Setelah selesai berbincang dengan istrinya di telepon, Yi Chen kembali ke restoran tempat dia sedang berkumpul merayakan kesuksesan negosiasi hari ini bersama para rekannya.
Karena acara makan-makan mereka sudah selesai, salah satu pria menyarankan agar mereka melanjutkan acara perayaan mereka dengan minum-minum di tempat lain tapi Yi Chen menolaknya dengan sopan. Yi Chen beralasan kalau istrinya sedang mengawasinya.
"Dia baru saja menelepon. Kalau aku tidak mengangkat teleponnya di hotel nanti, aku pasti akan mati sesampainya di rumah nanti" ujar Yi Chen.
"Ah, wanita jaman sekarang pintar-pintar" keluh salah seorang pria
"Betul. Rasanya seperti sedang bermain permainan mata-mata dengan istri sendiri" sahut pria lainnya. Yi Chen menggangguk-angguk setuju padahal wajahnya sumringah banget. heeee.
Karena mereka tidak bisa memaksa Yi Chen ikut dengan mereka, terpaksalah mereka membiarkan Yi Chen pulang duluan. Yi Chen pun langsung beranjak bangkit dan pamit kembali ke hotel.
Yi Chen memutuskan kembali ke hotel dengan berjalan kaki sekaligus untuk menikmati pemandangan malam. Di tengah-tengah perjalanan, Yi Chen tiba-tiba dikejutkan oleh flash kamera. Yi Chen menoleh ke asal flash kamera itu dan melihat seorang gadis sedang foto-foto dengan temannya.
Hal itu membuat Yi Chen teringat pada pertemuan pertamanya dengan Mo Sheng dulu dan betapa gigihnya Mo Sheng dalam mengejarnya. Yi Chen tersenyum mengenang pertemuan pertama mereka dulu.
Tapi sayangnya, senyumnya menghilang dengan cepat saat dia teringat Mo Sheng pernah menikah dengan pria lain... "Akuilah He Yi Chen, Kau sebenarnya teramat sangat cemburu" desah Yi Chen dalam hatinya
Sementara itu di Shanghai, Mo Sheng memulai harinya sebagai istri dengan membeli berbagai barang keperluan rumah tangga. Setelah semua barang-barang pesanannya tiba, dia langsung sibuk mondar-mandir menata berbagai barang-barang baru seperti peralatan makan, peralatan masak. Dia juga memenuhi kulkasnya Yi Chen yang kosong melompong dengan berbagai persediaan makanan, Mo Sheng bahkan benar-benar mengganti semua korden rumah dan mempercantik meja ruang tamu dengan bunga.
Setelah selesai, Mo Sheng menghempaskan dirinya di kasurnya Yi Chen lalu mengirim pesan ke Yi Chen untuk memberitahu kalau dia benar-benar mengganti korden rumah. Yi Chen saat itu sedang berada di bandara dan sangat sibuk membaca dokumennya sampai-sampai dia mengabaikan ponselnya.
Setelah beberapa lama menunggu dan masih saja belum ada balasan dari Yi Chen, Mo Sheng mengirim pesan lagi. Kali ini dia memberitahu kalau korden barunya sangat cantik. Tapi Yi Chen masih saja sibuk dan mengabaikan ponselnya.
Mo Sheng terus menunggu tapi tetap saja tidak ada balasan dari Yi Chen. Mo Sheng sampai bingung sendiri bahkan sampai mengecek sinyal siapa tahu pesannya tidak terkirim gara-gara sinyal jelek.
Saat dia masih saja belum mendapat balasan, dia langsung mengirim pesan lagi. Kali ini dia memperingatkan kalau Yi Chen sendirilah yang menyuruhnya untuk mengganti korden jadi dia tidak boleh komplain kalau dia tidak suka dengan warnanya.
Mo Sheng juga memberitahu kalau dia juga membeli berbagai peralatan dapur dan banyak barang lainnya yang dia beli dengan menggunakan kartu kreditnya Yi Chen.
Karena Yi Chen tidak mempedulikan ponselnya sama sekali, asistennya langsung angkat bicara untuk memberitahu Yi Chen tentang ponselnya yang berbunyi terus sedari tadi.
Baru saat itulah, Yi Chen akhirnya mengalihkan perhatiannya pada ponselnya dan membaca semua pesan Mo Sheng. Dalam pesannya yang paling baru, Mo Sheng bertanya-tanya apakah ponselnya Yi Chen rusak hingga dia tidak menerima pesan-pesannya?
Kali ini Yi Chen membalas pesannya, tapi pesan balasannya sangat singkat "Aku menerimanya"
Walaupun pesan balasan itu sangat singkat tapi sukses membuat senyum Mo Sheng kembali merekah.
Yi Chen tiba di rumah tengah malam dan langsung menyadari ada yang berbeda di rumahnya. Korden baru dan meja kosongnya yang sekarang dihiasi vas bunga. Yi Chen tersenyum tipis melihat perubahan kecil dalam dekorasi rumahnya itu.
Saat dia masuk kamar, dia melihat Mo Sheng sudah tidur sambil masih menggenggam ponselnya.
Pelan-pelan tanpa membangunkan Mo Sheng, Yi Chen membenarkan posisi tidur Mo Sheng, mengambil ponselnya dan menyelimutinya... lalu keluar kamar dan duduk merenung di ruang tamu. Lah kenapa dia ga tidur disitu juga? :(
Keesokan paginya, Mo Sheng terbangun dan agak terkejut mendapati dirinya sendiri memakai selimut. Tapi Mo Sheng tidak terlalu memikirkan masalah itu, bahkan tidak memikirkan kemungkinan Yi Chen sudah kembali.
Dia cepat-cepat merapikan kasurnya sambil berharap semoga saat Yi Chen kembali nanti, Yi Chen tidak akan menyadari kalau dia tidur di situ semalam. Pfft!
Saat hendak berangkat kerja, Mo Sheng terkejut mendapati Yi Chen ternyata sudah pulang bahkan saat ini sedang sibuk mempelajari dokumen sebelum berangkat kerja.
Mo Sheng bertanya dengan canggung apakah Yi Chen pulang kemarin malam? Yi Chen mengiyakannya dengan singkat.
"Jam berapa kau pulang, kenapa tidak membangunkanku?"
"Jam 11, tidak perlu membangunkanmu"
"Kalau begitu apa kau melihatku tidur di kamarmu? Aku kemarin bersih-bersih"
Yi Chen berkata kalau dia tidak keberatan Mo Sheng tidur di kamarnya. Ia bahkan mengumumkan bahwa mulai sekarang dia akan tidur di kamar tamu.
Yi Chen beralasan kalau dia akan sering bepergian dan jadwal kerjanya juga tidak tetap jadi lebih baik jika dia tidur di ruang tamu saja.
Karena mereka sama-sama mau berangkat kerja, Yi Chen berkata kalau dia ingin mengantarkan Mo Sheng ke kantornya. Mo Sheng berusaha menolak dengan alasan karena letak kantor mereka berbeda arah.
Tapi Yi Chen tetap ngotot dan berkata kalau dia mau ke pengadilan yang letaknya searah dengan kantornya Mo Sheng jadi sekalian saja dia mengantarkan Mo Sheng ke kantor majalah.
Dalam perjalanan, Mo Sheng berusaha memecahkan keheningan di antara mereka berdua dengan mengajak Yi Chen untuk makan siang bersama nanti jika Yi Chen akan berada di pengadilan sampai siang, tapi Yi Chen menolak. Yi Chen berkata kalau dia akan sangat sibuk selama jam makan siang nanti.
Setelah Mo Sheng masuk kantornya, Yi Chen ditelepon resepsionis yang memberitahunya kalau kliennya sudah tiba di kantor.
Ooooh, ternyata ucapan Yi Chen tentang mau pergi ke pengadilan itu cuma alasan agar dia bisa mengantarkan Mo Sheng toh. heehee.
Saat Mo Sheng baru masuk kantor, Xiao Hong langsung memperlihatkan hasil interview si pria arsitek. Gara-gara Yi Chen menolak tawaran interview mereka, pihak majalah akhirnya memutuskan mewawancarai si pria arsitek.
Salah seorang pegawai bernama Da Bao asal ceplas ceplos memuji ketampanan di pria arsitek yang dia nilai jauuuh lebih tampan daripada Yi Chen. Sayangnya dia mengucapkan itu tanpa memikirkan perasaan Yi Qing yang gagal mewawancarai Yi Chen. Dan gara-gara ucapannya yang terlalu blak-blakan itu, Yi Qing langsung menatapnya dengan marah.
Melihat itu, Yuan Feng berusaha menghibur Yi Qing. Dengan pedenya Yuan Feng berkata bahwa masih ada cara lain untuk membujuk Yi Chen wawancara dengan mereka. Cara apa itu? tanya Yi Qing dengan sangat antusias sementara Mo Sheng tampak sangat tegang.
"Kau tahu kan kalau He Yi Chen itu punya seorang adik perempuan. Bantulah aku jadi suaminya maka kita pasti akan bisa mewawancarai kakak iparku" ujar Yuan Feng
Yi Qing jadi semakin kesal mendengar candaan Yuan Feng sementara Mo Sheng diam-diam mendesah lega.
Saat Yi Chen baru tiba di kantor, Lao Yuan langsung mengusap-usap matanya saking terkejutnya dan tidak percayanya melihat kedatangan Yi Chen yang jauh lebih cepat dari jadwal yang sebenarnya. (jadi dia pulang cepat demi Mo Sheng nih hehehe).
Lao Yuan heran perasaan baru kemarin dia menelepon Yi Chen di Guangzhou tapi sekarang Yi Chen malah sudah balik ke Shanghai. Apa Yi Chen sudah menyelesaikan pekerjaannya di Guangzhou? tanya Lao Yuan. Yi Chen menjawab hampir selesai.
Lao Yuan penasaran kenapa Yi Chen kembali secepat ini "Seandainya aku tidak tahu kalau kau masih lajang, aku pasti sudah curiga kalau kau kembali secepat ini demi menemui istrimu"
(Hahaha! emang iya, Lao Yuan aja yang belum tahu kalau Yi Chen udah nikah)
Sore harinya, Yi Chen ditelepon Mo Sheng yang memberitahu kalau dia kehilangan kunci rumah.
Sambil menunggu kedatangan Yi Chen, Mo Sheng bermain angkle di trotoar. Saat Yi Chen tiba di seberang jalan, dia melihat Mo Sheng masih asyik bermain sendiri. Melihat itu mengingatkan Yi Chen pada masa lalu mereka.
Dulu saat masih kuliah, Mo Sheng juga suka bermain angkle sembari menunggunya.
Seorang turis bule tiba-tiba menghampiri Mo Sheng untuk tanya jalan. Mo Sheng membantunya sambil bicara dalam bahasa inggris. Si bule memuji bahasa inggrisnya Mo Sheng yang cukup baik, Mo Sheng tersenyum senang dan memberitahu kalau dia tinggal di Amerika 7 tahun.
Tepat saat itu juga, Yi Chen sudah menyeberang jalan dan melihat mereka dengan tatapan cemburu. Mo Sheng berkata pada si bule kalau suaminya mungkin lebih bisa membantunya memberi petunjuk arah. Si bule pun langsung berpaling ke Yi Chen untuk tanya jalan.
Setelah si bule pergi, Yi Chen bertanya kemana kunci rumah yang Mo Sheng pegang.
Mo Sheng dengan takut-takut berkata bahwa mungkin dia menghilangkan kunci rumah itu atau mungkin juga dia lupa membawanya sebelum berangkat ke kantor tadi pagi.
Yi Chen langsung tersenyum geli melihat ketakutan dan kejujuran Mo Sheng "Jika suatu saat nanti kau melakukan suatu tindak kejahatan, sebaiknya kau diam saja. Jika tidak, kau pasti akan langsung dihukum"
"Hukuman apa?" tanya Mo Sheng dengan polosnya
"Bukan apa-apa"
Yi Chen memberikan kunci cadangan rumahnya pada Mo Sheng lalu berbalik pergi. Mo Sheng langsung mengejarnya dan bertanya Yi Chen mau kemana?
Yi Chen bilang mau kembali ke kantor karena dia masih punya banyak pekerjaan. Mo Sheng bertanya apakah Yi Chen tidak akan makan malam? Sambil terus berjalan, Yi Chen menjawab tidak sekarang.
Mo Sheng langsung berusaha menghentikan langkah Yi Chen dengan menggenggam lengan bajunya "Kalau begitu aku akan menunggumu"
Yi Chen langsung membeku dan menatap tangan Mo Sheng yang memegang lengan bajunya dengan tatapan tajam. Takut dengan reaksi Yi Chen, Mo Sheng langsung melepas genggaman tangannya.
Sama seperti yang sering dilakukannya, Mo Sheng menjalankan taktik untuk membuat Yi Chen mau makan dengan cara mengumumkan kalau dia akan makan nanti saja (bersama Yi Chen). Yi Chen menggangguk mengiyakannya.
Mo Sheng akhirnya ikut ke kantornya Yi Chen, semua orang sudah pulang jadi kantornya Yi Chen sudah kosong saat Mo Sheng tiba disana. Yi Chen melanjutkan pekerjaannya di ruangannya sementara Mo Sheng menunggu di ruang rapat sambil menyibukkan dirinya sendiri dengan mengedit foto-foto.
Tak lama kemudian, Lao Yuan yang ternyata kerja lembur melihat Mo Sheng di ruang rapat. Lao Yuan langsung menghampirinya dan menyapanya sebagai mantan pacarnya Yi Chen.
Lao Yuan bertanya apakah Mo Sheng datang demi Yi Chen dan Mo Sheng langsung mengiyakannya. Lao Yuan menyemangati Mo Sheng untuk bersiap mental jika berhadapan dengan orang seperti Yi Chen.
Tapi Lao Yuan berkata sepertinya Mo Sheng harus menunggu Yi Chen sampai jam 10 malam. Mo Sheng langsung cemas, kalau Yi Chen mau kerja sampai jam 10 malam lalu Yi Chen akan makan apa? Apa saja yang bisa dimakan, jawab Lao Yuan.
Mendengar itu, Mo Sheng tiba-tiba ingin mentraktir Lao Yuan minum kopi. Lao Yuan jadi curiga apakah Mo Sheng sedang berusaha untuk menyogoknya? Mo Sheng terang-terangan mengiyakannya. Lao Yuan tentu saja tidak keberatan mendapat makanan dan minuman gratis.
"Sekarang aku mulai paham bagaimana caramu menangani Yi Chen" ujar Lao Yuan
Saat mereka mulai memesan makanan, Lao Yuan memesan sandwich. Mo Sheng pun langsung memesan 2 sandwich untuk dibawa pulang.
Lao Yuan mengerti kenapa Mo Sheng membelikannya makan malam, niat Mo Sheng yang sebenarnya pasti untuk membelikan makan malam untuk Yi Chen.
Mo Sheng dengan senyum malu-malu, membenarkan dugaan Lao Yuan. Tapi selain itu, Lao Yuan juga yakin kalau Mo Sheng pasti punya maksud yang lainnya juga. Tapi apa kira-kira yang Mo Sheng inginkan darinya?
"Apa kau ingin aku mengawasinya untukmu ataukah aku harus melaporkan setiap gerakannya setiap hari padamu? Jam berapa dia pulang kerja dan apakah dia menemui wanita lain?"
Mo Sheng langsung menyangkal semuanya, dia hanya ingin meminta bantuan Lao Yuan untuk mengecek apakah Yi Chen makan secara teratur setiap hari dan memberitahunya secara diam-diam jika Yi Chen telat makan gara-gara kerja lembur.
"Tidak masalah. Kalau begitu kenapa kau tidak menikahinya saja" goda Lao Yuan. Hahaha... emang mereka udah nikah.
Yi Chen menyudahi pekerjaannya lebih cepat. Tapi saat dia turun, dia tidak melihat Mo Sheng di ruang rapat. Tepat saat dia sedang kebingungan, dia malah melihat Mo Sheng dan Lao Yuan baru kembali bersama.
"Dari mana kalian?" tanya Yi Chen
Mo Sheng menjelaskan kalau mereka barusan keluar untuk cari makan, Mo Sheng lalu menunjukkan sandwich yang dia beli untuk Yi Chen.
Mendengar itu, Yi Chen langsung menatap Lao Yuan dengan tajam. Lao Yuan langsung cari-cari alasan dengan pura-pura menelepon seseorang lalu cepat-cepat kabur. Ha!
Karena Mo Sheng sudah makan, Yi Chen berencana untuk membatalkan acara makan bersama mereka. Tapi Mo Sheng cepat-cepat berkata kalau dia tidak makan, dia cuma minum kopi.
Tepat saat itu juga, dia mendapat pesan dari Lao Yuan "Dia mentraktirku minum kopi karena dia ingin aku memastikan kau makan dengan teratur. Jangan cemburu dan jangan omeli dia"
Berkat pesan itu, Yi Chen langsung luluh lalu mengajak Mo Sheng makan malam di restoran dan meninggalkan sandwich yang Mo Sheng beli untuk Lao Yuan saja.
Yi Chen mengajak Mo Sheng makan malam di restoran langganannya. Yi Chen bahkan mengenal bos pemilik restorannya lalu mengenalkan istri barunya.
Mo Sheng membaca menunya dan mendapati rata-rata makanan di restoran itu terbuat dari bambu. Mo Sheng memutuskan untuk memesan makanan lain saja yang tidak ada bambunya, Mo Sheng mengaku bahwa dia sebenarnya suka makan bambu tapi Yi Chen tidak suka.
Pemilik restoran itu langsung heran mendengarnya karena setiap kali datang ke restoran ini, Yi Chen selalu memesan bambu. Aigoo... Yi Chen kayaknya kangen banget sama Mo Sheng sampai makan makanan kesukaan Mo Sheng yang sebenarnya tidak dia suka.
Mo Sheng cukup terkejut mendengar ucapan pemilik restoran apalagi saat Yi Chen berkata bahwa dia mau pesan menu yang biasa.
Setelah selesai makan malam, Yi Chen menyuruh Mo Sheng pulang duluan sementara dia akan kembali ke kantor melanjutkan pekerjaannya.
Mo Sheng langsung kecewa mendengarnya "Kapan kau akan kembali?"
"Apa kau akan menungguku?"
"Kuncimu ada padaku"
Yi Chen sangat kecewa mendengar jawaban Mo Sheng, dengan dinginnya dia berkata bahwa dia masih punya kunci cadangan lain yang dia simpan di kantor jadi Mo Sheng tidak perlu menunggunya "Lagipula aku tidak terbiasa ditunggu seseorang"
Ying Hui akhirnya tiba di Cina dan disambut oleh sekretarisnya. Hmm... sepertinya Ying Hui sangat sibuk sekali, dia bahkan baru punya waktu pergi ke apartemennya Mo Sheng malam hari padahal dia tiba di Shanghai pagi hari. Dan bahkan dalam perjalanan pun, sekretarisnya (Linda) memberitahu Ying Hui tentang berbagai jadwal kerjanya besok.
Ying Hui mengaku kalau dia sangat gugup, tapi dia berencana untuk berbohong memberitahu Mo Sheng kalau dia tidak punya tempat tinggal di Shanghai agar Mo Sheng mengizinkannya bermalam di apartemennya. Pfft! masak presdir perusahaan besar ga sanggup bayar hotel?
"Sebenarnya kebohongan itu tidak meyakinkan tapi aku yakin kalau kebanyakan wanita pasti akan mempercayaimu" kata Linda
Ying Hui naik ke apartemennya Mo Sheng dengan langkah penuh semangat sambil membawa buket bunga besar. (Hmm... tapi aku curiga kayaknya yang beli bunga itu si Linda deh).
Saat ketukan pintunya tidak mendapat jawaban dari dalam apartemennya Mo Sheng, seorang nenek tetangga memberitahunya kalau Mo Sheng sudah menikah dan sudah pindah ke rumah suaminya. Ying Hui tentu saja langsung patah hati.
Ying Hui turun dengan langkah lesu dan langsung membuang buket mawarnya lalu menyuruh Linda menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Xiao Xiao pergi ke toko perhiasan untuk membeli hadiah pernikahan untuk Mo Sheng. Pada saat yang bersamaan, Yuan Feng juga mendatangi toko perhiasan yang sama (membeli hadiah untuk Yi Mei).
Saat Yuan Feng melihat Xiao Xiao memilih sebuah kalung yang dihiasi batu permata warna warni, Yuan Feng langsung menyindir pilihan model kalungnya yang menurut Yuan Feng sangat jelek.
Xiao Xiao tentu saja langsung tersinggung "Kenapa aku selalu bertemu denganmu? Nasibku buruk sekali"
Xiao Xiao tidak terima dikatai jelek, dia itu cantik dan cocok pakai apa saja. Yuan Feng malah jadi semakin bersemangat menyindir Xiao Xiao menderita penyakit narsis. Kali ini Xiao Xiao benar-benar marah.
Saat Xiao Xiao hendak menamparnya, Yuan Feng sontak menjauh dan dengan senyum geli berusaha menenangkan Xiao Xiao dengan menyarankan agar sebaiknya mereka mengurusi urusan masing-masing saja.
Mereka akhirnya berhenti bertengkar dan sibuk sendiri-sendiri memilih perhiasan. Tak sengaja mereka berdua memilih kalung yang sama.
Mereka langsung bertengkar lagi hanya demi memperebutkan satu kalung itu. Yuan Feng menuduh Xiao Xiao mencuri kalung itu darinya. Xiao Xiao tidak terima dan mengklaim kalau dia melihat kalung itu duluan.
"Nona Xiao yang cantik. Berlian sejernih ini tidak cocok untukmu. Kau itu punya penyakit narsis selain itu seandainya aku selebritis sepertimu, aku pasti akan malu kalau sampai membeli sendiri kalung seperti ini. Kalau aku jadi kau maka aku akan merayu lelaki untuk membelikannya untukku. Kau itu lebih cocok memakai aksesoris yang dijual di kaki lima yang harganya 5 RMB per biji. Itu tuh, manik-manik warna-warni yang dibuat jadi kalung. Toko perhiasan seperti ini lebih cocok untuk pacarku"
"Pacarmu? He Yi Mei? Jangan menghabiskan uangmu untuk hal-hal yang tidak berguna. Bahkan sekalipun kau membelikan langit untuknya, dia tetap tidak cocok untukmu"
Karena sindiran sudah tidak mempan, Yuan Feng langsung mengubah taktiknya dengan mengancam akan keluar dan berteriak memberitahu orang-orang di jalan kalau si selebritis besar Xiao Xiao sedang beli perhiasan. Taktiknya yang terakhir ini sukses besar, Xiao Xiao akhirnya terpaksa mengalah dan pergi.
Setelah berhasil mendapatkan kalung itu, Yuan Feng langsung menghadiahkannya pada Yi Mei sebagai hadiah ultah lebih awal.
Tapi sayang, Yi Mei menolaknya dengan alasan kalung itu sangat mahal dan sebaiknya Yuan Feng tidak perlu buang-buang uang untuk barang semahal itu.
Yuan Feng tentu saja kecewa. Tapi dia terus berusaha membujuk Yi Mei untuk menerimanya bahkan sampai berbohong mengatakan kalau kalung itu sebenarnya tidak mahal dan bukan berlian asli. Yi Mei percaya dan akhirnya mau menerima kalung itu.
Karena tidak berhasil mendapatkan kalungnya, Xiao Xiao akhirnya membelikan hadiah pernikahan yang lain untuk Mo Sheng. Yaitu, setumpuk buku masak yang sangat cocok untuk para istri.
Mo Sheng sangat senang mendapat hadiah itu, karena kebetulan sekali dia memang ingin memasak berbagai jenis sup untuk suaminya.
"Kau baru menikah beberapa hari dan sekarang kau ingin meningkatkan kesehatan suamimu"
"Perutnya tidak sehat. Lagipula, sup itu nantinya bukan cuma untuk dia saja. Aku juga akan ikut makan"
Mo Sheng lalu meminta pendapat Xiao Xiao, apa alasan yang membuat seseorang memakan makanan yang biasanya tidak disukainya?
Mo Sheng tidak menyebutkan orang itu adalah Yi Chen jadi Xiao Xiao asal menjawab bahwa alasannya sangat sederhana, orang itu butuh makan jadi dia terpaksa makan apa saja agar dia tidak mati.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam