Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 2 - 3

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 2 - 3

Suster mengecek suhu tbuh Xia Lin dan mendapatinya demam ringan. Xia Lin jadi cemas, ada apa dengannya? Apa kondisinya makin memburuk? Tolong katakan saja sejujurnya.

 

"Jangan khawatir, Nona Xia.. Tuan Ling bilang kalau anda mungkin demam, makanya dia menyuruh kami mengecek anda." Ujar Suster.

Saat dia keluar tak lama kemudian, dia malah melihat pemandangan seorang pasien yang sekarat.

"Kalau kau tidak tahan melihat itu, jangan berkeliaran." Ujar Yi Zhou yang tiba-tiba muncul lalu memberinya obat.

"Terima kasih."

"Bagaimana kau akan berterima kasih padaku?"

"Kau buru-buru menikah karena Nyonya Ling, kan?"

"Apapun alasannya, yang penting apakah kau menerima lamaranku?"


Tapi Xia Lin masih saja diam. Yi Zhou kecewa, sudahlah, lupakan saja lamarannya. Tapi saat dia mau pergi, Xia Lin tiba-tiba menggenggam tangannya.

Dia mengaku kalau dia ragu karena dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya berhubungan dengan orang asing.

"Tapi dari pengalaman hari ini, kurasa... kita bisa mencobanya."

Yi Zhou tercengang mendengar Xia Lin akhirnya menerima lamarannya. "Apa kau yakin?"

"Ayo kita menikah."


Maka keesokan harinya, Yi Zhou mengosongkan jadwal setengah jam untuk bertemu Xia Lin. Yi Zhou datang on-time, tapi Xia Lin-nya malah telat 3 menit. Sekarang mereka cuma punya waktu 27 menit untuk membicarakan kesepakatan mereka, jadi langsung mulai saja.

Oke! Xia Lin membawakan surat kontraknya, tapi dia mau tanya. Kenapa Yi Zhou ingin menandatangani kontrak pernikahan dengannya? Tentu saja karena Yi Zhou tidak percaya dengan janji semata.

"Kecuali dengan Tianyi Media, ini pertama kalinya aku tanda tangan kontrak secara pribadi."

"Sama."

"Tidak pernah tanda tangan kontrak semacam itu?"

"Ini pertama kalinya aku menandatangani kontrak pernikahan, dan juga pertama kalinya jadi pihak kedua."

Baiklah, Xia Lin pun menyodorkan surat kontraknya. Dia sudah menulis beberapa klausa, Yi Zhou berhak untuk menolak, tapi dialah yang menentukan keputusan final.


Yi Zhou mulai membacanya dan langsung menolak syarat yang tertulis bahwa mereka harus hidup terpisah di dua apartemen yang berbeda setelah menikah.

"Hah? Memangnya ada syarat semacam itu?" Xia Lin malah menyangkal.

Yi Zhou langsung menyeretnya mendekat untuk memperlihatkan syarat yang itu. Ah, Xia Lin mengerti. Maaf, yang itu salah, maksudnya adalah mereka harus tidur di ranjang terpisah dan bukannya apartemen terpisah.

"Jangan khawatir. Setelah menikah, pengacaraku akan memberitahumu tentang semua harta bergerak dan harta tak bergerakku."

Oh, tidak. Lihatlah syarat nomor 11, di situ disebutkan bahwa setelah menikah, harta suami dan harta istri tidak akan disatukan. Yi Zhou setuju-setuju saja.


Tapi kemudian dia membaca ada syarat bahwa pernikahan mereka hanya akan berlangsung satu tahun. Setelah satu tahun, kedua belah pihak harus membatalkan kontrak dan bercerai. Yi Zhou tidak setuju, syarat yang ini harus dihapus.

"Kau tidak lihat ada label bintang di sini? Ini tandanya syarat yang paling penting. Bahkan sekalipun aku dioperasi, tapi belum tentu aku akan sehat sepenuhnya."

"Makanya memperpanjang pernikahan adalah yang paling aman bagimu."

"Maksudku bukan begitu. Maksudku adalah aku tidak bisa menukar seluruh hidupku demi sesuatu yang asing."


"3 tahun." Yi Zhou mulai menawar. "Kuberi kau waktu 3 tahun untuk menentukan hidupmu setelah 3 tahun."

"Satu tahun! Aku sudah memutuskan."

"5 tahun."

"Kok tambah lama?"

"7 tahun." (Sekalian aja selamanya. Wkwkwk!)

Huft! "2 tahun, tidak bisa lebih."

Deal! Setelah mereka menikah, Xia Lin harus pindah ke rumahnya. Dia akan suruh Wen Li untuk memindahkan barang-barangnya Xia Lin. Sebentar! Xia Lin tanya, Yi Zhou tinggal di mana? Tentu saja di rumah keluarga Ling, sama neneknya.


Waduh, kalau mereka tinggal di sana, berarti mereka harus tidur sekamar dong? Tidak bisakah mereka pindah dari rumah itu?

"Kau pikir aku akan meninggalkan nenekku demi kau?"

"Tidak. Tapi kalau aku harus bersikap sebagai istrimu dibawah pengawasan nenekmu, aku akan merasa bersalah."


Mendengar itu, Yi Zhou mendadak memberinya sebuah tablet. Ada lusinan gambar rumah di tablet itu dan semuanya adalah properti milik Yi Zhou. Xia Lin pilih saja rumah mana yang mau dia tinggali.

"Kau setuju untuk pindah?"

"Aku takut nenekku akan mengetahuinya."

Tapi rumah-rumah yang ada di gambar-gambar itu semuanya rumah mewah, Xia Lin tak yakin bakalan betah tinggal di rumah semacam ini. Apa tidak ada rumah yang normal-normal saja?

"Rumah keluarga Ling sangat normal. Mau?"

Wkwkwk! Nggak! Xia Lin akhirnya memilih satu rumah yang terlihat paling normal di antara rumah-rumah lainnya.

"Kau perlu membiasakan diri terhadap banyak hal, dan aku tidak akan bersabar. Mengerti?" Ujar Yi Zhou.


Xia Lin lalu menunggu sendirian di ruang kantornya Yi Zhou. Wen Li datang tak lama kemudian untuk menyajikannya secangkir kopi dan menyodorkan sekotak obat padanya. Itu obat sakit perut untuk Yi Zhou, tolong ingatkan pak bos untuk meminumnya tepat waktu.

Xia Lin heran, apa Yi Zhou sedang sakit perut? Wen Li menyangkal, obat ini untuk melindungi p*rut Yi Zhou karena nanti dia ada acara makan siang dan pastinya dia akan banyak minum-minum.

"Oh, begitu. Kau sangat manis, jauh lebih perhatian daripada kebanyakan wanita." Komentar Xia Lin (Pfft!).

Dan karena tak ingin membuat Wen Li cemburu padanya, dia meyakinkan Wen Li untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya dan jangan malu-malu terhadapnya, mereka bisa hidup secara harmonis kok. Wen Li bingung maksudnya, tapi dia mengiyakannya saja.


Setelah Wen Li keluar, Xia Lin memutuskan untuk berkeliling ruangan itu hingga dia tertarik pada sebuah buku yang terletak di rak paling atas.

Dia berusaha berjinjit untuk menjangkau buku itu... saat tiba-tiba saja sebuah tangan merayap di p*nggang-nya. Kaget, Xia Lin refleks berbalik dan menempelkan tangannya ke d**a Yi Zhou untuk mencegahnya semakin mendekat.

"Mau ambil buku yang ini?" Yi Zhou menjangkau buku paling atas itu dengan mudah.

"I-iya."

"Bagaimana kau tahu buku mana yang kuambil, memangnya kau punya mata di atas kepalamu?"

"Aku cuma... berkeliling saja kok."

"Apa kau sudah membawa semua dokumenmu?"

"Iya."

"Bagus, ayo pergi."

"Kemana?"

"Ke kantor catatan sipil."

What? Xia Lin langsung panik, pernikahan itu masalah besar, tidak perlu buru-buru. Tapi Yi Zhou langsung saja menyeretnya pergi sekarang juga. (Wkwkwk! Ngebet amat bang)


Petugas datang tak lama kemudian lalu memberikan formulir untuk mereka. Xia Lin galau menatap formulir pernikahannya. Yi Zhou berbisik mengingatkannya bahwa sekarang sudah terlalu terlambat untuk menyesalinya.

"Aku bukan orang bodoh. Aku sangat mempedulikan hidupku dan uangmu." Bisik Xia Lin.

Si petugas yang mendengarkan kasak-kusuk mereka, mendadak jadi curiga dan langsung menghentikan Xia Lin. Apa dia menikah atas dasar keinginannya sendiri? Katakan saja kalau ada masalah. Menikah atas keinginannya sendiri itu dilindungi oleh hukum.


Yi Zhou gregetan pada si petugas. Dia hampir saja cari masalah, tapi untung saja Xia Lin segera menghentikannya dan memperingatkannya untuk tidak membunuh orang di hari pertama mereka menikah. Itu tidak baik untuk pernikahan mereka.

"Aku tidak percaya begituan, tapi kau berhasil memikatku *muah*" Goda Yi Zhou lalu mengcup jari Xia Lin.

Xia Lin langsung diam-diam menyeka jarinya sambil beralasan pada si petugas bahwa suaminya ini temperamennya buruk, dia sangat agresif. Untungnya si petugas percaya.


Usai tanda tangan, mereka kemudian foto bersama sambil pegang buku nikah mereka. Awalnya mereka berdiri berjauhan dengan gaya kaku, tapi berkat kamerawan yang menyuruh mereka untuk saling mendekat, mereka pun mulai saling mendekat, Yi Zhou bahkan langsung agresif menempelkan kepala Xia Lin padanya.


Xia Lin masih sulit mempercayainya. Orang lain menikah demi cinta, tapi dia malah menikah demi bertahan hidup. Cinta dan hidup, mana yang lebih penting?

"Tergantung."

"Benar. Lagipula aku tidak punya kekasih saat ini dan bertahan hidup jauh lebih penting. Kalau ini terjadi padamu, kau pasti akan membuat pilihan yang sama, kan?"

"Tidak. Aku punya banyak uang untuk menyembuhkan diriku sendiri." Kata Yi Zhou dengan angkuhnya.


Wen Li dan anak buahnya sedang melakukan syukuran untuk pernikahan bos mereka dengan membagi-bagikan hadiah untuk para pejalan kaki yang lewat.
Yi Zhou lalu mengambil salah satu kantong dari tangan Wen Li dan menyuruh Wen Li memberitahu pihak rumah sakit bahwa mereka sudah siap untuk melakukan operasi.


Xia Lin tercengang melihat semua itu. Apalagi saat Yi Zhou menyodorkan hadiah pernikahannya yang ternyata cuma sebatang lolipop. Pfft! Tapi bagaimanapun, Xia Lin tetap berterima kasih padanya.

"Bagaimana kau akan berterima kasih padaku?"


Dan Xia Lin menjawabnya dengan mengulurkan tangannya. "Mari bekerja sama dengan baik, Tuan Ling."

"Mari bekerja sama dengan baik, Nyonya Ling." Ujar Yi Zhou menyambut uluran tangannya.

Epilog: 


Yi Zhou memang diam saja saat Xia Lin mencoba 3 ragam night gown, tapi saat Xia Lin sedang ganti baju, dia sebenarnya ribet mengomentari semua night gown itu.

Yang pertama kurang terbuka, yang kedua terlalu terbuka, sampai akhirnya dia menyuruh si stylist untuk memakaikan gaun putih polos itu pada Xia Lin.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

11 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam