Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 7 - 2

Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 7 - 2


Si Bai memberitahukan hasil laporan otopsinya. Di dalam p**ut korban ditemukan wine asal Romani, daging sapi wagyu, dan ikan cod biru yang semuanya adalah makanan dan minuman mewah. Di laporan otopsi kedua korban sebelumnya juga ditemukan seafood dan Maotai (arak beras Cina yang mahal).


Jin Xi berterima kasih padanya dan mengajaknya pulang bareng, tapi Si Bai menolak dengan alasan menunggu asistennya.

Jin Xi pun pergi sendiri, tapi saat Jin Xi menoleh dia malah mendapati Si Bai melepas jas kerjanya dan bersiap pulang.

 

Jin Xi ngemil di kasur sambil memikirkan keanehan sikap Si Bai yang jelas-jelas sedang menghindarinya tadi. Apa yang terjadi? Apa dia melakukan atau mengatakan sesuatu yang salah? Atau sekarang Si Bai tak lagi menganggapnya teman?


Han Chen pulang tak lama kemudian dan Jin Xi reflek menyapanya. "Sudah pulang?" Tapi sedetik kemudian dia langsung panik pura-pura tidur.

"Iya, aku pulang untuk mandi... dan untuk melihat kau tidur nyenyak atau tidak. Kenapa kau belum tidur?"

"Aku tidur kok. Aku cuma terbangun saat mendengar suara berisik."

"Aktingmu bagus sekali."

"Pergi mandi sana!"


Setelah Han Chen selesai mandi tak lama kemudian, mereka duduk berngkulan di sofa sambil membicarakan kasus ini. Jin Xi mengaku kesulitan dengan proses profilingnya. Di seluruh kota, ada ratusan bahkan ratusan ribu orang yang sesuai kriteria penjahatnya.


"Karena itulah aku tidak percaya dengan psikologi kriminal." Kata Han Chen.

Menurutnya, dalam psikologi kriminal mereka hanya menghipotesis profil penjahat lalu mencarinya di antara massa. Apa yang mereka lakukan itu hanya berupa kemungkinan dan tanpa hasil.

Beda dengan investigasi tradisional. Dalam investigasi tradisional, mreka menggunakan cukup bukti dan deduksi logis dari observasi dan menyingkirkan semua ketidakmungkinan untuk mencapai hasil.

Jin Xi jelas langsung ngambek mendengar Han Chen meremehkan ilmu psikologi kriminalnya.

Menyadari kesalahannya, Han Chen mencoba merayunya dengan c**man dadakan yang malah membuat Jin Xi jadi makin kesal.


"Dasar penipu!"

"Aku tidak menipumu. Aku hanya menunjukkan kelemahan psikologi kriminal."

Kesal, Jin Xi mau beranjak pergi. Tapi Han Chen dengan cepat menariknya kembali. "Bai Jin Xi! Kau sudah lama jadi milikku, tapi rasanya aku seperti orang idiot yang sedang berusaha meruntuhkan tembokmu."

 

Baiklah, lebih baik mereka tidak usah membicarakan itu lagi dan Han Chen beralih topik mengajak Jin Xi membaca laporan forensik. Oke, Jin Xi mau mengambil dokumennya. Tapi Han Chen ngotot mau membacanya.

Terserah, Jin Xi pun langsung tiduran di pagkuan Han Chen sementara Han Chen membacakan laporan itu bak lagi membacakan cerita dongeng.

Dari ketiga TKP, semuanya menunjukkan tanda-tanda jejak kaki manusia dan ban mobil yang cukup jelas.

Ketiga mayat korban juga sama-sama sedikit tertekuk yang menunjukkan kalau ketiga mayat korban dipindahkan oleh tersangka yang sama dan menggunakan mobil yang sama.

Semua korban adalah pekerja kantoran di perusahaan yang sama. Di t**uh ketiga korban sama-sama ditemukan banyak luka. Makanan yang dimakan korban, sudah tercerna sekitar 2-3 jam sebelum mati. Berbagai macam tipe luka di t**uh korban, menunjukkan kalau pelaku cukup terampil.


Jin Xi tiba-tiba membuka mata dan bangkit dengan penuh semangat. "Han Chen, kurasa aku punya ide. Aku punya rencana untuk mendapatkannya."

Semua ini berkat Han Chen. Dia mendapat inspirasi selama Han Chen membaca. Dan karena itulah, Jin Xi menghadiahinya dengan kcupan di pipi.

Han Chen mengaku kalau dia juga punya rencana. Bagaimana kalau mereka bertaruh? Bertaruh apakah psikologi kriminal atau investigasi tradisional yang akan menemukan tersangka lebih dulu?

"Kalau kau menang, aku akan mendengarkan apapun yang kau katakan di masa depan. Tapi jika aku yang menang, maka apapun yang kuinginkan, kau harus memberikannya padaku."

"Oke." Jin Xi setuju.


Wen Long memimpin rapat untuk mendiskusikan kasus ini. Jin Xi presentasi duluan sambil membayangkan dirinya sebagai penjahatnya. Menurut profilingnya, pelaku berkisar antara usia 30-40-an tahun. 

Penampilan dan temperamennya cukup baik, dia bekerja sebagai senior manager di suatu perusahaan. Karena tingginya pendapatannya, dia cukup menarik di mata wanita.

Ke-3 korban sama-sama memiliki pekerjaan bagus, berpendidikan tinggi, dan penampilan mereka pun cukup menarik. Fakta kalau pelaku bisa menipu wanita-wanita semacam ini, membuktikan kalau dia sendiri pasti bukan orang biasa.

Apalagi di dalam p**ut korban ditemukan makanan-makanan mewah yang mungkin dijejalkan secara paksa oleh si pelaku. Itu jelas menunjukkan kalau konsumsi dan hobi pelaku cukup mewah.


Dilihat dari caranya melakukan kejahatan, dia tampaknya cukup ahli dan jelas dia memiliki gangguan mental yang cukup serius. Karena ini bukan pertama kalinya dia melakukan kejahatan, jadi sudah pasti usianya tidak begitu muda.

Dan karena ketiga korban sama-sama bekerja di perusahaan CBD, jadi kemungkinan pelaku bekerja atau tinggal di sekitar area perusahaan itu. Dengan begitu, dia bisa dengan muda mengawasi targetnya.

Dia pembunuh berantai klasik yang IQ-nya tinggi sehingga dia bisa merencanakan kejahatannya dengan sempurna dan melaksanakan rencananya itu tanpa ampun. Pembunuh berantai sepertinya, biasanya menyiiksa korbannya dengan mencekokinya alkohol.

Orang-orang seperti itu biasanya butuh alkohol untuk merasa berbeda atau untuk menstimulasi diri mereka sendiri. Rumah si pelaku pastilah memiliki gudang penyimpanan wine yang cukup besar. Dia juga pasti pemabuk berat, tapi dia bisa menyembunyikannya dengan baik di tempat kerjanya.


"Dan juga, kami menemukan 2 bukti penting. Pertama adalah seragam suster dan kedua adalah tas yang hilang."

Pelaku memakaikan seragam suster pada korban lalu membunuhnya itu menunjukkan kalau dia sangat membenci suster. Jin Xi rasa itu berhubungan dengan pengalaman atau hubungan di masa kecil atau masa mudanya. Pengalaman yang membuatnya merasa begitu membenci wanita yang memakai seragam suster.

Mungkin dia pernah melihat ibunya mengalami tindak asusila, atau mengalami penyiksaaan secara langsung. Mungkin dia pernah dipaksa memakai seragam suster dan mengalami pelecehan s****al.

Karena itulah, Jin Xi menyarankan agar mereka berhati-hati terhadap beberapa hal. Pertama, si pelaku ini adalah orang yang sangat pandai bicara. Kedua, dia gampang marah dan wataknya gampang berubah-ubah.


Gangguan mentalnya bisa membuatnya sangat tertarik pada segala aktivitas yang menantang. Karir dan pendapatannya pasti bagus, jadi Jin Xi menduga kalau dia menyukai segala aktivitas yang penuh tantangan seperti bungee jumping, dsb.

Dia juga menunjukkan kalau dia berpengalaman dan percaya diri dalam melakukan kejahatan hingga dia meninggalkan simbol tersendiri. Itu menunjukkan ini bukan kali pertamanya melakukan kejahatan.


Pada kejahatannya yang sebelumnya, dia menyembunyikan mayat para korbannya dengan baik agar tidak ketahuan polisi. Tapi kenapa kali ini dia membuang mayat korban di tempat terbuka yang gampang ditemukan untuk menarik perhatian polisi?

"Apa mungkin dia menantang kepolisian, seperti yang dilakukan T?" Duga salah satu polisi.

"Kunci utamanya adalah kenapa sekarang?"

"Kurasa, mungkin ada sesuatu yang memicunya. Misalnya, kematian orang yang dicintainya, dicampakkan kekasihnya, atau mungkin dia punya penyakit fatal?" Duga Xiao Zhuan.

Jin Xi tidak sependapat. Karakter tersangka sangat jelas. Dia orang yang tajam, ekstrem, sensitif, sopan, dan orang yang penuh dendam.


Sebelumnya dia berhasil menghindari perhatian polisi, tapi kenapa kali ini dia mengungkapkan dirinya? Menantang polisi secara terbuka? Jin Xi menduga kalau pemicu yang dia alami itu... berasal dari polisi.

Dia menduga bahwa sekitar 2-3 bulan yang lalu, pelaku dibuat marah oleh polisi. Mungkin karena insiden lalu lintas atau mungkin dia dihukum atas kejahatan lainnya. Mungkin juga dia pernah diinterogasi dalam sebuah kasus dan dia jadi marah karenanya.

Karena itulah, Jin Xi menyarankan agar mereka mulai menyelidiki catatan aktifitas di semua kantor polisi untuk menemukan tersangka yang sesuai kriteria.


Jin Xi mengakhiri presentasinya, Han Chen langsung memimpin tepuk tangan untuknya dan Si Bai memujinya lewat sms.


Sekarang giliran Han Chen. Terlepas dari umur dan penampilan si pelaku (yang disebutkan Jin Xi tadi), Han Chen menyimpulkan kalau dia adalah pria muda yang kuat karena dia bisa membawa korban seberat 50-60kg dengan mudah dan tanpa meninggalkan jejak kaki.

"Petugas Bai, apa yang kau katakan tentangnya memaksa memakaikan seragam suster untuk mempermalukan korban, kurasa itu kemungkinannya rendah."

Karena pelaku jelas menunjukkan kalau ini bukan pengalaman pertamanya melakukan kejahatan, Han Chen sudah memeriksa kasus tak terpecahkan selama 5 tahun terakhir dan dia mendapati ada 4 kasus yang mirip 3 kasus pembunuhan ini.

Tapi kasus-kasus lainnya itu, karena mereka terjadi di berbagai lokasi yang berbeda di berbagai distrik, jadi polisi-polisi lokal tidak menghubungkannya sebagai kasus pembunuhan berantai.


Dari semua luka yang ada di t**uh korban, Han Chen menyimpulkan kalau si pelaku pasti memiliki rumah sendiri. Dengan begitu, dia bisa meyiksa korbannya dengan leluasa.

Pastinya dia membutuhkan banyak air untuk membersihkan lantai dan kalau dia tinggal di apartemen, maka dia harusnya tinggal di lantai paling bawah.

Dan bukti yang paling penting adalah seragam suster ketiga korban sama, baik ukuran, warna maupun modelnya. Jadi dia memperkirakan semua seragam itu baru dan belum pernah dicuci.

Tim forensik sedang menyelidikinya sekarang untuk membandingkan seragam itu dengan yang ada di pasaran. Mereka akan berusaha menemukan pabrik pembuatnya dan pemasarannya.


Lalu bagaimana dengan ketiga tas milik ketiga korban yang hilang, apa itu juga bukti penting? Tanya salah satu polisi.

Karena tas adalah barang mahal dan karenanya Han Chen menemukan kuitansi pembelian di rumah masing-masing korban. Dari rekaman CCTV, tidak didapati ada yang aneh saat para korban itu membeli tas-tas mereka.

Terlebih karena waktu dan lokasi pembelian tas-tas itu tidak saling berhubungan satu sama lain. Jadi Han Chen menyimpulkan kalau hilangnya tas-tas itu tidak begitu penting.


Saat mereka kembali usai rapat, Xiao Zhuan memuji-muji kehebatan analisisnya Jin Xi. Jin Xi langsung tanya, siapa diantara dia dan Han Chen yang paling hebat.

"Kalian berdua sama-sama hebat menganalisa dari dua sudut pandang yang berbeda. Apa yang kau katakan menarik, tapi setiap kata Dewa Han didukung dengan bukti. Kalian berdua hebat kok. Hebat!"

"Entah itu bagus atau tidak, yang pasti kemampuan menjilatmu semakin meningkat."

"Makasih."


"Kurasa analisamu dalam kasus ini lebih baik," puji Han Chen.

Kontan saja semua mata langsung berpaling kepadanya. Lao Dao penasaran. "Maksudnya apa? Membela keluargamu?"

Dia cuma menggoda, tapi Han Chen malah bilang. "Sudah seharusnya, kan?"

Lao Dao jadi tambah penasaran, pasti ada apa-apa di antara mereka, iya kan? Jin Xi sampai malu dibuatnya.

Cold Face langsung kesal mengomeli Lao Dao. "Bisa tidak kau berhenti mengoceh? Kukasih tahu kau, semakin cepat kau tahu, semakin cepat kau mati!"

"Berhentilah mengutukku! Siapa yang mau mati?" Protes Lao Dao, lalu pergi ke departemen lalu lintas untuk mengecek kasus mobil ambulance yang membawa mayat T.


Jin Xi langsung geser mendekati Han Chen dan tanya apa maksud ucapannya tadi? Apa dia menyerah? Tentu saja tidak, ini kan belum berakhir.

"Oke. Kita lihat saja nanti."


Di markas para penjahat itu, salah satu pria mengkritik tindakan rekannya yang bernama L, dia terlalu gegabah, bisa-bisa dia akan mengekspos dirinya sendiri nanti.

"Apa boleh buat. Biarpun aku harus kehilangan hidupku karenanya, tidak masalah. Sepertinya E akan ketahuan kali ini."

L merasa kalau kali ini akan sulit bagi Xin Jia untuk melarikan diri. Xin Jia datang saat itu dan langsung ikutan mengkritik tindakan bodoh L.

"Aku sudah bersiap. Kau bilang kalau kita sama, makanya kita semua ingin menjadi bagian dari dunia yang bukan milik kita. Orang itu juga sama (Han Chen?). Aku yakin dia akan bisa mengerti?"


Di ruang kontrol lalu lintas, salah satu Polwan menemukan rekaman saat E keluar dari ambulance yang membawa mayatnya T.

Sayangnya, kualitas gambar rekaman itu terlalu rendah dan wajah E tidak begitu jelas dan si Polwan tidak bisa meningkatkan resolusinya.


Xiao Zhuan dan Cold Face sedang berdebat. Lao Dao menelepon Xiao Zhuan tak lama kemudian dan memberitahunya tentang masalah rekaman itu. Karena itulah dia meminta Xiao Zhuan untuk datang dan menangani rekaman itu.


Si Bai dan asistennya melakukan otopsi pada mayat T. Tapi saat dia mengecek bagian kepala, dia mendapati ada sesuatu di dalam lubang tembusan peluru di otaknya. Errr... sebuah chip atau kartu memori?

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam