee membuka matanya saat itu juga dan menangis dalam diam teringat akan ucapan ibunya bahwa cinta itu tidak pernah ada dan pengakuan Thit kalau dia mau tidur dengan Jee hanya untuk merendahkan harga diri dan martabatnya demi membalas dendam Tiw.

Thit bersikeras pada dirinya sendiri bahwa apa yang dia lakukan pada Jee adalah benar dan sangat pantas demi membayar nyawa Tiw, tapi pada akhirnya dia tak kuasa menahan air matanya.


Di rumah sakit, Piak mencoba menghubungi Chaiyan lagi, tapi malah terhubung ke voice mail. Tak tahan lagi, dia langsung mencopot infusnya dan memutuskan mau pergi mencari Chaiyan.

Ayah berusaha mencegahnya, tapi Piak terus berusaha memberontak seperti orang kesetanan. Pokoknya dia bertekad mau mencari Chaiyan dan menyeretnya kemari, dia akan memporakporandakan seisi dunia kalau perlu.

"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan kegilaan lagi, Ganti bajumu dan ayo pulang!"

Piak ngotot tidak mau pulang dan terus berusaha memberontak sekuat tenaga dari cengkeraman Ayah. Tapi tiba-tiba saja dia pingsan, dan kali ini dia pingsan betulan.


Saat Jee memunguti barang-barangnya yang berceceran di lantai, Thit muncul dan memperingatkannya untuk tidak meninggalkan barang apapun di sini. "Aku tidak mau melihat apapun yang berhubungan denganmu lagi."

Dia lalu melempar map yang berisi buktinya Jee agar Jee tidak akan lagi menuduhnya tidak menepati janji. Bawa bukti itu kembali.

"Baiklah. Kuharap kau melakukan apa yang kau katakan dan jangan menuntut apapun lagi dariku karena aku sudah tak punya apapun lagi untukmu. Aku sudah mengkompensasikan segalanya untukmu. Setelah hari ini, detik ini juga, kau dan aku tidak punya hutang apapun."

"Jangan khawatir, aku cukup jantan. Dan yang paling penting, segala yang kumenangkan, aku tidak akan mengingatnya."

Jee sedih mendengarnya, tapi dia berusaha untuk tetap tegar. "Kuharap kau bahagia dengan kemenanganmu, Pak Pengacara."

 

Begitu dia keluar dari rumah itu, Jee langsung menangis lagi. Thit sendiri masih menggalau di sana saat tiba-tiba dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, ternyata lipstiknya Jee tak sengaja ketinggalan di bawah sofa.


Saat dokter kembali dengan membawakan hasil diagnosanya, Ayah dan Piak langsung takut kalau-kalau Piak menderita penyakit serius.

Tapi tidak, ia justru membawakan berita baik: Piak hamil. Ayah langsung bahagia mendengarnya, tapi sayangnya, Piak tidak bisa bahagia sepenuhnya.


Begitu Jee tiba di rumah, Suki langsung merecokinya dengan cemas dan penasaran dengan map yang dibawanya itu. Tapi Jee menolak menjawab apapun. "Aku mau mandi. Aku kotor."

Tepat setelah Jee masuk kamar mandi, Khun Ying menelepon Suki, maka Suki pun memberitahu Khun Ying kalau Jee sudah pulang. Secara bersamaan, Jee dan Thit mandi dan membersihkan t**uh mereka dengan sedih.

Saat Thit keluar dari kamar mandi, dia melihat selimut dan bantalnya masih berantakan yang kontan mengingatkannya akan Jee lagi. Sontak dia melempar semua itu dengan penuh amarah.


Khun Ying datang saat Jee selesai mandi dan langsung menuntut penjelasan akan isi map itu. Bagaimana caranya Jee mendapatkan bukti ini?

"Dan kesepakatan apa yang diusulkan pengacara itu pada Ibu?"

Khun Ying shock mendengarnya, jangan bilang kalau Jee menukar t**uhnya demi mendapatkan bukti ini? Bagaimana bisa Jee melakukan itu? Kenapa dia melakukan tindakan bodoh seperti itu?! Apa dia masih punya martabat?!

"Apa kau tahu kalau melakukan ini tidak ada bedanya dengan..."

"Pekerjaan lama Ibu?"

Khun Ying sontak menamparnya keras-keras sampai Jee tersungkur ke lantai. "Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini?!"


"Karena aku bodoh, makanya aku menggunakan cara bodoh seperti ini untuk mengakhiri segalanya."

"Karena inilah dia mengira kau murahan. Kenapa kau melakukan perbuatan murahan seperti ini?!" Khun Ying sontak memukulinya lagi sampai Suki harus bertindak dan menjauhkannya dari Jee.

"Seseorang sepertiku, tak peduli perbuatan baik apapun yang kulakukan, tetap saja tidak akan ada seorangpun yang menganggap aku baik. Jadi kenapa juga aku harus mempedulikan orang lain?"

Dia sudah melakukan segalanya untuk mengompensasi demi semua orang. Jadi Khun Ying tidak usah khawatir. Mulai sekarang, tidak akan ada yang bisa menghancurkan status Khun Ying-nya. Dia tidak akan memiliki putri narapidana dan tidak akan punya hutang pada Sitta juga. Jadi kenapa Khun Ying tidak bahagia?

"Atau haruskah aku menjadi gundiknya Sitta biar Ibu senang?"

"Hentikan, Jee!"

"Tampar saja aku! Lakukan! Tampar aku sampai mati. Lagipula orang seperti aku tidak pernah melakukan perbuatan baik."

Jee tidak pernah ingin menyakiti siapapun, tapi kenapa dia harus selalu jadi terdakwa atas semua tuduhan? Baik Thit, Khun Ying, bahkan P'Chaiyan. Semua orang menuduhnya menghancurkan hidup mereka.

"Tapi bagaimana denganku? Apa ada seseorang yang peduli padaku?! Bukankah hidupku sudah cukup buruk? Berapa banyak lagi aku harus mengkompensasinya?!"


Mendengar itu, Suki bertanya apakah Jee mencintai Thit sebesar itu. Tapi Jee sama sekali tidak merasa cukup berharga untuk mencintai siapapun, tak ada seorangpun yang mencintainya. Dia sudah tidak punya siapapun lagi.

"Itu tidak benar!" Suki sontak memluknya dan membiarkan Jee menangis dalam plukannya. Khun Ying pun langsung menangis penuh penyesalan, menyadari dirinya telah menyakiti putrinya sebesar ini.

 

Ayah Piak kembali dengan membawakan bubur untuk putrinya. Tapi Piak sama sekali tidak selera makan dan terus menanyakan keberadaan Chaiyan saat ini. Kenapa Chaiyan mematikan ponselnya dan menghindarinya.

"Apa Chaiyan benar-benar sudah meninggalkanku? Apa dia tidak tahu kalau aku dan bayi kami menunggunya di sini? Dia melakukan ini untuk balas dendam padaku, kan?"

"Jangan berpikir berlebihan. Jaga dirimu dulu. Kau mengandung sekarang. Ayo, makan buburnya. Biar bayinya kuat."

Tapi Piak terus menangis dan menolak makan. Cemas, Ayah memohon agar Piak tidak begini terus. Ayah janji akan membawa Chaiyan pulang. Tapi sekarang ini, Piak harus menjaga dirinya dulu.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

  1. Lanjuutt min...semangaatt. bikin sedih tpi jga pnasaran

    ReplyDelete
  2. Tambah greget ini...
    Abis baca sinopsis lihat dramanya..
    Hahahaha

    ReplyDelete
  3. Lanjut....ditunggu trus update

    ReplyDelete
  4. Jangan lama lama updatenya ya...lg greget nih

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam