Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 5 - 1
Jing Xin heran melihat perubahan sikap Xiao Tan hari ini. Baru semalam dia merutuki Pangeran ke-8, tapi sekarang Xiao Tan ingin menyenangkan Pangeran ke-8 dengan semangkok sup.
Yah, apa boleh buat. Xiao Tan tak punya pilihan selain menerima keadaan ini. Sekarang ini dia tidak bisa pergi dari tempat ini. Jadi demi bertahan hidup di sini, dia harus bergantung pada Pangeran ke-8.
Berhubung dia sudah sering membuat Pangeran ke-8 marah, sekarang adalah saatnya menjilatnya. Dengan cara ini, dia tidak akan kesusahan hidup di sini.
"Si pangeran ini baru saja kembali dari berburu dalam keadaan terluka, jadi ini kesempatan yang sempurna. Aku tahu cara menilai situasi."
"Tapi yang bisa menyembuhkan luka kan sup ikan mas crucian. Kenapa kau malah memasak sup kaki babi dan kedelai?" Heran Jing Xin.
Asal Jing Xin tahu saja, kaki babi itu kaya kandungan kolagen yang bisa menyembuhkan luka dengan cepat dan menyehatkan kulit.
Lian Cheng sendiri masih ngeteh bersama Jing Xuan saat pengawal melaporkan kedatangan Ahli Strategi Liu Shang itu.
Seorang pria muda masuk ke sebuah ruangan dan menatap lambang Pangeran ke-8 yang terpampang di dinding. Dia adalah Liu Shang, si ahli strategi yang terkenal itaau. (Masih muda banget yah?)
Dia kemudian menoleh saat mendengar kedatangan seseorang yang ternyata Xiao Tan. Mata mereka saling bertemu dan hmm... sepertinya pria itu terpesona pada Xiao Tan.
Lian Cheng tiba saat itu dan langsung memperhatikan interaksi mereka berdua yang sepertinya membuatnya kesal... atau cemburu, mungkin.
Kontak mata mereka terputus saat mereka sama-sama menyadari kedatangan Lian Cheng. Xiao Tan segera mundur dan pria itu memberikan penghormatannya pada Lian Cheng.
Lian Cheng berniat baik menyentuh tangan pria itu, tapi sentuhan mereka entah mengapa membuat tubuh pria itu tersengat dan kontan membuatnya menarik tangannya dari sentuhan Lian Cheng. (Kok dia bisa tersengat kayak yang dialami Lian Cheng modern saat bersentuhan dengan Yi Huai? Jangan-jangan...)
Lian Cheng jelas heran melihat reaksinya itu, tapi dia tidak mengatakan apapun dan tetap menyapa Liu Shang dengan ramah. Liu Shang pun membalas pujiannya dengan memuji-muji segala kelebihan Lian Cheng.
"Aku sudah beberapa kali mencoba mencarimu untuk mendapat pencerahan, tapi kau selalu bepergian dan sulit ditemukan. Apakah kau kemari hari ini karena kau sudah mendapatkan jawaban untukku?"
Liu Shang mengangguk. Berdasarkan fenomena alam baru-baru ini, Liu Shang meramalkan bahwa perubahan dadakan dalam situasi politik di Dong Yue akan menyebabkan pertumpahan darah.
"Walaupun saya kurang kompeten, tapi saya harap bisa melakukan bagian saya untuk membantu." Ucap Liu Shang.
Lian Cheng lalu mengajaknya masuk ke ruang kerjanya agar mereka bisa membicarakan masalah ini lebih lanjut. Saat dia lewat, Liu Shang melirik Xiao Tan dan tersenyum manis padanya.
Xiao Tan juga tampak terpesona pada pria itu. Tapi Jing Xin dengan cepat memotong lamunannya lalu mengajaknya pergi saja sekarang karena sepertinya Pangeran ada urusan penting. Oke, ayo pergi.
Liu Shang terlebih dahulu menyerahkan anak panah yang memiliki lambang Pangeran ke-8 dan mengaku bahwa dia sudah cukup lama datang ke Dong Yue ini, hanya saja dia menyembunyikan identitasnya agar bisa diam-diam mengamati situasi di Dong Yue.
Saat dia tahu kalau Jenderal Wei mencuri anak panahnya Lian Cheng, dia bisa menduga kalau Jenderal Wei berencana menjebak Lian Cheng. Makanya waktu itu dia pergi ke tempat berburu sebelum mereka semua datang dan mengamati mata-matanya Jenderal Wei.
Dialah orang lain yang menembakkan anak panah kedua setelah anak buahnya Jenderal Wei menembakkan panahnya Lian Cheng. Dia meminta maaaf karena waktu itu keadaannya mendesak, jadi dia terpaksa harus melukai Lian Cheng.
Lian Cheng justru berterima kasih padanya. Berkat bantuan Liu Shang, dia selamat dari rencana licik Jenderal Wei. Menurut Jing Xuan, rencana licik Jenderal Wei ini bisa mereka manfaatkan untuk menjatuhkan Selir Dugu.
Tapi Lian Cheng ragu, dia berpikir kalau dia tidak boleh bertindak gegabah di saat seperti ini, saat ayahnya masih mencurigainya. Lebih baik dia bersabar menunggu kesempatan bagus.
"Jenderal Wei dan Selir Dugu sekarang ini disukai dan dipercayai oleh Paduka. Jika Pangeran menyelidikinya lebih lanjut, maka sudah pasti Kaisar akan mencurigai niatan Pangeran dan beliau akan merasa semakin terancam. Jadi, kta harus bersabar menunggu kesempatan yang bagus." Ujar Liu Shang yang sepertinya bisa membaca pikiran Lian Cheng dan jelas saja membuat Lian Cheng keheranan.
Jing Xuan jadi malu mendengarnya, Liu Shang memang benar-benar orang yang sangat berhati-hati. Agar Lian Cheng bisa memenangkan posisi putra mahkota, mereka harus mengawasi konspirasi yang dilakukan Selir Dugu dan Jenderal Wei.
"Tidak mudah mendapatkan posisi pewaris tahta. Aku juga harus mendapatkan dukungan para menteri," pikir Lian Cheng.
"Pangeran, lebih daripada waspada terhadap Selir Dugu, anda juga harus mendapatkan dukungan dari para menteri." Ujar Liu Shang yang lagi-lagi mengutarakan apa yang Lian Cheng pikirkan dan membuat Lian Cheng semakin keheranan padanya.
"Kita punya pikiran yang sama," heran Lian Cheng.
Liu Shang mengaku kalau dia juga mempelajari ilmu perbintangan dan dia meramalkan akan terjadi banjir bandang sebentar lagi.
Jika Lian Cheng melakukan tindakan pencegahan dan mengirimkan bantuan pangan ke tempat bencana terjadi, maka dia pasti akan mendapatkan dukungan para pejabat tinggi di istana dan kesempatan untuk memenangkan posisi putra mahkota.
Liu Shang benar. Hanya saja, Lian Cheng masih ragu apakah banjir bandang itu akan benar-benar terjadi atau tidak. Liu Shang meyakinkannya untuk tidak mengkhawatirkan hal itu. Yang penting dia jangan melewatkan kesempatan ini.
"Kau sudah banyak membantuku, aku ingin menawarkan 10.000 tael emas untuk merekrutmu sebagai penasihatku."
"Yang Mulia, saya hanya rakyat jelata. Saya tidak membutuhkan kekayaan sebanyak itu. Bagaimana kalau Yang Mulia meminjamkan kamar tamu saja bagia saya untuk tinggal di sini, agar kita bisa berdiskusi dengan lebih nyaman."
Lian Cheng jadi semakin curiga mendengar permintaannya, tapi dia tetap menuruti permintaan Liu Shang. Tapi ada satu hal yang tidak Lian Cheng mengerti...
"Kenapa kau memilihku?" Tanya Lian Cheng.
"Yang Mulia, apa anda ingat sekitar satu dekade yang lalu, anda pernah menyelamatkan seorang anak yang tenggelam di kota bagian selatan?"
"Kau anak yang kuselamatkan?"
"Setelah Pangeran menyelamatkan saya, saya kebetulan bertemu dengan seorang guru tua yang terkemuka, saya cukup beruntung menerima bimbingan beliau."
Wah, Jing Xuan tak menyangka kalau ternyata Liu Shang dan Lian Cheng punya masa lalu bersama. Tapi Lian Cheng tampak masih beluma percaya sepenuhnya.
Liu Shang memberitahu Lian Cheng bahwa di pinggiran Gunung Yumen ada sebuah pemandian air panas yang bisa membantu menyembuhkan luka luar, sebaiknya Lian Cheng mencobanya. Dia lalu pamit pergi.
Setelah kepergiannya, Jing Xuan langsung memuji-muji kepintaran dan keberanian Liu Shang. Dia benar-benar berbakat seperti rumor yang beredar tentangnya.
Tapi Yi Huai merasa Liu Shang itu agak aneh. Lian Cheng berpikir sama, mengingat bagaimana Liu Shang tadi terus-menerus bisa membaca pikirannya.
Lian Cheng berpikir bagaimana selama ini tidak suka kontak fisik dengan siapapun. Tapi tadi dia sengaja menyentuh Liu Shang untuk menunjukkan ketulusannya, tapi Liu Shang malah menghindari sentuhannya.
"Kak, apa yang kau pikirkan?" Heran Jing Xuan melihat Lian Cheng melamun.
"Tidak ada. Hanya saja aku merasa, pria itu sangat mencurigakan. Akan kuuji dia di masa mendatang."
Kakek Liu menatap kagum pada sosok tinggi di hadapannya itu, Liu Shang. Dia lalu mengulurkan tangan ke sisi wajahnya dan mulai mengelupas topeng kulitnya dan memperlihatkan wujud aslinya... yang ternyata Lian Cheng modern (Ha! Sudah kuduga)
"Seni penyamaranmu memang sangat hebat," puji Lian Cheng.
Kakek Liu merasa tersanjung, tapi Lian Cheng harus ingat. Dia tidak boleh membiarkan topengnya ini kena air. Soalnya kalau kena air, topeng ini akan terlepas dengan mudah.
"Apa kau tidak punya silica gel yang lebih bagus?"
"Apa itu silica gel?"
Sudahlah, tidak usah dibahas. Pokoknya, sekarang Lian Cheng harus memenuhi janjinya. Katakan, siapa sebenarnya dia dan kenapa dia bisa tahu banyak hal tentang Dong Yue? Dan yang paling penting, siapa sebenarnya pemilik Mutiara Penekan Jiwa itu?
"Perhatikanlah bintang-bintang. Saat Mars dekat dengan Antares, saat itulah kau akan bertemu dengan pemilik Mutiara Penekan Jiwa."
"Hei, anak muda. Apa kau berusaha menipuku? Katakan identitas pemilik mutiara itu? Kalau tidak... akan kuhancurkan topeng ini!"
Lian Cheng tak gentar. Silahkan saja hancurkan topeng itu, tapi Kakek Liu tidak akan pernah mengetahui identitas pemilik Mutiara Penekan Jiwa itu. Aish! Kakek Liu sebal banget mendengarnya.
Mengenai kenapa dia bisa tahu banyak hal, itu karena dulu dia pernah menghabiskan banyak waktunya bersama Kakek Liu, makanya dia tahu tentang identitas Kakek Liu.
"Dan tentang identitasku, aku juga Pangeran ke-8 dari Dong Yue. Aku Pangeran ke-8 dari masa depan."
Kakek Liu melongo lebar-lebar saking bingungnya. Lian Cheng menjelaskan kalau ini terjadi karena adanya perubahan dalam ruang dan waktu sehingga membuatnya kembali ke masa beberapa tahun sebelumnya, dan membuatnya bertemu dengan sosok dirinya di masa ini. Jadi intinya, ada dua Pangeran ke-8 sekarang.
"Apa kau mengatakan yang sebenarnya? Kalau kau tidak bohong, maka itu luar biasa sekali."
Jadi intinya, Lian Cheng datang kemari karena adanya sebuah fenomena alam yang aneh sehingga membuat dirinya dari masa depan kembali ke masa kini. Akan tetapi, alih-alih menghilang karena keberadaan yang tumpang-tindih, dia malah hidup berdampingan dengan sosok dirinya yang lain.
Wah, ini benar-benar sulit dipercaya. Dunia ini memang benar-benar penuh dengan berbagai hal yang luar biasa.
Tapi ada yang tidak Lian Cheng mengerti, kenapa saat dia menyentuh Yi Huai atau sosok dirinya yang lain, dia malah mengalami semacam sengatan listrik yang membuatnya gemetaran?
Bingung, Kakek Liu mencoba menyodok-nyodok Lian Cheng, bahkan menjabat tangannya. Tapi anehnya, kali ini tak terjadi apapun pada Lian Cheng.
Hmm, Kakek Liu menyimpulkan kalau mereka berdua tidak memiliki daya tarik terhadap satu sama lain. Lian Cheng kan berasal dari masa depan, jadi dia tidak seharusnya berada di ruang dan waktu ini.
Dua orang yang sama tidak boleh hidup di satu tempat dan satu waktu yang sama, makanya Lian Cheng merasakan sengatan itu saat dia bersentuhan dengan sosok dirinya yang lain.
Kakek Liu menyarankan sebaiknya Lian Cheng jangan menyentuh siapapun di keluarganya untuk sekarang ini.
Bersambung ke part 2
Aku males kalau harus mengulang pesan yang sama berulang kali, udah berapa kali coba? Tapi sepertinya masih ada yang belum tahu, atau belum baca pesan yang kutulis di bagian akhir postingan
Bupphae Saniwaat Deleted Scene. Jadi mohon klik postingan tersebut dan dibaca pesan yang kutulis di bagian akhir postingan yah. Terima kasih.
2 Comments
Mbak klo mau nonton dimana ya ne drama?
ReplyDeleteSemngt.. Kak.. Lanjutkan.. Episode selnjutnya...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam