Wan Fu awalnya masih berusaha menghindar, tapi saat si Wanita Asing mengancam akan memotong seluruh jari dan kaki Wang Quan, Wan Fu akhirnya bicara juga, menceritakan kisah tragis Lu Rou.
Intinya... Lu Rou diperkaos oleh Putranya Guru Agung Qi di sebuah restoran bernama Menara Fengle. Lu Rou menolak menerima nasibnya begitu saja dan ingin melaporkan orang itu.
Namun karena keluarga Ke terlalu takut pada kekuasaan keluarga Qi, jadi alih-alih membela Lu Rou, mereka malah mengurungnya.
Sejak saat itu, Lu Rou dan Ke Cheng Xing sering bertengkar. Para pelayan terdekat yang mengetahui masalah ini, jadi sering bergosip hingga gosipan mereka sampai keluar kediaman.
Nyonya Tua Ke begitu takut dengan keluarga Qi sehingga dia malah menyebarkan rumor bahwa Lu Rou yang merayu Tuan Muda Qi dan sekarang jadi gila.
Namun beberapa bulan kemudian, mereka mendapati Lu Rou hamil anaknya pemerkaosnya. Lalu kemudian datang seseorang dari keluarga Qi, tapi Wan Fu tidak tahu apa yang mereka perbincangkan.
Pasca kedatangan orang itu, Lu Rou dan Ke Cheng Xing bertengkar lagi karena Lu Rou ketahuan mengirim surat. Namun setelah bagian ini, Wan Fu benar-benar tak mengetahui apa pun lagi.
Dia hanya tahu bagian awal dari masalahnya, tapi tidak mengetahui bagian akhirnya, sehingga dia meyakini bahwa Lu Rou menenggelamkan dirinya sendiri ke kolam.
Sedangkan masalah Lu Qian, dia hanya tahu sangat sedikit. Dia hanya tahu bahwa Lu Qian pernah datang ke kediaman Ke tak lama setelah Lu Rou dimakamkan, mereka bertengkar hebat, lalu kemudian Lu Qian pergi, lalu beberapa waktu kemudian, dia mendengar Lu Qian divonis mati karena melakukan kejahatan.
Walaupun informasinya cuma setengah-setengah, tapi Lu Tong langsung bisa mengambil kesimpulan dari segalanya. Lu Rou dibvnuh oleh Ke Cheng Xing pasca perbincangan mereka dengan orangnya Guru Agung Qi, lalu kemudian keluarga Qi mengompensasi mereka dengan membantu mempromosikan bisnisnya mereka.
Intinya, nyawa Lu Rou dikorbankan demi memenuhi ambisi keluarga Ke dan menutup aib keluarga Qi. Para pelayan yang mengetahui masalah ini, semuanya sudah disingkirkan, kecuali Wan Fu yang pintar menutup mulutnya. Dia bahkan menutupi perkara ini dari anak dan istrinya sendiri.
Sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, si Wanita Asing pun memenuhi janjinya untuk merobek surat utangnya Wang Quan. Tapi ya... cuma itu doang, kan memang cuma itu yang dia janjikan. Masalah melepaskan Wang Quan, dia tidak pernah menjanjikan itu, itu urusannya pihak kasino, bukan urusan dia. (Pfft!)
Lagipula, bahkan sekalipun Wang Qian dilepas oleh kasino, dia tidak mungkin dilepaskan begitu saja oleh Ke Cheng Xin karena dia sudah menghilangkan uangnya Ke Cheng Xing sebesar 2000 tael perak. Bisa jadi dia dan Wan Fu malah akan mendapatkan hukuman pukulan sampai mati.
Si Wanita Asing bisa menduga tepat sasaran kalau Wan Fu ingin memberitahu Ke Cheng Xing tentang pertemuan mereka ini dengan harapan Ke Cheng Xing akan memaafkannya masalah uangnya ini.
Tapi si Wanita Asing dengan tenang mengingatkan Wan Fu bahwa Wan Fu barusan memberitahunya tentang kasus mendiang Nyonya Lu, dia pasti tahu kan nasib para pelayan yang berani bergosip tentang kasus ini?
Wan Fu sontak terjatuh lemas mendengar ancaman halusnya. Dia bertanya-tanya siapa sebenarnya si wanita asing ini sehingga dia ingin tahu detil masalah keluarga Ke.
Jangan-jangan... si wanita asing ini adalah saingan bisnisnya keluarga Ke yang ingin menjatuhkan keluarga Ke? Tapi dia cuma wanita, jadi mungkin wanita ini cuma anak buahnya, entah di mana dan siapa bosnya.
Dengan lesu Wan Fu tanya apa sebenarnya yang diinginkannya. Si Wanita Asing berkata bahwa dia ingin Wan Fu melakukan sesuatu untuknya.
Jika Wan Fu setuju, maka dia akan menyuruh seseorang untuk menjaga Wan Quan dengan baik sampai masalah ini selesai. Tapi jika Wan Fu menolak, maka dia akan mengirim Wan Quan langsung ke keluarga Ke dan memberitahu mereka tentang perbuatan Wan Quan.
Dia juga mengancam akan memberitahukan kasus Nyonya Lu pada Wan Quan. Jika Ke Cheng Xing tahu kalau Wan Quan juga mengetahui kasus ity, maka Wan Quan juga pasti akan disingkirkan, sama seperti para pelayan lainnya.
Dia akan memberi Wan Quan waktu untuk berpikir, tapi dia bukan orang penyabar, jadi Wan Quan harus memberinya jawaban besok sebelum senja.
Setelah itu, si Wanita Asing pun pergi. Dia bisa melaksanakan sandiwara ini dengan sangat lancar berkat bekerja sama dengan si pemilik kasino, Tuan Cao, dan memberinya uang sangat banyak.
Dia dan Yin Zheng sengaja berputar-putar dan ganti kereta kuda beberapa kali dan setelah memastikan tidak ada seorang pun yang membuntuti mereka, mereka pun kembali ke klinik.
Pada Bos Du, mereka beralasan bahwa mereka cuma sedang jalan-jalan dan menikmati pemandangan hujan ibu kota. Setelah mengganti bajunya, Lu Tong langsung menulis kesimpulan dari kasus ini dan tiga pihak yang terlibat: keluarga Ke, keluarga Qi, dan Hakim Fan, hakim Pengadilan Kriminal yang menangkap Lu Qian dan menjatuhkan hukuman mati padanya.
Lu Qian pasti menemukan sesuatu. Jika tidak, dia tidak akan mungkin ditangkap dan dibvnuh dengan alasan hukuman mati. Apa pun yang ditemukan Lu Qian, itu pastilah sesuatu yang penting dan itu pula yang pada akhirnya menyebabkan ayah dan ibu mereka dibvnuh.
Para tetangga di Changwu bilang bahwa Lu Rou mati pada bulan Maret padahal waktu itu dia masih hidup. Berarti ada orang yang sengaja menyesatkan para tetangga... atau menyuap para tetangga untuk menyebarkan desas-desus itu. Siapa kira-kira? Apakah seorang Guru Agung memiliki kekuasaan yang begitu besar hingga bisa melakukan segala hal?
Yin Zheng penasaran apa yang akan Lu Tong lakukan, apakah dia akan menggugat dan menegakkan keadilan untuk keluarganya?
Tidak! Lu Tong tidak akan melakukan itu. Apa gunanya? Bahkan sekalipun dia sudah menemukan kebenarannya, belum tentu juga keadilan untuk keluarganya bisa ditegakkan.
Bahkan sekalipun pelakunya dipenjara, mereka pasti cuma akan dipenjara sebentar berkat perlindungan Kaisar, sedangkan nyawa keempat keluarga Lu tidak akan pernah bisa kembali.
Jadi percuma saja membersihkan reputasi keluarga Lu dan menegakkan kebenaran dan keadilan. Dia hanya akan balas dendam dan mengubur semua orang yang terlibat.
Berhubung sudah hampir musim panas, otomatis sudah tidak banyak orang yang butuh teh herbal Mata Air Musim Semi lagi sekarang. Berhubung klinik sedang tidak terlalu sibuk, Lu Tong ingin minta izin cuti dua hari dengan alasan mau menambah wawasan mereka tentang ibu kota. Jadi, apakah akan ada acara besar atau perayaan di kuil?
Bos Du dengan antusias memberitahu Lu Tong bahwa akan ada Festival Qing Liang pada hari pertama bulan April di Kuil Wan En. Biasanya banyak orang yang akan pergi ke Kuil Wan En untuk berdoa setiap Festival Qing Liang, karena menurut kepercayaan, Bodhisattva membuka matanya dan semua doa akan dikabulkan pada festival tersebut.
Bos Du sendiri sih tidak percaya walaupun dulu sering dipaksa ayahnya ke sana, tapi banyak orang yang mempercayainya. Makanya dia menyarankan Lu Tong pergi ke sana untuk melihat-lihat. Acaranya biasanya sangat meriah dan ramai, dan pemandangan gunungnya juga bagus.
Karena Lu Tong mendengar ucapannya dengan seksama, Bos Du pun jadi makin bersemangat memberitahunya tentang denah bangunan Kuil Wan En, acara apa saja yang akan dilakukan di sana, dan berbagai pengalaman dan kenakalan masa kecilnya setiap kali mendatangi festival itu dulu.
Tak lama kemudian setelah Bos Du sudah selesai mengoceh dan setuju untuk memberi izin cuti pada Lu Tong, Yin Zheng kembali dan memberitahu Lu Tong bahwa Wan Fu sudah setuju untuk membantu mereka.
Lu Tong tahu kalau Wan Fu pasti akan setuju. Sesetia apa pun dia pada tuannya, pada akhirnya dia pasti akan lebih memilih anak kandungnya sendiri. Lu Tong sudah menetapkan waktunya untuk beraksi, Festival Qing Lian di Kuil Wan En pada hari pertama bulan April.
Di kediaman Ke, istri barunya Ke Cheng Xing, Nyonya Qin, sedang mengamuk karena karpet barunya diinjak seseorang dan meninggalkan jejak kaki basah. Dia mencoba mencari pelakunya dengan meneliti jejak kaki semua pelayan satu per satu tapi tidak menemukan satu pun yang cocok dengan jejak kaki di karpet. Aneh!
Ke Cheng Xing pusing mendengar omelan istrinya yang tiada henti, jadi dia cepat-cepat cari-cari alasan untuk melarikan diri. Dia kemudian mengeluh ke Wan Fu bahwa belakangan ini dia sering terbangun tengah malam, maka kemudian, Wan Fu pun menyarankannya untuk memanggil tabib.
Ke Cheng Xing menuruti sarannya dan memanggil tabib. Namun Tabib tidak menemukan ada yang salah pada tubuhnya, jadi dia hanya meresepkan obat untuk menenangkan sarafnya.
Tak lama kemudian, Wan Fu membawakannya beberapa buah-buahan dan teh pahit. Lalu tak lama kemudian saat Ke Cheng Xing sedang membaca buku, tiba-tiba saja dia ketiduran.
Kali ini dia tidur nyenyak, bahkan bermimpi melihat sosok punggung wanita yang menyelimutinya, sosoknya tampak anggun dan elegan... sampai saat wanita itu berbalik dan menatapnya dengan wajah pucat dan basah Lu Rou saat dia tenggelam dulu, dan Ke Cheng Xing sontak terbangun dari mimpi buruk itu.
Ke Cheng Xing lega menyadari itu cuma mimpi. Eh... tapi aneh, dia bermimpi diselimuti dan sekarang juga dia diselimuti entah oleh siapa. Dia mencoba memanggil Wan Fu tapi tidak ada jawaban.
Saat dia hendak melangkah keluar, dia seketika membeku melihat ada sebaris jejak kaki basah di lantai dan jejak-jejak kaki itu berukuran kecil sekecil ukuran kaki wanita.
Sejak saat itu, Ke Cheng Xing jadi seperti orang gila. Dia mencoba menemukan pelaku yang meninggalkan jejak basah itu tapi tidak ada satu pun jejak kaki pelayan wanita yang cocok.
Ditambah lagi, selama beberapa hari berikutnya, dia terus menerus menemukan berbagai hal yang dulunya sering dilakukan oleh Lu Rou.
Lama kelamaan dia jadi meyakini kalau hantunya Lu Rou datang padanya. Makanya kemudian dia nekat memanggil pendeta untuk melakukan ritual pengusiran hantu.
Si Pendeta melakukan ritualnya selama tiga hari dan mendapatkan bayaran 500 tael perak, baru setelah itu Ke Cheng Xing bisa agak tenang. Istrinya yang tidak tenang dan tidak senang karena harus kehilangan uang sebanyak itu.
Diam-diam dia dan pelayannya menggosipkan masalah ini karena mereka yakin kalau si pendeta itu cuma penipu. Tapi yang paling aneh adalah reaksi Ke Cheng Xing.
Terlepas dari masalah apakah di dunia ini beneran ada hantu atau tidak, bahkan sekalipun ada, tapi reaksi Ke Cheng Xing sebenarnya agak berlebihan. Kenapa dia setakut itu sampai bergegas mengundang pendeta segala?
Mengingat jejak-jejak kaki misterius itu basah, mereka jadi kepikiran istri pertamanya Ke Cheng Xing yang katanya menenggelamkan dirinya sendiri ke kolam.
Agak aneh dan penasaran, Nyonya Qin pun mencoba menanyai Ke Cheng Xing tentang kemungkinan hantunya Lu Rou, tapi Ke Cheng Xing sontak menyangkal dengan keras tapi juga gugup, seolah sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hantu yang datang belakangan ini pasti bukan Lu Rou.
Dia bahkan langsung menghindari Nyonya Qin untuk mengeluhkan masalah ini ke ibunya, soalnya walaupun dia sudah memanggil pendeta, tapi setelah si pendeta pergi, berbagai keanehan itu balik lagi, dan jelas saja reaksinya ini membuat Nyonya Qin jadi semakin merasa aneh dan tidak tenang.
Nyonya Tua Ke sudah tahu tentang keributan di kediaman Ke Cheng Xing, tapi dia tidak bisa apa-apa karena belakangan ini dia sedang sakit flu. Namun Nyonya Tua Ke sama sekali tidak percaya dengan hantu, meyakini kalau itu pasti tipu muslihat seseorang.
Ke Cheng Xing jadi frustasi sama ibunya sendiri. Awalnya juga dia berpikir seperti itu, tapi si hantu itu meninggalkan berbagai jejak yang dulunya hanya dilakukan oleh Lu Rou, jadi tidak mungkin ini trik yang dilakukan orang lain. Ini pasti hantunya Lu Rou!
Satu-satunya orang yang mempercayainya hanya Wan Fu yang mendadak punya ide tentang cara menangani masalah ini. Yaitu, berdoa pada Bodhisattva pada Festival Qing Lian di Kuil Wan En pada hari pertama bulan April.
Ke Cheng Xing merasa itu ide bagus dan langsung menyiapkan berbagai barang untuk persembahan dan berencana pergi ke Kuil Wan En dua hari lagi.
Bersambung...
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam