Yan Chi santai menjawab kalau dia masuk lewat pintu utama. Hmm... Menyelinap diam-diam lewat pintu utama?
Dia datang untuk memberikan hadiah untuk Qin Wan. Walaupun dia bukan bagian dari keluarga Yue, tapi dia dan Tuan Putri adalah kerabat kerajaan, jadi itu artinya, dia dan Qin Wan juga kerabat sekarang. Jadi wajar dong dia memberi hadiah?
Namun hadiah yang dia tawarkan adalah token kediaman Pangeran Rui. Hadiah ini terlalu berharga bagi Qin Wan. Dia tidak berani menerimanya.
Yan Chi sontak tertawa ngakak melihat reaksi Qin Wan, tapi dia memaksa. Tokennya ini berguna untuk melindungi Qin Wan, terutama jika di tengah jalan Qin Wan bertemu dengan penjahat berkedok pejabat pemerintah.
Saat Qin Wan masih terus ragu-ragu untuk menerimanya, Yan Chi meyakinkannya bahwa token ini jauh lebih efektif daripada Qin Yan, dan Qin Wan pun tidak perlu berpikir berlebihan tentang ini.
Perjalanan Qin Wan ke ibu kota akan makan waktu selama satu bulan lamanya, selama itu, bisa saja dia akan bertemu dengan berbagai macam penjahat, termasuk pejabat pemerintah korup. Token ini akan melindungi Qin Wan dari orang-orang semacam itu.
Hmm, ucapannya ada benarnya. Tapi tetap saja Qin Wan menolak, dia hanya akan berhati-hati saja, token ini terlalu berharga baginya.
Namun tepat saat itu juga, Fu Ling mendadak muncul, maka Yan Chi langsung saja menyerahkan token itu ke Fu Ling dengan peringatan bahwa token ini untuk nonanya, jika sampai hilang maka Fu Ling harus bertanggung jawab. Dan bahkan sebelum Qin Wan sempat bereaksi, Fu Ling dengan patuh menerima token itu.
Sudah selesai, Yan Chi mendadak minta izin menginap di sini, dia benar-benar kecapekan soalnya. Besok pagi dia masih harus sibuk karena orang yang mau dia tangkap melarikan diri. Dia tidak akan sempat melihat Qin Wan pergi.
Makan terlalu banyak waktu jika dia balik ke kediaman Marquis sekarang. Dia janji hanya akan tidur di ruang tamu dan tidak akan kelayapan ke mana-mana, dan tidak akan ada seorang pun yang tahu juga.
Qin Wan jelas agak ragu, tapi bahkan sebelum dia sempat menolaknya, Yan Chi langsung saja berbaring di sofa panjang. Baiklah, Qin Wan akhirnya setuju, apalagi dia juga prihatin melihat Yan Chi tampaknya benar-benar kelelahan.
Keesokan harinya saat Qin Wan baru bangun, dia mendapati Yan Chi sudah pergi tanpa pamit entah sejak kapan, bahkan Fu Ling pun tak tahu.
Untungnya Yan Chi pergi cepat karena tiba-tiba saja Qin Yan muncul. Dia sudah mendengar tentang masalah adopsinya Qin Wan dan datang untuk mengucap selamat.
Sebenarnya, dia agak heran dan curiga dengan fakta kalau Qin Wan mendadak berubah drastis, bahkan bisa ilmu medis dan bisa menyembuhkan penyakit pasca insiden tenggelamnya di Danau Bulan Sabit.
Tapi dia juga bingung dan tak tahu apanya yang salah dari hal tersebut mengingat orang tuanya Qin Wan dulu memang suka membaca buku-buku medis, dan perubahan sifat Qin Wan mungkin memang dipicu oleh kejadian hampir mati tersebut.
Akhirnya dia cuma berbasa-basi dan tanya ini-itu tentang Qin Wan sebelum kemudian pergi.
Setelah itu Qin Wan pergi mengunjungi Yao Xin Lan lagi, dan yang tak disangkanya, Yao Xin Lan akhirnya mau bangun dan bangkit dari keterpurukannya, bahkan sudah mau menggendong dan bermain dengan bayinya.
Dia juga memberitahu Qin Wan bahwa dia juga sudah memutuskan untuk meninggalkan kediaman ini, ayahnya akan tiba di sini lusa untuk menjemputnya, tapi untuk saat ini dia merahasiakannya dari orang rumah supaya tidak terjadi keributan.
Syukurlah, Qin Wan pun lega melihat perubahannya. Dengan begini, dia bisa pergi dengan tenang.
Selain itu, Yao Xin Lan juga memberikan satu peti hadiah untuk Qin Wan yang dia ambil dari harta sesannya yang ternyata isinya penuh dengan Mutiara Timur yang sangat berharga.
Dia benar-benar berterima kasih pada Qin Wan dan setulus hati mendoakannya untuk berjodoh dengan seseorang yang tulus mencintainya. Dia yakin Qin Wan pasti akan menemukan jodoh yang tepat karena kebaikan hati Qin Wan.
Dengan banyaknya hadiah yang dia terima, Qin Wan mendapati barang bawaannya ternyata sampai enam peti besar. Namun yang lebih tidak dia sangka, ternyata barang bawaannya tidak seberapa dibandingkan Qin Shuang yang membawa delapan peti dan Qin Xiang yang membawa sepuluh peti.
Dengan banyaknya barang bawaan mereka, rombongan mereka pun terdiri dari sepuluh kereta kuda, empat kuda pertama untuk menampung Qin Wan, Qin Yan, Qin Xiang dan Qin Shuang, dan para pelayan mereka masing-masing. Sedangkan enam kereta lainnya untuk barang-barang mereka.
Mereka berangkat keesokan harinya. Nyonya Qin dan Qin Xiang saling berpelukan lama sekali tanpa memedulikan Qin Wan dan Qin Shuang, sehingga Qin Li-lah yang maju untuk menasehati mereka berdua selayaknya seorang kakak yang baik.
Tepat sebelum mereka hendak naik kereta kuda, Yue bersaudara mendadak muncul untuk mengantarkan Adik Keempat mereka pergi.
Walaupun Yue bersaudara tumbuh di Jinzhou, tapi mereka lahir dan pernah tinggal beberapa lama di ibu kota, makanya mereka juga mengenal Qin Yan. Setelah beberapa saat saling menyapa dan berbasa-basi, mereka pub akhirnya berangkat.
Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di daerah Yanzhou. Namun karena harus menaiki kapal untuk menyeberangi Sungai Yan, sedangkan Qin Shuang dan Qin Xiang belum pernah menaiki kapal sebelumnya, makanya mereka mabuk laut sepanjang jalan.
Qin Shuang lebih kuat dibandingkan Qin Xiang, sehingga saat akhirnya mereka turun dan beristirahat di sebuah rumah teh, Qin Xiang masih pucat pasi, sedangkan Qin Shuang cepat pulih dan dengan cepat bisa menikmati cemilan.
Qin Wan doang yang sepanjang perjalanan tidak terpengaruh sehingga dia tetap terlihat anggun dan elegan. Dia berbaik hati membantu Qin Xiang dengan memberinya kantong obat anti mabuk, tapi Qin Xiang malah menolaknya. Ya sudah! Bodo amat!
Mereka cuma beristirahat sebentar dan langsung berangkat lagi, karena khawatir salju akan turun. Qin Xiang menolak dibantu Qin Wan, tapi saat Qin Yan turun tangan membantunya, Qin Xiang malah sama sekali tak menolaknya.
Pfft! Qin Shuang sontak sinis melihat kelakuan saudaranya itu. Tapi wajar sih, sebelum pergi waktu itu, Qin Xiang memang dinasehati oleh ibunya untuk berhubungan akrab dengan Qin Yan supaya hidupnya di ibu kota nanti enak dan tidak kalah dari Qin Wan.
Sepanjang perjalanan ini, Qin Wan rutin memperhatikan sekitarnya. Makanya dia bisa mengetahui beberapa kebiasaan Qin Yan, tapi ada satu orang yang cukup misterius. Pelayannya Qin Yan, Zhou Huai.
Sejauh ini Zhou Huai belum menampakkan suatu kebiasaan apa pun, selalu berada di belakang Qin Yan dengan patuh bagai bayangannya padahal pembawaanya sama sekali tidak terlihat seperti pelayan biasa.
Tapi Qin Wan memperhatikan Zhou Huai percaya diri sekali saat dia memperkirakan bahwa dua hari lagi akan turun salju bak seorang peramal, makanya dia menyarankan Qin Yan untuk mempercepat perjalanan.
Jadilah perjalanan mereka jadi lebih cepat dan kereta kuda pun jadi lebih berguncang. Namun tak lama kemudian, perjalanan mereka tiba-tiba melambat lagi gara-gara Qin Xiang sakit lagi sehingga Qin Yan harus meminta obat dari Qin Wan untuk Qin Xiang. Maka Qin Wan pun memberinya kantong obat yang tadi Qin Xiang tolak.
Karena lambatnya laju perjalanan, mereka akhirnya gagal mencapai kota tujuan mereka dan terpaksa harus bermalam di desa terdekat.
Namun desa yang mereka tuju itu sangat aneh. Cuma ada satu penginapan, itu pun sudah bobrok dan cuma ada tiga kamar tidur.
Lebih aneh lagi saat mereka mencoba menggedor rumah warga untuk minta bermalam, semua warga desa menolak mereka dengan kasar, mengklaim bahwa desa mereka tidak menerima orang luar lalu mengunci pintu.
Semua rumah memiliki reaksi yang sama persis. Aneh sekali, satu desa sepertinya takut pada orang asing. Akhirnya karena tak punya pilihan lain, terpaksa mereka harus pergi ke penginapan bobrok itu.
Pemilik penginapan itu menyambut mereka dengan ramah dan ceria. Karena tempatnya terbatas, jadi dia membuat pengaturan dengan membuat para gadis untuk berbagi dalam satu kamar. Sedangkan para pengawal dia tempatkan di gudang.
Namun terlepas dari keramahan si bos penginapan, tempat ini juga sama anehnya dengan yang lain karena mereka menemukan langit-langit penginapan ini penuh ditempeli dengan berbagai jimat.
Atas desakan Qin Yan, si pemilik penginapan yang bernama Wei Chang Fu itu memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi di desa ini sehingga membuat penduduk menjadi anti terhadap orang asing.
Awalnya desa ini yang bernama Desa Sangyuan ini dulu makmur dan ramai dikunjungi turis dan para pedagang teh berkat adanya kebun teh di bawah Puncak Gunung Dewi.
Namun kemudian, entah mengapa pemilik kebun teh berhenti lalu akhirnya tutup dan sejak saat itu, desa ini dan penginapannya mulai sepi, tapi tidak sesepi sekarang.
Lalu kemudian segalanya berubah semakin memburuk. Bermula sejak setengah tahun yang lalu. Banyak penduduk yang tiba-tiba mati tanpa sebab yang jelas. Padahal mereka kebanyakan anak-anak muda yang sebelumnya tak pernah sakit, tapi tiba-tiba saja mereka kena cacar hingga meninggal dunia.
Semakin banyak korban, rumor pun mulai bermunculan. Ada yang bilang kalau desa ini dikutuk, ada yang bilang kalau desa ini kena wabah, dan berbagai rumor lainnya yang pada akhirnya membuat banyak orang ketakutan dan orang luar pun mulai berhenti mendatangi desa ini.
Penduduk desa meyakini bahwa penyakit ini disebabkan karena banyaknya turis yang datang membawa penyakit atau kesialan, makanya mereka jadi benci pada para pengunjung.
Cuma penginapannya ini yang kadang-kadang melayani satu atau dua pengunjung yang kebetulan lewat. Sejauh ini dia dan para tamunya belum pernah kena masalah, jadi dia pikir semua jimat yang dipasangnya ini manjur.
Pejabat pemerintah dan beberapa tabib pernah datang, tapi bahkan mereka pun tak mampu mengambil kesimpulan pasti tentang kasus ini. Dan lagi, kehadiran mereka juga tidak terlalu berguna, tetap saja ada orang yang mati.
Akan tetapi, sekitar dua bulan yang lalu, seorang tabib sakti bernama Tabib Sun datang dan berhasil menyembuhkan seseorang yang berada di ambang kematian.
Orangnya tinggal di bawah Puncak Gunung Dewi dan sejak dia datang, dua bulan ini belum pernah ada lagi orang yang mati.
Oh? Tabib Sun? Nama ini jelas menarik perhatian Qin Wan. Siapa nama lengkap tabib tersebut?... Sayangnya Wei Chang Fu tidak tahu soalnya dia belum pernah bertemu lagi, cuma pernah mendengar kabar tentangnya.
Pokoknya, orangnya rutin keliling dan tidak pernah mau menerima bayaran atau hadiah apa pun, makanya orang-orang menganggapnya Bodhisattva. Kabarnya dia pindah ke Puncak Gunung Dewi untuk merawat istrinya yang sakit.
Namun walaupun belum ada lagi yang mati, tetap saja desa ini dianggap sial dan bisnisnya tetap sepi. Awalnya penginapannya ini ada sepuluh kamar tamu, tapi sejak bisnisnya mulai sepi, banyak kamar yang tak terawat atau dialihfungsikan sehingga sekarang hanya tersisa empat kamar, selain mereka yang mendiami tiga kamar, satu kamar lagi dihuni oleh satu pengunjung lain yang datang sebelum mereka.
Tamu yang satunya itu seorang pemuda, dia datang sejak dua hari yang lalu, entah apa pekerjaannya, tapi setiap hari dia selalu pergi pagi dan kembali larut malam.
Hmm... informasi Wei Chang Fu ini benar-benar aneh, tidak ada yang mempercayainya, makanya mereka berniat bermalam satu malam ini saja dan pergi pagi-pagi besok.
Sebagai seorang tabib, Qin Wan sebenarnya sangat penasaran dan ingin menyelidiki kenapa orang-orang muda itu bisa mati satu per satu. Kesannya memang seperti wabah, tapi polanya agak aneh, tapi dia capek banget, lagipula, mereka akan pergi besok, jadi tidak ada waktu.
Subuh-subuh, mendadak Qin Wan terbangun oleh suara keributan di luar. Ternyata Qin Yan dan para pengawalnya menangkap seseorang yang mencurigakan karena dia berjalan ke arah kamar para cewek.
Namun saat Qin Wan mendekat dan melihat orangnya, ternyata dia adalah Sun Mu Qing. Begitu melihat Qin Wan, Sun Mu Qing sontak menyapanya riang.
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam