Sinopsis Kleun Cheewit Episode 11 - 5

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 11 - 5


Suki ada di dalam rumah saat mereka masuk. Tapi saat dia melihat Jee pulang bersama Thit, dia cepat-cepat menyembunyikan diri dan mengintip dari balik tembok.

Thit memberitahu Jee bahwa Chait sudah mengirim petugas untuk berjaga di sekitar rumah Jee, dia akan aman di sini. Tapi saat Thit mau pergi, Jee kontan mencegahnya dan mengingatkan Thit kalau dia sendiri berada dalam bahaya. Jadi dia harus tetap di sini.

Sembari menggenggam tangan Jee, Thit berkata kalau dia sudah cukup lama bersembunyi, jadi sekarang sudah saatnya dia mengakhirinya. Bukankah Jee sendiri yang bilang bahwa mereka tidak melarikan diri, melainkan bersiap.

"Sekarang aku sudah siap. Firma hukumku, punya teknisi IT yang bisa me-recover komputernya Way. Dan kami sudah memiliki cukup bukti akan korupsi yang dilakukan Sitta dengan cara memalsukan akta tanah."


Tapi itu malah membuat Jee jadi tambah cemas. Semua itu bisa membuat Thit dalam bahaya yang semakin besar. Thit tetap tenang, dia punya Chait kok.

"Tetap saja, Sitta tidak akan diam saja dan menunggumu datang untuk menangkapnya. Aku tidak akan melepaskanmu. Pokoknya aku tidak akan melepaskanmu. Kau harus tinggal bersamaku. Aku tidak tahan kehilangan siapapun lagi."

Thit tersentuh mendengarnya, dengan lembut dia menyeka air mata Jee dan meyakinkannya kalau dia tidak akan pergi ke mana-mana. Mereka punya banyak karma buruk pada satu sama lain, jadi mereka harus saling membayarnya untuk waktu yang sangat lama.

Mendadak ponselnya Thit berbunyi dari Chait. Thit pun terpaksa harus pergi. Tapi Jee tak rela membiarkannya pergi dan langsung menariknya kembali.

Melihat kekhawatiran yang tulus dalam tatapan mata Jee, Thit langsung menarik Jee ke dalam plukannya dan meyakinkannya untuk tidak cemas, dia akan menjaga dirinya sendiri dengan baik.

"Aku tidak akan bersikap gegabah dan membahayakan nyawaku. Aku akan kembali. Aku janji."

Thit lalu pergi. Tapi saat Jee hendak menyusulnya, Suki akhirnya keluar dari persembunyiannya dan langsung menegurnya dengan kesal.


Khun Ying baru tiba di lobi, tapi malah melihat Thit yang baru turun. Ia sontak menyembunyikan diri sebelum Thit melihatnya dan mendengar Thit menelepon pegawainya dan menyuruh si pegawai untuk menyembunyikan bukti-bukti yang mereka miliki (tentang Sitta) di rumahnya.


Suki kesal menuntut Jee untuk menjawab pertanyaannya. Pria yang membuatnya berubah itu Jade, kan? Jee tegas menyangkal, Suki lihat sendiri kan tadi. Suki tidak setuju, dia lebih menyukai Jade.

"Tapi aku tidak menyukai Khun Jade. Orang yang mengajariku tentang cinta adalah..."

"Siapa?" Tuntut Khun Ying tiba-tiba.


Jee kontan kesal melihatnya dan menolak menjawab. Tepat saat itu juga ponselnya Jee berbunyi dari Thit. 

Jee berusaha menyembunyikannya, tapi Khun Ying langsung ganas merebutnya. Jadilah kedua ibu dan anak itu rebutan ponsel sampai Suki harus jadi korban diantara keganasan mereka.

Khun Ying dengan cepat merebut ponsel itu dan melihat peneleponnya adalah Thit dan langsung menuntut penjelasan Jee. 

Jee ngotot menolak menjawab, ini urusan pribadinya, ini hidupnya. Dengan siapa dia bicara, siapa yang dia telepon, dan siapa yang dia cintai, semua itu urusan pribadinya.

"Jadi kau mengakui kalau kau mencintai Sathit?"

Suki berusaha menenangkan Khun Ying dengan beralasan kalau Jee dan Thit sering kontak itu cuma karena Thit membantu Jee mengurus Nenek Jan saja. Tapi Jee malah terang-terangan membenarkan pertanyaan Khun Ying.

"Aku mencintai Khun Sathit."


Di tempat lain, Sekretarisnya Sitta berhasil mendapatkan semua bukti yang dimiliki Thit dan langsung menyerahkannya ke Sitta. Dia juga melapor bahwa dia sudah menyuruh orang untuk menjalankan rencana selanjutnya.

"Bagus. Jangan sampai mengacau. Kali ini aku bukan cuma akan menghancurkan duo ibu dan anak itu, tapi aku akan membunuh mereka."


Saat Thit dan Chait tiba di dekat rumah Thit, tiba-tiba Thit melihat sebuah mobil sedan hitam keluar dari arah jalan rumahnya yang kontan menarik perhatiannya. Thit mengenali mobil itu.


Jee nyinyir memberitahu Khun Ying bahwa seharusnya ia bahagia karena ternyata dia punya hati dan akhirnya bisa mengerti cinta.

"Lebih tepatnya, kau bodoh! Apa kau lupa bagaimana kau bertemu Sathit? Kau membunuh kekasihnya dan dia men-cap-mu sebagai pembunuh yang sangat ingin dia tangkap. Dia membencimu!"

"Tapi segalanya sudah berubah."

"Buka matamu dan sadarlah. Ini realita dan bukan lakorn dimana lawan bisa jadi kawan. Sathit baik padamu karena dia memanfaatkanmu untuk menghancurkan Thun."

"Tidak benar!"

Benar! Jee pintar dalam segala hal, tapi kenapa dia sangat bodoh dengan pria ini? Thit masuk ke dalam hidup Jee karena dia tahu Jee anak tirinya Thun. Dia memanfaatkan Jee untuk menjatuhkan Thun. Satu-satunya kelemahan Jee adalah kebaikan dan kebodohannya.


Yah, Jee mengakui bahwa kelemahannya adalah kebaikan dan kebodohannya. Kebaikan yang tidak bisa dibeli dengan uangnya Khun Ying. Kebaikan yang jauh lebih berharga daripada semua uang yang Khun Ying miliki. Dan kebaikan inilah yang akan mengubah apa yang tidak bisa diubah oleh uangnya Khun Ying.

"Maksudmu mengubah kebencian jadi cinta? Mustahil."

Bahkan sekalipun Jee melakukan kebaikan sepanjang hidupnya. Tapi jika dia tidak punya keuntungan, maka takkan ada seorangpun yang akan menghargainya. Lihat saja nanti. Saat Thit menjatuhkan Sitta, dia pasti akan menyerang Jee.

"Tidak benar! Khun Sathit bukan ibu dan akan kutunjukkan pada ibu bahwa kebaikan dan ketulusan akan menaklukkan kebencian. Seperti yang Nenek bilang padaku, jika ada kebaikan, maka ada cinta. Dan cinta sejati adalah hasil dari kebaikan."

Jee akan mengakui semua kebenarannya pada Thit. Dia yakin bahwa semua kebaikan yang dia lakukan, akan membuat Thit memaafkannya. Khun Ying jelas kesal mendengarnya, apalagi ia sudah tak bisa lagi melawannya.


Akhirnya ia pergi tapi sambil menelepon Suki dan menyuruhnya untuk menemani Jee di sini. Jangan biarkan Jee melakukan hal gila seperti yang dia katakan tadi. Jika dia sampai melakukannya, maka semua orang yang terlibat akan menderita.

Tapi saat dia keluar, dia malah heran mendapati mobilnya yang tadi mendadak menghilang dan digantikan sebuah mobil van. (Oh, mobil sedan hitam yang dilihat Thit kah?) Si supir beralasan kalau mobil yang tadi itu rusak, jadi dia membawanya ke bengkel.


Di tempat lain, seorang wanita yang berdandan ala Khun Ying, keluar dari mobil sedan hitam itu dan melapor ke Sekretarisnya Sitta bahwa dia sudah mengerjakan tugasnya. Sekretarisnya Sitta lalu melaporkannya pada bosnya.

"Bagus. Sekarang giliranku." Gumam Sitta sembari mengambil sebuah amplop.


Setibanya di depan rumahnya Thit, mereka membicarakan tentang mobil tadi. Karena Thit yakin kalau itu mobilnya Khun Ying, Chait akan mencoba menginterogasinya dan tanya kenapa dia datang ke area ini ataukah ada hubungannya dengan bukti yang Thit miliki.

"Kau pikir Khun Ying Jariya mengetahuinya?"

"Aku juga tidak tahu, tapi aku harus mencurigai segalanya dulu. Jangan lupa kalau Khun Ying Jariya adalah istrinya Sitta. Dan karena dia tidak berhasil membunuhmu, dia bisa saja menggunakan tipu muslihat lain. Kau juga tahu bahwa manusia bisa melakukan apapun demi keuntungan."


Saat Thit masuk rumah, dia malah mendapati rumahnya kayak kapal pecah seperti habis dirampok orang. Parahnya lagi, yang diambil adalah bukti-bukti kejahatan Sitta.

Teringat percakapannya dengan Chait tentang Khun Ying, Thit langsung curiga kalau ini perbuatannya Khun Ying.


Tepat saat itu juga, Sitta mendadak muncul sambil memuji duo ibu dan anak itu seolah mereka selama ini bekerja sama untuk membodohi Thit.

Dia mengklaim kalau Jee membodohi Thit dengan cara merayunya lalu Khun Ying menyuruh orang untuk mencuri bukti-bukti itu yang nantinya akan ia gunakan untuk menusuk Sitta dari belakang.

Thit salah kalau berpikir Khun Ying mencuri bukti-bukti itu demi dia, karena dia justru dikhianati oleh duo ibu dan anak itu.

Thit jelas tak percaya. "Berhentilah berbohong dan melemparkan kesalahan pada orang lain."


Sitta meyakinkan kalau ibu dan anak itu ingin merebut segalanya darinya. Alasan Jee membantu menyelidiki bisnisnya Sitta bukan karena Jee orang baik atau mencintai Thit, tapi karena Jee memanfaatkan Thit untuk menyingkirkannya.

Thit tetap tak percaya, dia cukup mengenal Jee. Karena itulah dia yakin orang yang sedang berusaha membodohinya sekarang ini adalah Sitta.

Sitta langsung ketawa ngakak mendengarnya, ingin sekali dia memberikan award sebagai aktris terbaik untuk anak tirinya itu karena telah berhasil membodohi dan menipu Thit dan juga berhasil menampilkan peran seorang wanita yang rela mengorbankan dirinya hingga membuat seorang pengacara yang dulunya pintar, menjadi sapi bodoh.

Dia bahkan mengklaim kalau Jee pernah merayunya yang sontak membuat Thit kesal. Tapi Sitta terus memprovokasinya dan meyakinkannya kalau Jee sama sekali bukan wanita baik hati seperti yang selama ini dia tampilkan di hadapan Thit.

Seharusnya Thit tahu latar belakang duo ibu dan anak itu. Ibunya Jee mel*c*rkan dirinya hingga dia bahkan tidak tahu siapa ayah anaknya. Dan Jee sama saja seperti ibunya, menggunakan t**uhnya demi mendapatkan keuntungan.


Semua yang Jee milikinya adalah hasil dari tidur dengan berbagai macam pria... termasuk kematian kekasihnya Thit. Menurut Thit siapa yang menutupi semua bukti hingga Jee tidak didakwa?

"Jeerawat menawarkan diri untuk tidur denganku untuk menghapus kesalahannya!"

Thit sontak menonjok Sitta dengan penuh amarah, sama sekali tidak mempercayai semua ucapannya. Tapi kemudian Sitta melempar sebuah amplop yang di dalamnya berisi bukti tentang Jee.

"Lihatlah bukti ini dan kau akan tahu siapa yang berbohong!"


Jee gelisah sepanjang hari karena Thit masih juga belum meneleponnya. Dia mencoba menelepon, tapi Thit sengaja tidak mengangkatnya... karena saat itu Thit sedang menonton rekaman CCTV yang jelas memperlihatkan Jee lah yang menabrak Tiw.

Rekaman itu sontak membuat kebenciannya pada Jee kembali membuncah teringat bagaimana selama ini Jee ngotot mengklaim dirinya tidak bersalah. 

Teringat ucapan Sitta bahwa Jee selama ini cuma membodohinya, Thit sepertinya mulai percaya kalau semua kebaikan Jee padanya selama ini palsu. Bahkan saat Jee mencoba meneleponnya lagi, Thit sontak melempar ponsel itu sampai hancur.


Keesokan harinya, Khun Ying mendapati Pim sedang sarapan bersama Sitta sambil bermanja-manja ria. Saat dia mau pindah dan memberikan tempat duduknya untuk Khun Ying, Sitta langsung mencegahnya.

"Aku bebas menentukan siapa yang boleh duduk di atas atau di bawah. Tergantung siapa yang baik padaku."

Mendengar itu, si pelayan dengan senyum liciknya menarikkan kursi yang agak jauh dari Sitta sambil nyinyir. 

"Dari atas ke bawah. Itu wajar, kau bangkit lalu jatuh. Tak ada seorangpun yang akan bertahan selamanya di puncak."


Tak mau dipermalukan, Khun Ying cepat-cepat menghindar dengan alasan kalau dia ada meeting. Tapi belum sempat dia pergi, Sitta mendadak bertanya-tanya apakah ada berita tentang kasus seorang nang'ek terkenal yang menabrak seseorang sampai mati?

Si pelayan bilang belum. Sitta langsung kesal mendengarnya, padahal dia sudah memberikan bukti itu. Thit tidak pantas menjadi pengacara. Khun Ying jelas kaget mendengarnya dan langsung menuntut penjelasan Sitta.

"Thun, kau cuma menakutiku dan tidak benar-benar memberikan bukti itu pada Sathit, kan? Kau cuma ingin aku menjauhkan Jee dari Sathit, kan?"

Dia berusaha meyakinkan Sitta kalau dia sudah berusaha menghentikan Jee semalam. Dia jamin kalau Jee tidak akan terlibat dengan Thit lagi. Jee tidak akan pernah menyakiti Sitta.

"Aku sudah bilang padamu bahwa kesempatan tidak sering datang." Kesal Sitta.


Khun Ying ketakutan mendengarnya. Dia berusaha berlutut di bawah kaki Sitta dan memohon-mohon padanya, tapi Sitta sontak mendorongnya sampai Khun Ying tersungkur ke lantai.

"Aku mengangkat kalian dari neraka ke surga, jadi aku juga bisa melempar kalian kembali ke neraka!"

 

Khun Ying cepat-cepat menelepon Suki dan menyuruh Suki untuk terus mengawasi Jee. Jangan biarkan Jee pergi ke mana pun dan jangan memberikan interview apapun pada wartawan.

Suki pede meyakinkan Khun Ying untuk tidak cemas, dia menjaga Jee semalam suntuk (padahal dia ketiduran). Tapi saat dia masuk ke kamar Jee, dia malah mendapati kamar itu kosong dan Jee tidak ada di mana-mana.

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam