Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 9 - 2
Kasimnya Kaisar mendatangi Selir Dugu. Dia memberitahu Selir Dugu kalau Kaisar sekarang sudah baikan. Informasi yang jelas tidak menyenangkan bagi Selir Dugu, tapi dia tetap pura-pura lega mendengarnya.
Kasim lalu memberitahukan tujuan utamanya datang kemari adalah mengembalikan hadiah-hadiah yang Selir Dugu kirim pada Kaisar.
Mulai sekarang, Kaisar memerintahkan dapur istana untuk bertanggung jawab terhadap makanan Kaisar. Jadi Selir Dugu tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan makanan untuk Kaisar.
Berusaha mengenyahkan kekecewaannya, Selir Dugu ingin memberikan tulisan kaligrafi-nya pada Kasim, tapi lagi-lagi ditolak.
Selir Dugu kontan terjatuh lemas. "Sejak aku, Dugu Yan, menginjakkan kaki di istana ini, belum pernah aku mengalami penghinaan semacam ini. Kehilangan kemurahan hati Kaisar itu masalah kecil. Tapi usahaku selama bertahun-tahun ini dan harapanku untuk mendirikan kembali kerajaanku, semuanya akan sia-sia."
Pelayannya punya ide bagus. Masih ingat dengan Tabib Istana Gao yang sering datang kemari? Sudah saatnya dia membalas budi pada Selir Dugu sekarang. Si pelayan lalu membisiki Selir Dugu tentang rencananya. Entah apa itu, tapi Selir Dugu langsung setuju dan menyuruhnya untuk segera melaksanakannya.
Sesuai janjinya, Lian Cheng memberikan dua buah batu permata untuk Xiao Tan yang jelas senang bukan main. Ngomong-ngomong, rumah seperti apa yang bisa dibeli di Dong Yue dengan dua batu permata ini? Tempat mana yang nilai jualnya tinggi?
Lian Cheng heran mendengarnya. Xiao Tan selalu saja ingin memiliki rumah di luar kediamannya ini, apa dia punya kekasih di luar?
Xiao Tan menyangkal. Kenapa wanita yang ingin menghasilkan uang sendiri, selalu dihubung-hubungkan dengan pria? Wanita kan tidak harus selalu menuruti kehendak suami dan mengasuh anak.
Seorang wanita yang mandiri, akan berusaha dan bekerja keras untuk membeli rumahnya sendiri dan memiliki pekerjaan yang dia sukai. Dia bahkan bisa punya anak sendiri.
"Hal-hal seperti ini, tidak harus bergantung pada pria. Sebagai awal untuk menjadi wanita mandiri, aku harus menghasilkan banyak uang. Dan pundi-pundi emas pertamaku, akan aku gunakan untuk membeli rumah di Dong Yue."
"Kau punya rencana besar dan ambisius. Kedengarannya menarik. Aku punya misi besar untukmu. Kalau kau berhasil, akan kugandakan hadiahmu tiga kali lipat."
Xiao Tan langsung antuasis, apa misinya? Lian Cheng pun memberitahu Xiao Tan bahwa Liu Shang menginginkan Xiao Tan. Dia ingin Xiao Tan pindah ke villa salju dan mengurus segala kebutuhan Liu Shang.
Xiao Tan kontan meneriakkan protes menolak permintaan aneh itu. Dia tidak akan melayani orang lain biarpun dikasih uang 10 kali lipat. Lian Cheng tidak menyetujuinya, kan? Dia akan patuh hanya pada Lian Cheng seorang.
Lian Cheng senang mendengarnya. Tapi sayangnya, dia sudah menyetujui permintaan Liu Shang itu. Xiao Tan mendengus kesal, dia kan cuma membual tentang masalah menjadi wanita mandiri itu, sekarang dia malah harus menghasilkan uang dengan cara dijual ke villa salju sebagai pelayan.
"Tutup mulutmu! Qu Tan Er adalah milik kediamanku. Kau adalah milikku. Bagaimana mungkin aku menjualmu? Mengurus Liu Shang adalah bagian dari tugasmu di sini. Kalau kau tidak menginginkan hadiahnya, kembalikan saja padaku."
"Tidak, tidak, tidak. Bukan begitu maksud saya. Pangeran seharusnya mengatakannya sedari awal. Aku kan sangat khawatir tadinya. Lagipula di manapun aku berada, aku tetap harus mengandalkan diriku sendiri untuk bekerja keras agar kaya raya. Seorang wanita terhormat akan melakukan hal-hal terhormat untuk menghasilkan uang." Cerocos Xiao Tan sambil buru-buru mengantongi batu-batu permatanya.
Lian Cheng menegaskan bahwa tugas Xiao Tan adalah mengawasi Liu Shang secara diam-diam. Awasi setiap pergerakannya, tempat-tempat yang dia datangi, dan segera lapor padanya kalau ada hal yang mencurigakan.
Xiao Tan diam-diam menggerutu kesal dalam hatinya. Kalau begini caranya, dia tidak akan bisa menemui sohib-nya, Yi Huai, untuk mendiskusikan masalah kembali pulang ke dunia modern. Bagaimana kalau Yi Huai pergi duluan dan meninggalkannya?
Cemas, Xiao Tan berusaha mmebujuk Lian Cheng untuk membatalkan misi dengan dengan cara mengingatkan Lian Cheng bahwa pria dan wanita tidak pantas tinggal satu atap.
Sayangnya, Lian Cheng sudah punya rencana pencegahan untuk masalah itu. Mendadak dia berbalik dan membuat Xiao Tan terkunci di antara dirinya dan rak.
Xiao Tan jadi gugup, padahal Lian Cheng nggak ngapa-ngapain dan hanya mengambil gulungan dokumen yang berada di rak belakang Xiao Tan. Ini adalah tiga perintah dan tiga aturan untuk Xiao Tan.
Perintah pertama, Xiao Tan harus merahasiakan hal ini. Kedua, dia harus selalu berada di sisi Liu Shang. Ketiga, perhatikan setiap detilnya.
Sedangkan larangannya, pertama, Xiao Tan harus selalu menjaga jarak satu lengan setiap kali dia mengurus kebutuhan Liu Shang. Tabir penyekat ruangan adalah pembatas, dia dilarang mendekat lebih dari itu.
"Jika Tuan Liu Shang mencoba bersikap int*m, kau sebut namaku dan hentikan dia. Apa kau bisa mengingatnya?"
Tentu saja. Masalahnya, misi ini kedengarannya tugas yang berat dan penuh tanggung jawab. Lian Cheng meyakinkan bahwa setiap kali Xiao Tan menemukan hal-hal mencurigakan tentang Liu Shang, dia bukan cuma akan memberikan hadiah, tapi juga akan mengabulkan satu permintaan Xiao Tan.
"Permintaan apapun? Termasuk... meninggalkan tempat ini?"
"Setiap ucapanku lebih berharga daripada ribuan tael emas."
Tapi untuk lebih meyakinkan, Xiao Tan langsung menggiling tinta. Soalnya Lian Cheng itu kan gila, kepribadiannya selalu berubah-ubah. Siapa tahu besok-besok mood-nya berubah lalu dia menarik kembali ucapannya, jadi lebih baik sekarang dia menuntut Lian Cheng untuk menandatangani surat kontrak mereka.
Lian Cheng bingung melihat Xiao Tan menggiling tinta, buat apa? Xiao Tan menjelaskan kalau dia ingin Lian Cheng menambahkan janjinya itu di dalam surat kontak dan menandatanganinya.
Bukannya dia tidak mempercayai Lian Cheng sih, hanya saja berdasarkan pengalamannya yang terdahulu, jika dua pihak ingin membuat perjanjian, maka mereka harus menulis persyaratan dari kedua belah pihak dan menandatanganinya biar perjanjian mereka sah.
"Begitu perjanjian ditandatangani, Pangeran tidak akan mudah berubah pikiran lagi."
Lian Cheng mengerti dan langsung menurutinya. Sementara dia sibuk menulis, Xiao Tan sibuk melamun memandanginya, menyadari gaya menulis Pangeran ke-8 ini sama persis dengan gaya menulis Lian Cheng di dunia modern.
Xiao Tan jadi heran, mereka kan bukan orang yang sama, tapi kenapa cara mereka menulis bisa sama persis? Lian Cheng tiba-tiba memotong lamunannya dan menyuruhnya untuk tanda tangan.
Tapi Xiao Tan tidak mau soalnya tulisan tangannya jelek, jadi Lian Cheng saja yang tulis. Tulis namanya sebagai
Detektif Swasta, Qu Tan Er. Err... atau kalau di Dong Yue ini namanya adalah
Agen Mata-Mata Kerajaan.
Lian Cheng sontak membanting kuasnya dengan marah. Xiao Tan tidak terima, dia memegang teguh 3 pandangan. Untuk menjadi kaya, seseorang harus mengandalkan dua hal penting, yaitu kerja keras dan otak.
Lian Cheng menyuruhnya melayani Liu Shang, jadi Lian Cheng harus memberinya gelar yang layak untuk tugas berat itu.
"Jadi, selain uang, kau juga ingin mendapat promosi?"
Betul sekali. Lian Cheng akhirnya menurutinya dan menulis nama Xiao Tan sebagai
Kepala Pengurus Rumah Wanita. Xiao Tan bingung, posisi apa itu?
"Kau satu tingkat lebih tinggi dari Kepala Pelayan Zhou. Kau boleh melaporkan apapun padaku secara langsung."
Xiao Tan senang. "Terima kasih, Pangeran. Jadi artinya, Pangeran adalah bosnya dan aku adalah wakil Pangeran."
"Kalau kau punya permintaan lain, katakan saja."
Xiao Tan langsung antusias menyebutkan berbagai keinginannya. Dia ingin baju baru, makanan enak, dia juga ingin kamar yang lebih luas dan menghadap selatan. Dia juga ingin mengajak Jing Xin tinggal di sana biar mereka bisa menikmati hal itu bersama.
Untuk tugas seberat ini, dia tidak meminta sebuah Benz atau BMW, loh. Jadi dia tidak bisa dianggap tamak. Pfft! Lian Cheng bingung, apa itu Benz atau BMW dan 3 pandangan yang dia katakan tadi?
Xiao Tan menjelaskan. 3 Pandangan itu adalah pandangan tentang dunia, pandangan hidup, dan pandangan terhadap nilai. Ketiga pandangan ini independen, namum saling melengkapi. Tapi Lian Cheng tetap bengong tidak paham.
Tentang BMW dan Benz, Lian Cheng pasti tertarik pada kedua benda itu. Keduanya jauh lebih unggul daripada kuda Ferghana. Asalkan diisi bensin penuh, errr... bukan, maksudnya asalkan diberi makan dengan baik maka kedua 'kuda' itu bisa menempuh perjalanan sangat jauh tanpa perlu istirahat.
Hanya saja kedua 'kuda' itu sangat terkenal dan sulit diperoleh. Dia harus punya nomor 'kuda' itu jika ingin membelinya.
"Kalau memang ada kuda semacam itu, aku pasti akan mendapatkannya." Sinis Lian Cheng.
"Kedua 'kuda' itu, sampai saat ini hanya sekedar legenda. Pangeran, jangan khawatir. Aku pasti akan menyelesaikan misi ini."
Selir Dugu memanggil tabib istana. Ternyata rencana mereka adalah supaya si tabib mengonfirmasi kalau dia hamil, tapi tabib istana bersikeras kalau Selir Dugu tidak hamil.
"Saya tidak akan melupakan jasa Yang Mulia. Tapi perkara mengandung seorang pangeran, itu bukan sesuatu yang bisa dibuat main-main."
Kesal, Selir Dugu mengancam akan menuduh tabib mengintip selir istana, itu akan membuatnya mendapat hukuman pancung. Panik dan ketakutan, tabib istana akhirnya terpaksa mengiyakan saja pernyataan hamil bohongan itu.
Bersambung ke episode 10
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam