Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 13 - 4

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 13 - 4

Khun Ying yakin pasti ada orang yang mencurinya. Ia mengedarkan pandangannya pada para pelayan yang ketakutan, mengira-ngira siapa pelakunya, hingga akhirnya pandangannya jatuh... ke Prik.

Khun Ying sebenarnya tidak mau mencurigainya. Tapi hanya Prik satu-satunya orang yang dekat dengannya. Prik sontak berdiri sambil meneriakkan protes tak terima tuduhan itu dan menuntut alasan Khun Ying menuduhnya seperti itu. Khun Ying tidak boleh menuduhnya seperti itu!


"Kenapa?!"

"Karena saya tidak mengambilnya!"

"Bagaimana aku tahu?!"

"Saya kan sudah bilang!"

"Bagaimana bisa aku mempercayaimu?!"

"Bisa!"

"Kenapa?!"

"Karena saya tidak mencurinya!"

Khun Ying ngotot menuduh Prik, soalnya hanya Prik yang bisa keluar-masuk ke kamarnya. Para pelayan lain bebas dari tuduhan karena mereka tidak pernah masuk ke kamarnya. Prik ngotot menegaskan kalau dia tidak mencurinya. Dan karena dia tidak bersalah, dia mau pergi saja.

Khun Ying sontak membentaknya dan mengancamnya untuk tidak menginjakkan kaki di dalam rumah ini dan menampakkan muka di hadapannya lagi. Kalau Prik sampai berani pergi, maka lebih baik dia turun ke dapur dan mendekam di sana sampai mati.


Sakit hati tapi juga tak bisa melawan Khun Ying, Prik akhirnya terduduk di tempat dengan berlinang air mata. Kade ingin bicara, tapi Khun Ying sontak membentaknya untuk tidak ikut campur.

"Mae Prik tidak mencurinya, jao ka." Tegas Kade

Jelas saja semua orang kaget mendengarnya. Khun Ying pun langsung menuntut penjelasan atas ucapan Kade itu. Kade meyakinkan Khun Ying bahwa Prik sama sekali tidak memiliki sikap seorang pencuri.

"Bagaimana kau tahu?!"

Pencuri tidak akan bersikap seperti Mae Prik. Seorang pencuri biasanya akan berusaha menutupi kesalahannya dengan cara bersikap baik pada semua orang, tidak bertengkar dengan siapapun, tidak marah-marah pada siapapun, dll.

Pokoknya dia akan selalu baik pada siapapun agar saat ada barang yang hilang, maka dia tidak akan dicurigai oleh siapapun. Dan saat dia mendapat kepercayaan dari semua orang, baru dia akan mencuri.

"Dan bagaimana dengan Nang Prik?"

"Mulutnya kotor (Pfft!). Dia tidak baik pada siapapun."

"Kecuali Nang Buong, jao ka." Timpal Juang

"Karena Buong adalah kaki tangannya."


Tapi Khun Ying masih saja ngotot menuduh Prik sebagai pelakunya. Hanya Prik satu-satunya yang keluar-masuk kamarnya. Masa iya dia mencuri barangnya sendiri?

"Iya, jao ka!" Teriak Prik sakit hati

"Nang Prik!"

Kade cepat-cepat meminta para pelayan untuk mencari ke setiap sudut rumah, mulai dari dalam rumah sampai ke dok, periksa juga tiap-tiap pohon. Para pelayan pun pergi, sementara Prik tetap di sana sambil menangis.


Kade membaca buku jurnalnya Por Date lagi. Dia bercerita bagaimana Raja Louis senang dengan cara mereka menghadapnya. Ia juga sangat menyukai Khun Ban yang fasih berbahasa Perancis.

Di ceritanya selanjutnya, Por Date mengaku bahwa hari ini dia libur sepanjang hari. Tidak ada pekerjaan yang harus dilakukannya dan dia merasa bosan karenanya.

"Aku sangat merindukanmu, Mae Karakade-ku." Ucap Por Date dalam buku jurnalnya yang kontan membuat hati Kade bahagia.

Tepat saat itu juga, Pin mendadak muncul sambil teriak-teriak yang kontan membuat Kade terlonjak kaget. Ada kabar baik, perhiasannya Khun Ying sudah ketemu di bawah pendopo pinggir dok.

Kade lega mendengarnya. "Sudah kuduga. Mae Prik selamat sekarang."

"Apa nona tidak mau melihat wajah Prik?"


Khun Ying lega melihat perhiasannya ketemu, tapi ia tetap bermuka masam pada Prik. "Apa masalahmu denganku, Nang Prik? Kalau kau jadi aku, kau juga pasti akan mencurigai dirimu sendiri."

"Saya tidak mau mendengarnya!"

Kade yang sedari tadi mengintip, akhirnya memutuskan keluar. Dan Prik tiba-tiba saja mandang dan memanggil nama Kade dengan nada manjah penuh kasih sayang. LOL!

Dia bahkan langsung mendekati Kade lalu berterima kasih sambil melakukan wai pada Kade yang jelas saja membuat semua orang kaget melihat sikapnya. Sementara Juang membawa perhiasannya Khun Ying ke kamarnya, Kade melihat sesuatu di hadapannya yang kontan menarik perhatiannya.


Di istana, Por Date membacakan laporannya pada Raja. Pertama-tama, dia bercerita tentang Istana Versailles yang sangat indah dan megah. Di depannya, ada patung Raja Louis XIV yang sedang berkuda.

Istananya sendiri ada di bagian tengah. Tapi yang paling mencengangkan adalah, mereka bisa membangun air mancur. Ada juga sebuah kolam yang berhiaskan patung-patung dewa-dewi, malaikat, dan berbagai makhluk dongeng.

"Istana itu pasti sangat indah." Komentar Raja kagum.


Dengan ditemani Prik yang sekarang mendadak baik padanya, Kade masuk ke sebuah ruangan untuk berdoa. Prik bahkan dengan senang hati menawarkan untuk mengajari Kade membuat chor muang (dumpling bunga biru).

Kade setuju. Kalau begitu, Prik ke dapur duluan saja untuk menyiapkan bahan-bahannya, dia akan menyusul sebentar lagi. Begitu Prik pergi, Kade berkeliling melihat-lihat ruangan itu.


Di istana, Por Date bercerita betapa dinginnya cuaca di Perancis. Pernah suatu hari, cuaca begitu dingin hingga beberapa orang jadi mimisan dan kulitnya retak.

Saking dinginnya, bahkan Guru Chiprakao harus minum-minum untuk menghangatkan dirinya dan menyelimuti wajahnya. Raja Louis yang saat itu ada di istana, memberikan mereka jaket dan topi bulu. Jaketnya sangat besar dan kedodoran untuk mereka, tapi benar-benar melindungi mereka dari dingin.

"Seberapa dingin?" Raja Narai penasaran.

"Sangat dingin sampai tangan kami kaku dan sulit menggerakkan jari-jari kami, Paduka." Ujar Khun Ban

"Sedingin itu, aku tidak percaya."

"Sungguh, Paduka. Tapi yang aneh adalah saat ada serpihan putih (salju) turun dari langit, tempat itu tidak dingin, Paduka."

"Maksudmu, serpihan putih itu tidak dingin?"

Luang Karala membenarkan. Raja Narai bingung, kenapa saat serpihan putih itu turun dari langit, cuacanya tidak dingin. Tapi Por Date bilang kalau cuacanya dingin. Raja Narai jadi makin bingung, jadi sebenarnya dingin atau tidak?

"Dingin, Paduka. Tapi tidak sedingin saat tidak ada (hujan salju), Paduka."

Raja penasaran, apa mereka mandi kalau udaranya sedingin itu. Mereka mengiyakannya, tapi mereka mandi dengan air hangat dan biasanya cuma mandi antara 3-5 hari dalam seminggu.

"Orang Perancis tidak terlalu suka mandi, kami sering dimarahi." Ujar Khun Ban

"Dimarahi karena apa?"

"Karena terlalu sering mandi, Paduka." Sahut Por Date.


Raja Narai sontak ngakak mendengarnya. Mereka meninggalkan rumah cukup lama, tapi mereka tidak membawa pulang wanita farang untuk dijadikan istri. Mereka pasti sangat merindukan istri-istri mereka di sini. Bagaimana dengan Por Date, dia kan belum punya istri.

"Saya merindukannya, Paduka."

"Merindukan siapa?"

"Saya merindukan... orang yang akan segera menjadi istri saya, Paduka." Aku Por Date malu-malu.


Kade melihat buku-buku yang tersimpan di ruangan itu. Ada sebuah kertas merah yang tulisannya sulit Kade baca. Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah kotak yang berada di tempat paling atas, dan tampak jelas kotak itu sangat dikeramatkan. Kade seketika sadar kalau itu pastilah kotak berisi mantra bulan.

Penasaran, Kade pun langsung mengulurkan tangan untuk meraih ke dalam kotak itu. Tapi begitu dia menyentuh buku mantra itu, dia sontak terpental oleh kekuatan sihirnya.

Kotak itu pun terjatuh dan Kade pingsan sembari memegang buku mantra itu di tangannya. Err... atau mungkin dia mati, karena begitu dia pingsan, roh Kade langsung keluar dari tubuhnya. Bingung, dia berniat menyentuh tubuhnya, tapi malah terpental dan roh-nya menghilang dari sana.


Prik kembali ke ruangan itu tak lama kemudian, tapi malah mendapati Kade terkapar di lantai. Prik sontak jejeritan panik dengan begitu kencangnya hingga suaranya terdengar oleh Por Date yang baru saja pulang. Jelas saja para pelayan jadi panik dan bingung. Khun Ying juga bingung, kenapa Kade tiduran di situ.

"Khun Ying, jao ka. Mae Ying mati."

"Nang Prik! Tidak baik bicara seperti itu! Apa kau mau dicambuk?!"

"Saya sayang Mae Ying. Saya sudah tidak benci Mae Ying lagi, Khun Ying."

"Oh, kau sudah berubah hati? Aku tidak tahu." Nyinyir Khun Ying

Masih tidak berpikir yang aneh-aneh tentang kondisi Kade. Khun Ying santai saja menyuruh para pelayan untuk membuatkan minyak angin untuk Kade.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam