Rekap Novel Deng Hua Xiao Bab 6 - Bab 11


Waktu kematian Lu Rou ini jelas aneh dan membingungkan. Bagaimana bisa surat berita kematian Lu Rou datang bulan Maret tapi matinya pada musim panas? Apakah dia mati pada musim panas tahun sebelumnya lalu berita kematiannya baru datang pada bulan Maret tahun berikutnya?

Tidak masuk akal, tak peduli seberapa lambat perjalanan dari ibu kota ke Changwu, tidak mungkin juga berita kematiannya baru sampai begitu lama.

Lu Qian baru pergi ke ibu kota setelah mendapat surat berita kematian Lu Rou. Tapi jika waktu itu Lu Rou masih hidup, kenapa berita kematiannya datang lebih cepat?

Apakah keluarga Ke sudah merencanakan kematian Lu Rou sebelumnya dan mengirimkan surat berita kematian lebih cepat ataukah surat yang diterima keluarga Lu pada bulan Maret sebenarnya bukan surat berita kematian Lu Rou?

Kebenaran tentang kematian Lu Rou benar-benar suram, Lu Tong sama sekali tak bisa mempercayai ucapan Nyonya Tua Ke satu pun.

Dan lagi, Lu Rou dituduh menggoda Tuan Muda Qi, tapi setahun yang lalu bisnis keluarga Ke malah mendapat bantuan besar dari keluarga Guru Agung Qi. Kalau sungguh ada masalah sememalukan itu, bukankah seharusnya keluarga Guru Agung Qi memusuhi keluarga Ke?... Aneh! Sungguh aneh dan mencurigakan!

Hmm, keluarga Ke memang mencurigakan. Di kediaman mereka, percakapan antara ibu dan putranya memang terdengar aneh dan ambigu saat mereka membicarakan kematian Lu Rou. Namun mereka tidak khawatir karena mereka punya bekingan orang kuat.

Mereka juga curiga dengan identitas Wang Ying Ying, makanya Nyonya Tua Ke tadi menyuruh orang untuk membuntuti Wang Ying Ying, tapi mereka kehilangan jejak. Dia juga sudah mengirim orang ke Changwu untuk mencari tahu tentangnya.

Karena Lu Tong harus menetap di ibu kota demi menyelidiki kematian seluruh keluarganya tapi uang mereka semakin menipis, akhirnya dia berinisiatif menjual Bubuk Puhuang (berguna untuk menghentikan pendarahan dan memperlancar peredaran darah) plus bonus teh herbal ke beberapa klinik, termasuk ke Klinik Renxin yang merupakan klinik medis paling kumuh dan hampir bangkrut tanpa ada tabib jaga sehingga sekarang klinik itu lebih mirip toko obat biasa.

Hanya ada Bos Du dan satu anak buahnya yang bertahan di sana. Bos Du ini pelit sekali, hanya mau membeli dengan harga paling murah. 

Namun walaupun sama sekali tidak mendapat keuntungan, Lu Tong tetap bersedia menjualnya dengan harga segitu, bahkan masih memberikan teh herbalnya sebagai bonus. 

Dia meyakinkan bahwa teh herbalnya ini ampuh menyembuhkan hidung tersumbat dan sinusitis. Jika Bos Du puas dengan teh herbal ini, maka dia bisa menyediakan lebih, dia tinggal di penginapan Laiyi.

Kenapa Lu Tong bersedia menjualnya ke Bos Du walaupun dia merugi?... Karena dia memang menarget klinik itu. Hanya klinik itu satu-satunya yang tidak memiliki tabib jaga. 

Dia mau jadi jadi tabib jaga di sana, dia harus punya identitas selama tinggal di ibu kota. Identitas yang bisa membantunya mendekati keluarga Ke.

Dulunya, saat Klinik Renxin dijalankan oleh Tuan Tua Du, klinik ini maju dengan pesat. Namun setelah kematiannya dan putranya yang mewarisinya, klinik ini perlahan-lahan mulai menurun hingga jadi seperti sekarang. 

Apa boleh buat, Tuan Tua Du dulu membesarkan putra semata wayangnya dengan cara memanjakannya, sehingga akhirnya putranya tumbuh jadi orang tak berguna dan tak bisa apa-apa. Saat akhirnya seluruh warisannya jatuh ke tangan putranya, hampir seluruh harta mereka habis dan hanya menyisakan satu klinik ini. 

Hanya klinik ini satu-satunya yang belum berani Bos Du jual. Sekarang hampir tidak ada pelanggan membeli di mereka, kecuali satu orang, Tuan Hu, yang dulunya merupakan teman ayahnya Bos Du... atau lebih tepatnya, frenemies, mereka berteman tapi juga saingan dalam banyak hal.

Tuan Hu datang sesekali untuk membeli herbal darinya, sekaligus berusaha menasehati Bos Du. Tapi dia memberi nasehat dengan cara membandingkan Bos Du yang gagal dengan kedua putranya yang lebih sukses sebagai PNS.

Makanya Bos Du pun cuma pura-pura mendengarnya. Tetap bersikap sesopan mungkin padanya supaya Tuan Hu tetap langganan di sini. Soalnya dia sangat butuh uangnya Tuan Hu yang untuk menyokong hidupnya. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa pun yang Tuan Hu ucapkan.

Suatu hari saat Tuan Hu datang untuk membeli herbal lagi dan mengomelinya lagi, Bos Du sengaja menambahkan satu bungkus teh herbal buatan Lu Tong padanya sebagai bonus. 

Awalnya Bos Du sempat curiga kalau teh herbal itu beracun, tapi selama dua hari ini dia dan anak buahnya, Ah Cheng, sudah mencoba meminumnya dan ternyata tidak beracun. 

Biasanya Bos Du memang memberinya bonus teh, tapi biasanya teh yang dia kasih cuma teh yang kualitasnya biasa. Makanya Tuan Hu biasanya memberikannya ke pelayannya. 

Namun hari ini begitu dia sampai rumah, dia memperhatikan teh pemberian Bos Du kali ini berbeda. Bukan hanya tadi Bos Du bilang kalau teh ini ampuh menangani hidung tersumbat dan sinusitis, tapi juga di kertas pembungkusnya ada beberapa baris puisi dengan tulisan tangan yang indah.

Sebagai pecinta puisi, Tuan Hu jadi tertarik dengan teh itu dan akhirnya mencoba menyeduh dan meminumnya. Isi satu bungkus ini cukup untuk beberapa hari minum.

Puisi itu ditulis oleh Yin Zheng. Dulu semasa jadi wanita penghibur, dia tidak terlalu berbakat dalam memainkan alat musik, melukis, main catur, dan lain sebagainya. 

Namun dia berbakat dalam kaligrafi, tulisan tangannya sangat indah. Makanya Lu Tong menyuruhnya untuk menulis puisi di kertas pembungkus teh herbal untuk menarik perhatian.

Beberapa hari kemudian, Tuan Hu mendadak datang lagi padahal biasanya tidak secepat ini, dan ini berkat teh herbalnya Lu Tong yang beneran ampuh menyembuhkan gangguan hidung tersumbatnya Tuan Hu yang biasanya selalu kambuh setiap musim semi, makanya Tuan Hu datang untuk beli lagi, dia mau beli lima bungkus.

Wow! Bos Du awalnya sempat khawatir mengira Tuan Hu mau memprotes masalah teh herbal itu, mengira teh yang dia yang dia kasih sebagai bonus itu mungkin beracun. Tak disangka dia malah dapat rezeki nomplok.

Tapi tehnya sudah habis. Dia memberitahu bahwa teh herbal itu dibuat oleh orang lain, tapi... jangan khawatir, dia dan si pembuat teh herbal ini sudah membuat kesepakatan. 

Dia mengklaim bahwa orang itu sudah setuju untuk menyuplai teh herbal untuk Klinik Renxin mulai sekarang. Cuma klinik ini satu-satunya di ibu kota yang mempunyai teh herbal itu. Tapi berhubung orangnya tinggalnya jauh, jadi butuh waktu agak lama untuk mengirimnya kemari.

Pusinglah sekarang Bos Du, soalnya dia dan Ah Cheng sama-sama agak lupa di penginapan mana Lu Tong tinggal. Penginapan Laiqi? Caimi? Hadeh! Dia beneran lupa sehingga dia harus bersusah payah mencarinya ke berbagai penginapan satu demi satu... hingga akhirnya dia berhasil juga menemukannya di penginapan yang tepat.

Pada Bos Du, Lu Tong memperkenalkan dirinya dengan nama aslinya, dan begitu Bos Du menawarkan kesepakatan bisnis, Lu Tong langsung menetapkan harga cukup tinggi untuk teh herbalnya, tiga tael perak untuk satu bungkus.

Dia berani pasang harga tinggi karena dia tahu bahwa selain penduduk ibu kota adalah pecinta teh, penduduk ibu kota juga pasti banyak yang terkena hidung tersumbat di musim semi ini. 

Sejak pertama kali masuk ke kota ini, dia memperhatikan tata sungai yang dipenuhi dengan pohon willow di kedua sisinya yang bulu-bulu halusnya pasti akan berterbangan di udara dan menyebabkan hidung tersumbat dan sinusitis.

Dia jamin kalau orang mengetahui manfaat teh herbalnya, maka selama dua atau tiga bulan ke depan, Bos Du tidak akan kekurangan pelanggan. Ini bisnis jangka pendek yang akan sangat menguntungkan bagi Bos Du.

Tapi Bos Du tetap ragu, bagaimana kalau klinik lain juga akan membuat teh herbal yang sama?... Lu Tong dengan penuh percaya diri menyatakan bahwa jika dia bisa membuat teh herbal untuk mengatasi hidung tersumbat, maka dia juga pasti akan bisa membuat jenis teh herbal lainnya.

Atau begini saja, dia bisa membuatkan teh herbal untuk Bos Du tanpa biaya. Tapi ada beberapa syarat. 

Pertama, Bos Du sendiri yang harus menyediakan bahan-bahannya. Kedua, Bos Du harus menyediakan tempat tinggal untuknya karena dia masih baru di ibu kota ini dan tidak punya tempat tinggal tetap. Ketiga, dia mau kerja jadi tabib jaga di Klinik Renxin.

Syarat yang terakhir ini cukup berat bagi Bos Du mengingat tabib jaga biasanya tabib pria yang sudah agak tua karena dianggap lebih berpengalaman, sedangkan tabib muda bisanya lebih diragukan kemampuan dan pengalaman medisnya, apalagi Lu Tong gadis muda. Sudah pasti tidak akan dipercaya oleh masyarakat.

Lu Tong tetap tenang menetapkan bahwa itulah syaratnya, jika Bos Du tidak mau ya sudah. Lu Tong langsung beranjak pergi, dan Bos Du sontak panik menghentikannya. 

Dia akhirnya setuju, tapi dia tidak bisa jamin apakah orang-orang akan bisa menerimanya atau tidak. Lu Tong setuju, dia akan menangani masalah itu sendiri.

Sudah sepakat, mereka bertiga kemudian berjalan kembali ke penginapan Laiyi supaya kedua wanita itu mengambil barang-barang mereka.

Namun tepat saat mereka berjalan melewati toko perhiasan bernama Menara Baoxiang, mendadak muncul kereta kuda milik keluarga bangsawan melesat cepat membelah para pejalan kaki dengan angkuhnya seolah tuh jalan milik nenek mereka.

Yin Zheng hampir saja mau marah, tapi Bos Du meyakinkannya untuk tidak mendebat pemilik kereta kuda itu karena mereka adalah keluarga Guru Agung Qi. Oh, itu kan keluarga yang membantu bisnisnya keluarga Ke berkembang pesat setelah kematian Lu Rou.

Kereta kuda itu berhenti di depan mereka, lalu dari dalam kereta kuda itu, muncullah seorang gadis muda dengan dandanan serba mewah dan anggun walaupun wajahnya tidak kelihatan karena tertutup topi bertudung, hendak masuk ke toko perhiasan Menara Baoxiang. Pengawal si nona muda inilah yang barusan membentak para pejalan kaki dengan garang.

Namun tepat saat itu juga, mendadak terjadi kejar-kejaran antara seorang kriminal dan beberapa petugas. Merasakan bahaya mendekat, Lu Tong langsung menarik mundur Yin Zheng dan menarik tusuk konde bunga dari rambutnya sebagai senjata.

Sepertinya si penjahat menarget si Nona Muda Qi, tapi pengawalnya Nona Muda Qi mendadak melirik Lu Tong dan seketika itu pula Lu Tong mendadak jadi sandera si penjahat dengan pisau tertempel ke lehernya dan ujung pisau yang tajam sedikit menusuknya hingga lehernya berdarah.

Si penjahat tadinya mau menyandera si Nona Muda Qi, tapi gagal dan jadilah sekarang dia terpaksa menyandera Lu Tong gara-gara isyarat pengawalnya si Nona Muda Qi. 

Yang jadi masalah, Lu Tong memperhatikan bahwa si pemimpin para petugas ini sepertinya sama sekali tak memedulikannya karena dia cuma warga biasa yang tidak berharga di matanya.

Dari konfrontasi antara si pemimpin dengan si penjahat, Lu Tong mengetahui nama si penjahat adalah Lu Da Shan yang dituduh melakukan penggelapan uang. Namun Lu Da Shan bersikeras menyangkal, mengklaim bahwa dirinya dijadikan kambing hitam oleh Divisi Pengawasan Kuda Militer.

Bos Du memberitahu Yin Zheng bahwa si pemimpin para petugas itu adalah Lei Yuan, kapten patroli Divisi Militer yang penuh ambisi dan tak pernah memedulikan nyawa rakyat kecil. Karena itulah, dia juga yakin kalau Lei Yuan tidak akan melepaskan Lu Da Shan hanya demi menyelamatkan nyawa Lu Tong yang tak berharga baginya.

Lu Tong juga menyadari ini, terutama saat dia melihat Lei Yuan memberi isyarat pada pemanah yang berada di belakangnya untuk menarget mereka. 

Lu Da Shan terlalu fokus pada grupnya Lei Yuan sehingga dia tidak menganggap Lu Tong sebagai ancaman padahal sedari tadi Lu Tong terus menggenggam tusuk konde bunganya. 

Saat si pemanah masih menunggu instruksi Lei Yuan, Lu Tong bergerak duluan mengayunkan tangannya ke belakang, menusukkan tusuk kondenya menarget mata kirinya Lu Da Shan.

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments