Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 11 - 4

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 11 - 4

Keesokan harinya, setelah Yam selesai membantunya berpakaian, Kade dengan santainya melenggak-lenggok bak model catwlak sampai Pin harus mengingatkannya untuk berjalan dengan benar.


"Hmm, cara bicaramu mirip orang Bangkok sekarang. Manisnya!" Puji Kade Dia lalu memakai perhiasannya sambil ngedumel. "Kadang aku tak mengerti kenapa aku harus berdandan berlebihan, karena pada dasarnya aku sudah cantik."


Ketiga wanita itu sontak cekikikan keras-keras sampai suara mereka terdengar orang-orang di luar. Khun Ying sampai gregetan mendengarnya. Prik apalagi, dia langsung nyinyir merutuki Kade dan kedua pelayannya.

"Nang Prik! Orang-orang yang tinggal satu rumah dan memakan makanan yang sama, apa sesulit itu untuk saling menyayangi?!" Kesal Ayah.

"Ya, jao ka."

"Apa maksudnya 'Ya, jao ka'?"

"Ya, jao ka."

"Nang Prik! Lihat dia, Mae Jumpa. Orangmu ini sudah kelewat batas!"

"Aku saja masih belum terlalu menyukainya, jadi bagaimana bisa pelayanku menyukainya?"

Kesal, Ayah langsung memanggil Por Date dan tanya apakah dia sudah membicarakan masalah pernikahan lagi dengan Kade? Por Date tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Tapi dari ekspresi wajahnya saja, Ayah sudah bisa menebak kalau Kade masih belum berubah pikiran.


Pin heran, kenapa Kade tidak mau menikah. "Anda kan sangat mencintai Khun P' sebesar ini."

Yam setuju. "Anda dan Ork Khun Thun saling mencintai satu sama lain hingga kalian bisa saling melahap satu sama lain."

"Saling mencintai, tapi tidak mau menikah. Bagaimana bisa itu, jao ka?"

Kade kaget mendengarnya. "Kalian tahu segalanya?"

"Ya, jao ka." ujar mereka serempak. Sontak mereka bertiga cekikikan lagi sekeras-kerasnya.


Begitu mereka keluar kamar, tak ayal Khun Ying langsung mengomeli Kade. Dia itu mau menikah sebentar lagi, kenapa dia tertawa keras-keras sampai terdengar ke mana-mana.

"Sungguh, Bi? Oi! P'Pin, P'Yam, aku kan sudah bilang jangan tertawa keras-keras. Tidak sopan!" Kade malah menyalahkan kedua pelayannya dengan muka tanpa dosa.

"Lihatlah dirimu. Menyalahkan pelayanmu. Mana mereka berani kalau bukan majikannya yang memberi contoh." Omel Khun Ying.


Tepat saat itu juga, Por Date lewat di sana dan mereka langsung lirik-lirikan malu-malu. Khun Ying lalu kembali membahas masalah pernikahan mereka, tapi Ayah sendiri memutuskan untuk menyerah menanyai Kade tentang masalah itu lagi.

Khun Ying tidak terima begitu saja dan langsung memanggil Por Date. Ia memberitahu Por Date bahwa Kade ragu alasan Por Date ingin menikahi Kade hanya karena situasi.

Karena itulah, Khun Ying menyuruh Por Date untuk meyakinkan Kade bahwa dia akan menjadi suami yang baik dan tidak akan mencampakkannya. Tapi Por Date malah diam saja sambil melirik Kade.

Gregetan, Khun Ying meyakinkan Kade bahwa biarpun Por Date tidak mencintai Kade, tapi Kade tidak perlu ragu. Cinta bisa tumbuh selama mereka hidup bersama nantinya.

"Ya, jao ka."

"Sekarang kau sudah tidak punya keraguan, kan?"

"Ya, jao ka." Ujar Kade. Khun Ying senang. Senyum Por Date pun semakin mengembang lebar.


Saat ayah dan anak itu hendak berangkat, Ayah tiba-tiba bertanya-tanya siapa sebenarnya Kade dan dari mana dia berasal. Tapi bagaimanapun, dia akan menjadi istri yang akan berdiri mendampingi Por Date.

Por Date terkejut mendengar Ayah juga sudah tahu. "Siapa dia? Apa Ayah memperhatikan?"

"Apa gunanya? Jangan khawatir. Dia datang karena harus. Segalanya sudah ditakdirkan."

Mengalihkan topik ke masalah politik lagi. Ayah penasaran dengan tujuan Raja memanggil semua pejabat hari ini, pasti berhubungan dengan para duta besar Perancis itu. Apalagi Raja belum kembali ke Lavo sejak hari itu.


Di istana, Raja memberitahu mereka bahwa duta besar Perancis akan kembali bulan Mei mendatang. Karena itulah Raja berniat untuk balas mengirimkan tim duta besar Ayutthaya ke Perancis bersama dengan kepulangan duta besar Perancis kembali ke negaranya.

Sayang sekali, dua tim yang ia kirim sebelumnya gagal. Yang pertama karena kapalnya tenggelam di tengah perjalanan dan menyebabkan sang duta besar meninggal dunia.

Sedangkan tim kedua, sebenarnya mereka berhasil sampai ke Perancis. Sayangnya, Raja tidak pernah menunjuk mereka sebagai duta besar, sehingga mereka tidak bisa bertemu Raja Perancis.

Raja sudah berkonsultasi dengan Phaulkon tentang masalah mengirim duta besar ke Perancis. Suatu kehormatan besar bagi mereka karena Raja Louis XIV mengirimkan duta besarnya untuk bertemu mereka.

Ini adalah diplomasi yang sangat penting, terutama dalam melawan Inggris yang berniat menyerbu mereka.

Phaulkon setuju, cara Inggris memperlakukan Ayutthaya bak negara kuat yang menindas negara lemah. Bahkan 20 tahun yang lalu pihak Inggris pernah menyita kapal dagang Ayutthaya yang hendak berlayar ke Cina dan Jepang. Inggris bahkan berani menyatakan perang dengan mereka.


Tapi Khun Ban mengingatkan Phaulkon bahwa kejadian itu terjadi karena Ayutthaya duluan-lah yang merebut pasar Jepang dari pihak Inggris. Waktu itu Ayutthaya mengirimkan 12 kapal dagang untuk berdagang dengan Jepang sehingga Jepang tidak lagi mau membeli dari pihak Inggris.

Phaulkon ngotot bahwa Ayutthaya adalah pihak tuan rumah. Jadi mereka berhak untuk mengirim kapal ke manapun mereka inginkan dan pada siapapun yang ingin berdagang dengan Ayutthaya.

"Itu mungkin tidak akan menjadi masalah besar jika yang kita perdagangkan dengan Jepang bukan kulit binatang." Ujar Khun Ban.

"Karena mereka (Inggris) memiliki hak istimewa dalam (perdagangan) kulit binatang. Mereka hanya menjualnya pada satu pembeli sejak dinasti Raja Prasat Thong." Timpal Por Date

Phaulkon nyinyir. "Itu perjanjian yang merugikan sejak puluhan tahun yang lalu. Jadi tidak salah untuk melanggar kesepakatan itu."

"Mereka juga berpikir bahwa menyita kapal-kapal di pelabuhan juga tidak salah." Balas Por Date.


Kesal, Phaulkon berbalik kembali ke Khun Ban dan tanya apakah menurut Khun Ban, pihak Inggris itu benar? Khun Ban menekankan bahwa dia tidak bicara masalah benar atau salah. Dia hanya mengemukakan alasan dibalik sikap pihak Inggris.

"Kenapa buang-buang waktu untuk membicarakan masalah puluhan tahun lalu?" Sinis Phetracha. "Karena bagaimanapun, Ayutthaya tetap harus menyerah terhadap perjanjian yang merugikan itu."

Raja Narai setuju dengan pendapat Phetracha. Toh mereka bisa membangun lagi kapal-kapal dagang ekspor mereka. Mereka juga cukup ahli dalam pelayaran. Mereka juga tahu bagaimana kerugian mereka karena perjanjian terakhir yang mereka sepakati dengan Inggris.

"Ork Pra Lit Gumhaeng (gelarnya Phaulkon) yang memulainya. Inggris menyatakan perang dengan kita 20 tahun yang lalu, dia sengaja mengungkitnya lagi untuk menyebabkan perselisihan." Sindir Phetracha.

"Lebih baik lakukanlah pekerjaan yang lebih bermanfaat." Sinis Luang Sorasuk.

"Tenanglah, Por Duer. Kau seperti ingin lari keluar dan bertarung di berbagai arena saja. Bermanfaat bagaimana?" Tegur Raja

"Itu lebih baik daripada duduk di sini dan mendengarkan masalah lama yang sudah tidak berguna, Paduka Yang Mulia."


Mengalihkan topik kembali ke bahasan utama mereka, Raja memutuskan bahwa ia akan mengirim duta besar ke Perancis. Ia menyuruh Phaulkon untuk mengurus masalah itu sebelum duta besar Perancis kembali ke negaranya dan menyuruh Ayah Por Date untuk mencari hari baik untuk berlayar.

"Tapi mereka bilang bahwa mereka akan menentukan tanggalnya sendiri. Bukankah begitu, Paduka Yang Mulia?"

"Aku yang akan menentukan! Dan itu harus dilakukan pada tanggal dan waktu yang baik karena orang-orang kita juga akan pergi."

Ia juga menyuruh Pra Sadit dan Phaulkon untuk menentukan 2-3 duta besar dan juga 7-8 pejabat untuk dikirim ke Perancis. Phaulkon menyarankan agar mereka juga membawa penerjemah, juru tulis, tabib, dan pelayan. Dan untuk duta besarnya, Phaulkon merekomendasikan Khun Ban.


Kade antusias tanya hari ini Khun Ying mau mengajarinya tentang apa? Khun Ying pun menyuruh Prik untuk menyalakan kompor di dapur dan mengajari Kade memasak makanan yang disukai Por Date.

Prik langsung nyinyir. Por Date kan menyukai moo sarong (bola-bola daging babi bungkus mie). Bagaimana bisa dia mengajari Kade? Muka kayak Kade itu tidak akan bisa memasaknya.

"Kau belum mengajarinya, tapi sudah banyak mengeluh! Aku bosan padamu. Pergi sana! Kalau kau tidak mau mengajarinya, maka aku sendiri yang akan mengajarinya. Apa itu maumu?" Omel Khun Ying

"Ya, jao ka."

"Sebentar, Bi. Bibi yakin kita bisa memakan... sarong?" (Aku nggak tahu sarong itu apaan? Sarung mungkin? Hehe)

Tuh, kan. Prik nyinyir meyakinkan Khun Ying kalau Kade tidak akan bisa memakannya. Dia bukan Kade kalau tidak menanyakan pertanyaan aneh semacam itu.

Kade tersinggung. "Mae Prik! Kenapa aku tidak boleh bertanya?"

"Tidak boleh, jao ka. Semua orang memakannya! Kenapa bertanya?"

"Makan sarong?"

"'Moo Sarong, bukan sarong!"

"Cukup, Prik! Juang, siapkan bahan-bahannya. Lakukan di hadapanku." Perintah Khun Ying mengakhiri perdebatan nggak penting ini.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam