Saat Khun Ying keluar, si pelayan muncul mau membawakan minuman untuk Sitta dan Pim, dan pastinya dia senang banget melihat kekesalan Khun Ying. Dia bahkan langsung nyinyirin Khun Ying untuk bersiap-siap ditendang dari rumah ini.
"Silahkan saja kalau kau ingin menjilat bos barumu." Balas Khun Ying.
"Bos apa? Dia cuma peliharaan barunya Thun, seperti anj*ng tua yang sebentar lagi akan ditendang gara-gara menggigit tuannya sendiri. Sudah sepantasnya Thun menendang si ibu dan anak ke jalanan."
"Dan apa kau pernah melihat anj*ng itu seperti apa?" Kesal Khun Ying lalu menampik nampannya sampai kedua gelas itu pecah.
Pim keluar gara-gara keributan itu dan langsung nyinyir, jadi sifat Jee menurun dari ibunya. Orang memang cuma bisa meng-upgrade t**uhnya dan bukan sikapnya. Hidupnya kelas atas tapi kelakuannya masih kampungan, pantas saja Sitta tidak bisa menoleransinya.
"Kau itu cuma gundik. Jangan berani-berani kau menghinaku!"
"Istri macam apa yang tidak bisa mempertahankan suaminya sendiri?"
Tidak terima, Khun Ying langsung melayangkan tangannya untuk menamparnya. Tapi Pim sigap menangkapnya sambil terus menyindir Khun Ying.
"Kau jatuh dari kehormatanmu itu gara-gara kau tidak bisa mendisplinkan putrimu dan membiarkan putrimu merebut tahtaku. Sekarang saatnya aku mengambil segalanya kembali!"
Jadilah kedua wanita itu tampar-tamparan dan jambak-jambakan bak anjing dan kucing. Tapi kemudian Sitta keluar kamar dan Pim langsung mengeluh manja padanya.
Kesal, Sitta langsung mengusir Khun Ying dan mendorongnya sampai dia tersungkur ke bawah kaki si pelayan. Pim tersenyum licik melihatnya, apalagi si pelayan setianya Sitta yang langsung ketawa puas.
Sesampainya di rumah, Jee dan Dao malah mendapati Chaiyan masih di sana. Loh, kenapa Chaiyan belum pulang ke Piak?
"Apa mungkin aku berdiri di sini kalau aku pergi?" Tukas Chaiyan.
"Hei, aku bertanya baik-baik. Tidak usah sarkastis begitu. Pulanglah, akan kuantarkan kau."
Chaiyan ngotot tidak mau pulang, malah berbaring santai di sofa. Lagian kalau dia pulang sekarang, itu cuma akan memicu pertengkaran lebih lanjut. Dia mau bermalam lagi di sini, baru dia akan pergi untuk menyelesaikannya besok.
"Dan apa bedanya sekarang dengan besok?"
"Bedanya, kami akan punya lebih banyak waktu untuk berpikir."
Chaiyan ngotot kalau dia tidak beralasan. Dan berhubung dia tidak bisa bicara dengan Jee, dia langsung beralih minta izin Dao untuk bermalam di sini malam ini. Boleh, kan?
Baiklah, Jee akhirnya mengalah. "Tapi berhati-hatilah istrimu mungkin akan menghilang."
Piak mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam pada Jee. Dia melepas cincin pernikahannya lalu meletakkannya di samping sebuah botol obat. Err... sepertinya obat depresi. Dia memotret semua itu lalu mempostingnya di medsos.
Suki sedang heboh melihat-lihat postingan cowok-cowok s**si saat tiba-tiba saja dia melihat postingan terbarunya Piak yang kontan membuatnya cemas. Piak mau ngapain dengan obat itu?
Keesokan harinya, Ayah masuk ke kamar Piak, tapi malah menemukan Piak tergeletak pingsan di lantai dan obatnya berceceran di lantai.
Chaiyan sedang sarapan bersama kedua wanita saat dia mendapat kabar itu. Secara bersamaan, Thit juga mendapat kabar itu.
Medsos langsung heboh memberitakan masalah itu. Suki yang cemas langsung menelepon Dao gara-gara tidak bisa menghubungi Jee dan meminta Dao untuk menyuruh Jee tidak ke mana-mana bersama Chaiyan. Soalnya para netizen salah paham menuduh Jee merebut Chaiyan, makanya Piak mencoba bunuh diri.
Sayangnya peringatan Suki itu sudah terlambat. Jee malah sudah berada di jalan menuju rumah sakit bersama Chaiyan.
Mereka terjebak macet di tengah jalan. Tapi Jee melihat ada ojek di depan. Dia cepat-cepat memanggilkan ojek itu untuk Chaiyan biar dia menembus kemacetan dan lebih cepat sampai di RS.
Tapi saking buru-burunya, Tukang Ojek nekat lewat di trotoar dan akibatnya hampir saja menabrak seseorang. Dia berhasil menghindarinya, tapi malah membuat motornya terjatuh dan membuat Chaiyan ikut terjatuh. Lututnya bahkan terluka gara-gara itu.
Setibanya di depan RS, dia malah melihat serombongan wartawan sudah menunggu di lobi. Chaiyan bingung harus bagaimana. Tapi saat melihat topi-nya Tukang Ojek, dia langsung punya ide bagus dan membeli topi itu untuk samaran.
Suster melepas infusnya Jade dan memberitahu bahwa Jade bisa pulang setelah diperiksa dokter nanti. Dao datang saat itu juga. Melihat Jade sudah boleh pulang, Dao menyuruh Jade untuk cepat-cepat ganti baju lalu keluar secepatnya. Jade jelas bingung dengan sikapnya, kenapa mesti buru-buru?
"Untuk membuat Jee tahu bagaimana perasaanmu terhadapnya."
Chaiyan berhasil masuk dengan mudah. Tapi saat dia hendak masuk ke kamar Piak, dia malah mendengar Piak memerintahkan seseorang ditelepon untuk mempermalukan Jee begitu Jee datang ke rumah sakit nanti. Dia bahkan menjanjikan banyak uang pada orang itu.
Kesal melihat kelakuan putrinya, Ayah sontak mematikan teleponnya. "Kau sudah gila apa? Belum cukup kau pura-pura overdosis biar aku membawamu ke rumah sakit? Sekarang kau malah membayar orang sebagai penggemarnya Jee untuk menghancurkan reputasinya? Ayah tidak setuju!"
Piak malah mengancam akan overdosis beneran kalau Ayah menghalanginya. Dia sudah berhenti, tapi Jee malah menipunya. Pura-pura baik padanya padahal diam-diam dia tidur dengan Chaiyan.
"Kalau Jee ingin menjadi gundik, maka akan kuumumkan pada dunia."
"Tapi bukan cuma Jee yang akan kehilangan reputasi, perusahaan kita juga akan menderita."
"Antara uang dan perasaan putri Ayah, mana yang Ayah pilih?" Tuntut Piak.
Kecewa, Chaiyan tidak jadi masuk dan langsung pergi saat itu juga tanpa mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut.
Ayah bertanya bagaimana dengan Chaiyan. Tentu saja Piak menunggunya, jika Chaiyan mencintainya, maka Chaiyan pasti akan datang.
Jee baru tiba di lobi rumah sakit dan sedang berusaha menyembunyikan diri dari para wartawan saat Chaiyan meneleponnya dan memperingatkannya akan rencana Piak. Sebaiknya Jee segera pergi dari sini dan tidak usah menunggunya.
Tapi saat dia hendak menghindari, beberapa orang penggemarnya muncul yang kontan menarik perhatian para wartawan. Mereka jelas-jelas penggemar palsu karena mereka mendadak menuntut kenapa Jee merebut suami orang dan apakah dia datang untuk merebut suami orang.
Jee jelas tidak terima. "Tentu saja, tidak! Nong, kalau kau tidak mengetahui kebenarannya maka jangan bicara. Apa kau benar-benar penggemarku?"
"Tentu saja, P'Jee. Aku tahu kau merebut suami orang. Bahkan kau menipu temanku untuk mencintainya lalu kau campakkan dia. Hidupnya hancur sekarang."
"Itu tidak benar! Semuanya bohong! Apa dia menyewa kalian? Kembalilah sekarang juga sebelum aku menuntut kalian!"
Dia berusaha menyingkirkan mereka semua saat tiba-tiba saja mereka mendadak memberinya jalan. Tapi kemudian si penggemar palsu melemparkan telur busuk ke Jee. Tapi untunglah Jade muncul dan sigap menamengi Jee hingga telur itu mengenai dirinya sendiri.
Semua kamera kontan terarah ke mereka. Melihat itu, Jade dengan santainya menyuruh mereka untuk memotret dan menulis cerita sesuka hati mereka dan mengumumkan bahwa Jee bukan gundiknya siapapun dan tidak akan pernah menjadi gundik siapapun.
"Khun Jee sudah punya pacar!" Sontak semua orang heboh bertanya-tanya siapa pacarnya Jee, maka Jade dengan percaya diri mengumumkan. "Akulah pacarnya Khun Jee."
Dia bahkan membuktikannya dengan menggenggam tangan Jee, sedangkan Jee hanya bisa menatapnya dengan kebingungan. Sedih, Dao langsung pergi dari sana.
Chaiyan terduduk lemas di dalam lift, kedua tangannya terkepal erat-erat sembari berusaha menahan tangisnya. Dia benar-benar sedih dan kecewa memikirkan kelicikan Piak.
Setelah semua orang itu pergi, Jee membantu membersihkan bajunya Jade dan lehernya yang kena telur yang kontan membuat jarak wajah mereka jadi sangat dekat dan membuat Jade semakin terpesona. Tapi Jee tampak jelas tidak terpengaruh sama sekali.
"Bagaimana bisa kau sampai ke sini?"
"Khun Dao yang membawaku. Dan lagi, Khun Dao memberikan kunci mobil ini kembali padamu."
"Apa yang Dao pikirkan dengan membawamu kemari. Aku belum membayar kebaikanmu yang sebelumnya dan sekarang aku berhutang satu lagi padamu. Berapa lama yang kubutuhkan untuk membayar semua kebaikanmu?"
"Khun Jee, aku ini bukan orang yang haus darah. Aku hanya berpikir... kau akan membeli furniture rumah bersamaku." Canda Jade.
"Lalu apa lagi?"
"Lalu buatkan aku makanan 3 kali sehari."
"Lalu?"
"Dan kau juga akan menonton TV bersamaku tiap malam dan menyiapkan baju untukku setiap pagi. Dan satu lagi, kau harus menyiapkan pasta gigi untukku setiap malam."
Senyum Jee seketika menghilang mendengar semua itu, semua itu kan tugasnya pacar. Dan Jade langsung membenarkannya dengan senyum.
Jee tak nyaman dan buru-buru menjauh. Semua kebaikan yang harus dia lakukan untuk Jade itu, cuma bercanda, kan?
Jade mengiyakan. Masalah itu dia memang bercanda. Tapi kemudian dia menggenggam tangan Jee... tepat saat Thit baru tiba di sana dan melihat mereka.
Jade menegaskan maksudnya adalah dia tidak menginginkan balas jasa dari Jee karena dia ingin Jee melakukannya dengan kemauannya sendiri. "Aku menyukaimu."
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam