Sinopsis The Eternal Love Episode 2 - 1

 Sinopsis The Eternal Love Episode 2 - 1

Note: Karena female lead-nya ada dua karakter dalam satu tubuh, jadi aku bedain aja nama panggilannya. Yang satunya Xiao Tan (yang dari dunia modern) dan yang dari masa lalu aku panggil Tan Er.


Seorang agen real estate di kota besar, entah bagaimana menjadi putri kedua keluarga Qu yang entah amnesia atau sudah gila. Terlebih lagi, Nona Muda Qu ini tanpa sadar telah terjebak ke dalam perebutan kekuasan Kerajaan Dong Yue.

Xiao Tan terbangun dan mendapati dirinya sudah terbaring di kamarnya. Jelas dia bingung kok bisa tiba-tiba ada di situ padahal sebelumnya kan dia ada di ruang kurungan. Dia ingat dia memimpikan malam itu, saat dia dikejar-kejar oleh dua misterius lalu berakhir di Dong Yue.

"Tidak, tidak. Aku harus segera menemukan tempat tidur itu dan melarikan diri dari tempat ini." Batinnya.


Dia pun langsung menanyakan jam pada Jing Xin sebelum akhirnya ingat kalau jam masih belum tercipta di jaman ini dan meralat kalimatnya, sekarang waktu apa? Jing Xin berkata kalau sekarang hampir waktunya makan siang.

Xiao Tan jelas heran, sekarang sudah lewat sehari? Dia sama sekali tidak ingat kapan dia keluar dari ruang kurungannya? Dan kapan pula dia ganti baju?


Tepat saat itu juga, Pelayannya Nyonya Qu datang untuk menyampaikan pesan Nyonya Qu. Pernikahan Xiao Tan akan diadakan besok, jadi dia harus menyiapkan hantarannya jam 7. Dan kenapa juga Xiao Tan masih belum keluar untuk makan siang, dia bahkan belum jadi istrinya Pangeran ke-8 tapi sudah berani.

Xiao Tan jelas tidak terima, apa Nyonya Qu itu menderita kanker menopause? Kenapa suka banget memprovokasinya? Jing Xin jelas panik dengan sikap nonanya dan buru-buru menengahi mereka.

Dia meminta maaf karena dia lupa memberitahu Nona dan meminta si pelayan untuk memberitahu Nyonya bahwa Nona sedang tidak enak badan karena itulah dia tidak keluar untuk makan siang. Xiao Tan protes tidak terima, jelas-jelas mereka yang kurang ajar.


Jing Xin membisiki Xiao Tan kalau pagi tadi, Nyonya memang mengirim seseorang kemari untuk menyampaikan pesan dan Xiao Tan sendiri yang menyetujuinya. Masa dia tidak ingat?

Xiao Tan semakin bingung, apa yang sebenarnya terjadi? "Jin Xin, apa kau merasa kalau belakangan ini aku sering melupakan sesuatu? Dan sepertinya ada banyak cela dalam ingatanku."

Jing Xin mengakuinya. Belakangan ini, Xiao Tan memang seperti itu. Kadang Xiao Tan menyuruhnya untuk memanggilnya sebagai 'Nona', tapi kadang dia menyuruhnya memanggilnya sebagai 'Xiao Tan'.

Kadang dia suka makanan manis. Tapi di lain waktu, dia suka makanan pedas.  Tapi Xiao Tan yakin tidak begitu, dia selalu meminta Jing Xin untuk memanggilnya Xiao Tan kok.

"Tapi tadi pagi, saat aku memanggil nona 'Xiao Tan', nona memarahiku."

"Apa mungkin aku... amnesia?"


Jing Xin mau mengatakan sesuatu. Tapi Xao Tan langsung menyuruhnya diam, jangan bicara, dia harus berpikir. 

Xiao Tan langsung nyerocos panjang lebar tentang berbagai drama science fiction dan perjalanan waktu yang selama ini pernah ditontonnya.

Tapi dia yakin tak ada satupun dari semua itu yang menyebutkan kalau perjalanan waktu bisa menyebabkan amnesia. Apa mungkin dia sebenarnya tidak melakukan perjalanan waktu, melainkan bertukar dengan 'dirinya' di dimensi lain?


Tapi tidak mungkin juga, apa hubunganya dimensi yang berbeda dengan amnesia? Ah, lubang cacing, pasti itu. Tapi sepertinya tidak juga, tidak ada hubungannya antara lubang cacing dengan amnesia.

Aaah, seharusnya dia lebih banyak menonton film science fiction. Sekarang dia bahkan tidak memiliki referensi yang berguna. Apa mungkin dia terlalu stres tinggal di tempat sial ini, jadi dia punya kepribadian ganda?
Jing Xin jelas bingung dengan semua ucapan nonanya yang tidak masuk di akal itu. Jangan menakutinya. 

Xiao Tan curiga, jangan-jangan Jing Xin cuma sedang mempermainkannya. Jing Xin bohong padanya, yah?

"Saya tidak berani. Jing Xin tidak akan pernah berbohong pada nona."


Berusaha mengingatkan Xiao Tan, Jing Xin pun memperlihatkan hasil sulaman yang sudah Xiao Tan selesaikan tadi. 

Tapi Xiao Tan bahkan tidak ingat kalau dialah yang menyulam kain itu dan menuduh Jing Xin lah yang menyulamnya.

"Ini sulaman yang Nyonya suruh untuk nona sulam kemarin. Mana berani aku melakukannya untuk nona? Lihatlah lagi. Nona sungguh tidak ingat?" Keluh Jing Xin. Tapi Xiao Tan hanya menatap sulaman itu dengan kebingungan.

 

Para pekerja mulai sibuk mempersiapkan pernikahan. Kaisar mengatur pernikahan ini di hari baik. 

Qu Tan Er masuk ke tandu pernikahan dengan terpaksa. Segalanya terasa tak nyata. Dia merasa seperti sedang berada dalam pertunjukan rakyat.

Tapi perasaannya yang tak tenang membuatnya menyadari kalau semua ini memang nyata. Dia akan menjadi istri orang asing dan akan melakukan malam pertama dengan orang asing, Itu hal yang sangat menakutkan. Dia harus melakukan apapun untuk menghentikan hal itu terjadi.

 

Sayangnya upacara pernikahannya tidak diperlihatkan, jadi kita langsung masuk ke kamar pengantin saja. hehehe. 

Tanpa menunggu pengantin prianya datang, Xiao Tan melepas penutup kepalanya sambil mengeluh capek.

Saat dia memanggil Jing Xin masuk, Jing Xin langsung menyapanya sebagai 'Puteri ke-8'. 

Xiao Tan tak suka panggilan itu dan menyuruh Jing Xin untuk memijat bahunya, dia lelah. Dia bahkan menyuruh Jing Xin untuk memijatnya sambil duduk.


Melihat tempat tidurnya, tiba-tiba dia ingat dengan tempat tidur yang dicari-carinya selama ini. 

Dia langsung memperhatikan tempat tidur itu. Tapi harus kecewa lagi karena itu bukan tempat tidur yang dicarinya, padahal cuma ini kesempatannya.

"Jika aku tidak bisa kembali malam ini maka aku harus menghabiskan malam pengantinku dengan orang asing! Aku harus bagaimana?"


Jing Xian cuma bisa diam, tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Tapi melihat Jing Xing malah membuat Xiao Tan punya ide licik.

Mendadak dia memanggil Jing Xin dengan nada yang teramat sangat manis lalu dengan entengnya berkata kalau dia akan memberikan posisi Istri Pangeran ke-8 untuk Jing Xin. Jing Xin saja yang menghabiskan malam pengantin dengan Pangeran ke-8.

Jing Xin sontak berlutut ketakutan. Mana boleh dia melakukan itu. Itu namanya menipu Kaisar, dia bisa dipenggal. Xiao Tan stres, dia tahu kalau itu tidak akan berhasil.


Tapi saat mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tiba-tiba dia punya ide licik lain. 

Dia lalu menyuruh Jing Xin mencarikannya timba dan tong, isi keduanya dengan air dan bawa kemari. Dia juga butuh beberapa tali dan tongkat kayu, semakin tebal semakin bagus.

"Untuk apa nona memerlukan semua itu?"

"Aku akan memastikan Pangeran ke-8 itu tidak akan berani menyentuhku selamanya! Huahahaha..."


Tak berapa lama kemudian, Xiao Tan sudah selesai memasang jebakan untuk Lian Cheng dan memandangi hasil kerjanya dengan senyum puas. Jin Xing cemas, ini bisa membuat Pangeran marah.

"Seharusnya dia menyalahkan dirinya sendiri. Penuh nafsu itu kejahatan besar. Dia ingin tidur denganku? Jangan mimpi!"


Sementara para tamu sedang minum-minum di pesta pernikahan, Pangeran Pertama - Mo Yi Huai (Richards Wang), justru melangkahkan kakinya ke kamar pengantin Qu Tan Er. 

Wajahnya tampak begitu marah, menyadari setelah malam ini, Tan Er akan menjadi istri pria lain.

Tiba-tiba Yu Hao muncul dan langsung menempelkan pedangnya ke leher Yi Huai. Lian Cheng dengan cepat menghentikannya dan menegur Yu Hao untuk tidak menyakiti kakaknya.


Jing Xin mendengar suara Lian Cheng di luar. Xiao Tan pun langsung antusias memakai kembali penutup kepalanya dan menunggu Lian Cheng masuk.


Yi Huai sinis menyindir pengawal Lian Cheng, dia memang bukan pengawal biasa. "Dia tahu kalau itu aku, tapi itu sama sekali tidak menghentikannya."

"Kenapa kakak datang kemari?"

Yi Huai menekankan kalau kerajaan ini dan wanita itu (Qu Tan Er) adalah miliknya. Jadi tentu saja dia tidak rela melepaskan Tan Er bahkan sekalipun itu adalah perintah Kaisar. "Suatu hari, aku akan merebutnya kembali."


"Tandu pengantin dan si cantik datang di kediamanku, bagaimana bisa dia menjadi milik kakak? Kakak Pertama, kau selalu seperti ini. Kau selalu merebut apapun yang bukan milikmu. Seperti wanita dan hal lainnya. Kakak Pertama, apa kau cuma membohongi dirimu sendiri?"

"Oh, jadi ada hal-hal yang juga kau inginkan sama sepertiku? Kau selalu pura-pura tak peduli tentang apapun, tapi hari ini kau menunjukkan ambisi besarmu di hadapanku. Apa kau tidak takut kalau aku akan mengatakannya pada dunia?"

"Yang kumaksud adalah si cantik, sama sekali tidak ada hubungannya dengan ambisi besar. Aku sungguh tak mengerti apa yang kakak maksud?"

"Baiklah, Adik ke-8. Kita akhiri saja perdebatan ini. Segala sesuatu harus kembali pada pemiliknya. Suatu hari, dia akan kembali ke pemiliknya yang sah."


Xiao Tan mulai kesal, kenapa Lian Cheng belum masuk juga? Xiao Tan tanya, bagaimana cara wanita di sini memanggil suami mereka? 

Jing Xin memberitahu kalau biasanya suami dipanggil dengan sebutan 'Fujun' (suami - status tinggi) atau 'Xiaogong' (suami - rakyat jelata).

Xiao Tan pun mulai memanggil Lian Cheng dengan sebutan 'Fujun' dengan nada menggoda. "Cepatlah masuk, aku sudah tidak sabar nih."

Hahahaha... jelas saja Lian Cheng harus berusaha menahan senyum geli mendengarnya. Yi Huai jelas kesal mendengar suara rayuan menggodanya Tan Er.

Lian Cheng belum juga masuk. Xiao Tan mencoba memanggilnya dengan 'Xiaogong', bahkan mencoba memanggilnya dengan panggilan modern 'Honey~~~'.

Jing Xin cemas mendengar teriakan Xiao Tan dan buru-buru memakaikan penutup kepalanya lagi.


"Kakak Pertama benar, segalanya harus menjadi pemilik yang sah. Kalau begitu aku permisi. Jika aku menunda malam pertama lebih lama lagi, istriku tidak akan sabaran. Nikmatilah malammu."

Kesal, terpaksa Yi Huai pergi dari sana.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments