Pada tahun ke-32 Yongchan di Daerah Changwu, terjadi epidemi yang menewaskan banyak warga. Kota itu menjadi sangat sepi dengan hanya beberapa petugas yang rutin hilir-mudik membawa mayat-mayat untuk dibakar. Bahkan para tabib pun mulai berjatuhan satu per satu.
Namun seorang gadis kecil berusia 9 tahun bernama Lu Tong tahu bahwa ada satu tabib perempuan yang mampu menyembuhkan penyakit ini.
Dengan kepintaran dan ketelitiannya dalam mengamati sesuatu, Lu Tong tahu bahwa Tuan Muda Li, putranya Gubernur Li, juga terjangkit penyakit ini. Namun setelah satu bulan mengamati, dia tidak pernah melihat mayat Tuan Muda Li, padahal orang-orang yang terjangkit penyakit ini tidak akan bertahan lebih dari setengah bulan.
Hanya si tabib ini yang sering dia lihat keluar masuk kediaman ini. Dia yakin kalau wanita ini adalah tabib karena dia mencium aroma herbal saat si tabib wanita ini lewat.
Makanya malam ini dia sengaja menunggu di depan kediaman tersebut sampai si tabib perempuan keluar dan langsung berlutut memohon padanya untuk menyembuhkan keluarganya. Lu Tong adalah satu-satunya di keluarganya yang tidak tertular penyakit tersebut.
Si tabib mengakui kalau dia memang menyembuhkan Tuan Muda Li dan dia mau saja menyembuhkan keluarganya Lu Tong, tapi dia menuntut bayaran sangat tinggi. Per satu orang biayanya delapan ribu tael perak.
Hah? Dari mana Lu Tong mendapatkan uang sebanyak itu untuk menyembuhkan seluruh keluarganya? Jangankan untuk beli obat, beli makan untuk sekeluarga saja mereka hampir tak mampu.
Namun dia bertekad baja, makanya walaupun tak bisa menawarkan uang, dia menawarkan dirinya sendiri untuk menjadi pelayannya si tabib. Dia bersedia menjual dirinya sendiri untuk menjadi pelayannya si tabib seumur hidup.
Itu penawaran yang menarik bagi si tabib, berhubung Lu Tong bersedia ikut dengannya dan melakukan apa saja tak peduli seberapa sulit, si tabib pun langsung setuju.
Tujuh tahun kemudian, Lu Tong kembali ke Changwu dengan membawa pelayannya yang bernama Yin Zheng. Selama tujuh tahun sebelumnya, dia pindah ke gunung dan tinggal bersama Nyonya Yun sampai Nyonya Yun meninggal dunia. Baru setelah itulah Lu Tong akhirnya mendapatkan kebebasannya dan bisa pulang kembali ke kampung halamannya.
Tujuh tahun lamanya dia meninggalkan tempat ini dan sekarang tempat ini jadi terasa asing dengan banyaknya bangunan-bangunan baru dan kota yang jadi semakin ramai.
Namun di tengah keramaian kota, dia sontak membeku di tempat mendapati rumah keluarganya malah sudah hangus terbakar. Seorang penjual kue yang kebetulan lewat, memberitahu mereka bahwa seluruh anggota keluarga Lu sudah mati. Namun bukan semuanya mati kebakaran, mereka mati satu per satu dalam rentang waktu satu tahun.
Sekitar dua tahun yang lalu, putri keluarga Lu, Lu Rou, menikah dengan anak orang kaya dari keluarga Ke. Kabarnya mereka memiliki bisnis tembikar dan porselen.
Lalu kemudian Lu Rou diboyong ke ibu kota. Namun kurang dari satu tahun kemudian, mereka malah mendapat kabar bahwa Lu Rou sudah meninggal dunia disertai dengan rumor-rumor tak menyenangkan tentang kematiannya.
Lalu kemudian, putra mereka, Lu Qian, pergi ke ibu kota untuk menyelidiki apa yang terjadi pada kakaknya. Namun beberapa waktu kemudian, mereka malah mendapat laporan resmi dari ibu kota yang menyatakan bahwa Lu Qian melakukan perampokan dan melecehkan wanita, dia pun tertangkap dan dipenjara.
Jangankan keluarga, para tetangga pun sebenarnya tak percaya dengan kabar ini mengingat Lu Qian selalu baik dan rajin. Tuan Lu sama sekali tak percaya anaknya berbuat demikian, makanya dia melayangkan petisi banding ke ibu kota.
Namun saat Tuan Lu dalam perjalanan ke ibu kota, tepat sebelum kapalnya sampai ibu kota, tiba-tiba saja kapalnya terjebak badai dan terbalik, tidak ada seorang pun yang selamat.
Kehilangan seluruh anggota keluarganya membuat Nyonya Lu menjadi gila, biasanya dia hanya duduk di tepi danau, memainkan mainannya Lu Rou semasa kecil sembari menyanyi.
Lalu suatu malam, rumah keluarga Lu mendadak kebakaran. Entah kecelakaan atau sengaja dibakar oleh Nyonya Lu sendiri mengingat pikirannya tidak waras. Karena terjadinya tengah malam dan kebakarannya sangat besar, sehingga saat tetangga baru mengetahuinya, segalanya sudah terlambat, mereka cuma menemukan segenggam abu, tidak ada jasad yang tertinggal. Sejak saat itu, rumah ini pun terabaikan begitu saja.
Menurut si penjual kue, Keluarga Lu sepertinya menyinggung sesuatu yang tidak bersih, makanya mereka musnah sekeluarga. Karena itulah, si penjual kue menyarankan mereka untuk menjauhi tempat ini, takutnya mereka kena sial.
Hmmm... Aneh! Aneh sekali! Lu Tong jelas penasaran kenapa dan bagaimana bisa seluruh keluarganya berakhir tragis dalam berbagai kesialan yang tampak kebetulan ini.
Kematian Lu Rou saja sudah cukup aneh, apalagi Lu Qian dan kedua orang tua mereka. Mereka tiga bersaudara dibesarkan dengan disiplin yang sangat ketat oleh ayah mereka. Bahkan para tetangga pun mengetahuinya. Jadi tidak mungkin Lu Qian melakukan perampokan dan melecehkan wanita.
Dan lagi, selama ini tidak pernah ada badai dalam perjalanan dari Changwu ke Ibu Kota. Lalu kenapa mendadak ada badai saat ayahnya hampir mencapai ibu kota?
Karena itulah, sepanjang hari itu, Lu Tong mencoba mengumpulkan berbagai informasi dari warga sekitar. Walaupun tidak banyak informasi yang berarti, tapi semakin dipikirkan, Lu Tong jadi semakin yakin kalau berbagai kesialan yang dialami seluruh keluarganya yang tampak seperti kebetulan ini terlalu aneh dan mencurigakan.
Sepertinya, mereka bukannya menyinggung 'sesuatu yang tidak bersih', melainkan menyinggung seseorang yang tidak bersih, seseorang yang pasti bukan orang biasa.
Menyadari dia hanya bisa mendapatkan jawaban di ibu kota, Lu Tong pun memutuskan pergi ke ibu kota untuk menyelidiki segalanya.
Lu Tong awalnya mau pergi sendiri karena misinya ini pasti akan berbahaya, dia tak ingin Yin Zheng ikut karena khawatir Yin Zheng akan terkena sial juga. Namun Yin Zheng ngotot mau ikut. Lu Tong adalah penyelamatnya, jadi dia akan selalu mengikuti Lu Tong.
Yin Zheng dulunya adalah wanita penghibur yang dijual ke rumah bordil oleh ayahnya sendiri. Lalu kemudian dia terkena penyakit kelamin yang membuatnya hampir mati.
Bahkan saat dia sudah sangat sekarat dia dibuang begitu saja di area pemakaman tengah malam. Saat itulah Lu Tong mendadak muncul di sana, entah apa yang Lu Tong lakukan di area pemakaman malam-malam. Yang pasti, Lu Tong menemukannya, lalu membawanya ke gunung, merawat penyakitnya hingga Yin Zheng sembuh.
Sejak itu, Yin Zheng pun mengabdikan dirinya pada Lu Tong sebagai pelayan. Dia tidak mau kembali ke dunia hiburan itu lagi, makanya dia menolak diusir begitu saja.
Lagipula, untuk menjalankan misinya, Lu Tong pasti butuh bantuan. Dibandingkan Lu Tong, Yin Zheng lebih pintar bersosialisasi dengan orang lain, jadi mungkin dia bisa membantu mendapatkan informasi untuk Lu Tong.
Pokoknya dia akan selalu mengikuti Lu Tong, entah itu masuk ke kolam naga atau ke kandang macan, dan akan menghadapinya dengan penuh keberanian bersama Lu Tong. Menyadari Yin Zheng tak bisa diusir sama sekali, Lu Tong akhirnya mengalah dan membiarkannya ikut.
Perjalanan ke Ibu Kota Shengjing memakan waktu satu bulan lamanya melalui jalur air. Setibanya di sana, Lu Tong memperhatikan sepanjang jalan ada banyak sekali rumah teh, sepertinya penduduk Ibu Kota Shengjing suka sekali minum teh.
Begitu menemukan sebuah penginapan yang cukup murah, Lu Tong langsung bergerak cepat mencari informasi tentang keluarga Ke dengan alasan bahwa dia mau membeli tembikarnya keluarga Ke yang terkenal.
Seorang tamu yang mendengar ucapannya, langsung sinis menghina tembikarnya keluarga Ke. Namun dari pria inilah Lu Tong mendapatkan informasi tentang bisnis keluarga Ke.
Awalnya bisnis tembikar mereka biasa-biasa saja, kualitas tembikar mereka juga biasa-biasa saja. Namun sekitar setahun yang lalu, mereka entah bagaimana mendapatkan keberuntungan saat barang tembikar mereka dibeli oleh keluarga Guru Agung Qi untuk hadiah perayaan ultah Nyonya Tua.
Sejak saat itu, reputasi keluarga Ke melonjak dan banyak keluarga pejabat ibu kota membeli tembikar mereka, dan sekarang keluarga Ke memonopoli bisnis tembikar dan porselen di ibu kota. Oh... semakin mencurigakan. Setahun yang lalu seharusnya bertepatan dengan kematian Lu Rou.
Lu Tong jadi semakin ingin tahu tentang bisnis keluarga Ke tersebut. Pemilik penginapan dengan ramah memberitahunya lokasi kediaman keluarga Ke, lalu tak lama kemudian, Lu Tong dan Yin Zheng pun pergi ke sana dengan Lu Tong yang sengaja menutupi wajahnya dengan cadar dan identitas samaran Wang Ying Ying, sepupu jauh keluarga Lu dari daerah Su selatan yang baru tahu tentang kematian keluarga Lu dan beralasan bahwa dia datang hanya untuk mengambil kembali harta sesan Lu Rou.
Awalnya Nyonya Tua Ke menolak bertemu dengannya dan tak mempercayai identitasnya mengingat dia tidak pernah mendengar apa pun tentang sepupu keluarga Lu, tapi saat Wang Ying Ying mengancam akan tetap duduk di depan dan menanyai para tetangga yang bisa memengaruhi reputasi keluarga Ke, Nyonya Tua Ke akhirnya mau juga menemuinya.
Begitu masuk dan melihat kondisi rumah mewah tersebut, dia langsung menyadari bahwa keluarga ini sama sekali tidak memiliki kepedulian terhadap Lu Rou.
Lu Rou alergi serbuk sari, makanya semua bunga yang ada di rumah mereka hanyalah bunga palsu, tapi rumah ini malah penuh dengan berbagai macam bunga asli yang indah.
Saat Nyonya Tua Ke menanyakan alasannya memakai cadar, Wang Ying Ying berbohong kalau dia terkena penyakit parah dalam perjalanan ke ibu kota dan wajahnya masih dipenuhi dengan ruam.
Untuk semakin meyakinkan, sebelumnya dia juga menggambar ruam kemerahan di bagian lehernya. Untungnya Nyonya Tua Ke percaya dan langsung menyuruhnya menjauh beberapa langkah.
Nyonya Tua Ke sama sekali tidak ada ramah-ramahnya, bahkan saat Wang Ying Ying menuntut harta sesannya Lu Rou, Nyonya Tua Ke sontak ngamuk-ngamuk mengklaim bahwa Lu Rou sama sekali tidak membawa harta sesan sedikitpun karena dia miskin.
Namun saking emosinya, dia secara tak sadar mengucap informasi yang kontras dengan informasi yang didapat Lu Tong dari para tetangga di Changwu.
Putra semata wayang Nyonya Tua Ke, mantan suaminya Lu Rou, Ke Cheng Xing, sekarang sudah menikah lagi.
Nyonya Tua mengklaim bahwa Lu Rou itu pela**r tidak tahu malu yang berani menggoda Tuan Muda dari keluarga Guru Agung Qi. Lalu saat dia ditolak Tuan Muda Qi, dia menenggelamkan diri di kolam lotus.
Nyonya Tua tidak menyebutkan kapan Lu Rou menenggelamkan diri ke kolam, tapi dari keluhannya tentang bunga lotus merah mekar pada waktu kematian Lu Rou, Lu Tong langsung bisa menyimpulkan bahwa Lu Rou mati tenggelam sekitar musim panas (sekitar Mei - Juli) karena hanya di musim itu bunga lotus merah mekar. Aneh sekali, padahal menurut pengakuan para tetangga, berita kematian Lu Rou datang pada bulan Maret.
Lebih aneh lagi, Nyonya Tua Ke mengklaim kalau Lu Rou tidak membawa harta sesan. Namun saat Wang Ying Ying tak sengaja berpapasan dengan istri barunya Ke Cheng Xing saat dia hendak keluar, dia melihat si istri baru ini memakai tusuk konde bunga sepatu perak yang dia kenali.
Itu adalah tusuk konde yang dulunya merupakan harta sesan ibu mereka yang ibu berikan khusus untuk Lu Rou dulu saat dia sudah tumbuh jadi gadis cantik dan sudah waktunya mencari jodoh.
Waktu itu Lu Tong masih kecil, wajarlah kalau dia iri waktu itu, makanya Lu Rou berniat memberikannya padanya saja, tapi kemudian Lu Tong kecil berubah pikiran dan mengembalikan tusuk konde itu ke Lu Rou.
Begitu keluar dari rumah itu, Lu Tong langsung membawa Yin Zheng pergi secepatnya dari sana. Baru setelah cukup jauh, dia memberitahu Yin Zheng bahwa kakaknya, Lu Rou, dibvnuh.
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam