Mian Tang bisa menduga bahwa penganugerahan gelar putrinya pasti ada hubungannya dengan Xing Zhou, dan semua yang terjadi belakangan ini, pasti merupakan rencana liciknya Xing Zhou.
Ada benar sih, tapi tidak juga. Mian Tang begitu keras kepala, mana bisa dia menduga bahwa mereka pada akhirnya akan sampai ke tahap ini. Jadi bagaimana bisa ini disebut sebagai rencana licik? Tapi bagaimanapun, mereka adalah jodoh yang sempurna.
Hari Mian Tang dan Xing Zhou akan kembali ke Zhenzhou. Tentu saja Kakek tidak bisa tidak mengkhawatirkan cucunya, Kakek bahkan membuatkan cambuk khusus yang bisa Mian Tang pakai untuk menghukum suaminya kalau suaminya menindasnya. Pfft!
Namun Mian Tang dengan geli menolak membawanya dan meyakinkan Kakek bahwa jika dia ditindas suaminya, maka Kakek bisa datang sendiri ke Zhenzhou untuk mencambuk dan menghukum suaminya. Xing Zhou pun meyakinkan Kakek bahwa Mian Tang bisa hidup bebas dan berbuat sesuka hatinya di Zhenzhou, jadi Kakek tidak perlu khawatir
Sudah saatnya pergi, Mian Tang dan Xing Zhou pun pamit. Mian Tang dengan air mata haru mendoakan yang terbaik untuk Kakek dan seluruh Keluarga Qiao.
Kaisar patah hati saat akhirnya dia mendengar bahwa Mian Tang dan Xing Zhou sudah menandatangani surat pernikahan. Semua usahanya untuk memisahkan mereka, pada akhirnya sia-sia dan Mian Tang tetap memilih Xing Zhou.
Xue Ji datang tepat saat itu juga, namun seperti biasanya, dia langsung bisa memahami situasi. Karena itulah dia tidak mengatakan apa pun, hanya menyelesaikan urusannya mengirim teh lalu pamit pergi.
Zhao Quan baru kembali ke kedai tembikarnya He Zhen, malah mendapati tempat itu sudah kosong. Jelas saja dia langsung khawatir terjadi sesuatu pada He Zhen.
Dia langsung berlarian keliling tempat itu sembari meneriakkan nama He Zhen berulang kali hingga akhirnya dia menemukan He Zhen sedang merenung sedih di kegelapan.
Dia benar-benar sedang depresi karena hari ini dia terpaksa membebaskan para pekerjanya karena mereka sudah tidak tahan menghadapi kesulitan, karena sampai detik ini, mereka masih juga belum bisa mendapatkan kualitas yang sesuai keinginan He Zhen.
Berusaha menghibur dan menenangkannya, Zhao Quan berusaha meyakinkan He Zhen untuk tidak terlalu frustasi karenanya. Asalkan dia terus berusaha dan pantang menyerah, maka mereka pasti akan berhasil suatu saat nanti.
Namun kemudian, He Zhen malah mendadak tersenyum geli. Hah? Apakah dia berubah jadi bodoh sekarang?
"Yang bodoh itu kau," goda He Zhen sembari menunjukkan guci terbarunya yang akhirnya, berhasil dia buat sesuai dengan kualitas yang dia inginkan. Hehe, dia cuma sedang menggoda Zhao Quan.
"Kau berhasil? Kau berhasil!... Kau menakutiku saja!" protes Zhao Quan senang, tapi kemudian dengan setulus hati mengucap selamat atas keberhasilan He Zhen.
Xing Zhou dan Mian Tang sengaja menyuruh para pengawal bayangan balik duluan, karena mereka tidak mau langsung pulang ke Kediaman Raja Huaiyang, melainkan pulang ke rumah lama mereka di Lingquan.
Begitu kereta kuda mereka parkir di depan rumah dan Xing Zhou turun untuk duluan untuk membantu memindahkan barang-barang dari dalam kereta, para tetangga langsung merutuki Xing Zhou dengan heboh dan lantang karena mereka salah paham mengira Xing Zhou sudah punya istri baru. Namun begitu Mian Tang keluar dari kereta, mereka sontak malu sambil cekikikan canggung. Hehe.
Rumah ini masih sama seperti dulu, para pelayan mereka juga masih sama, dan Bibi Li sontak menyambut kedatangan Mian Tang dengan penuh haru, malah, dialah yang beberapa hari ini paling sibuk membersihkan dan menata rumah demi menyambut kedatangan Mian Tang.
Dia bahkan langsung mengajak dua pelayan untuk membantunya di dapur untuk memasakkan makanan enak untuk Mian Tang. Sedari tadi yang mereka pedulikan cuma Mian Tang terus sampai membuat Xing Zhou merasa diasingkan.
Tetangga sebelah masih suka ribut seperti dulu. Malah, sekarang kedatangan Mian Tang membuat si istri jadi cemburu heboh, menuduh suaminya naksir Mian Tang.
Pastinya, Kediaman Raja Huaiyang juga sudah mendengar kabar pernikahan ini, tapi mereka tahunya Xing Zhou menikah dengan Putri Huaisang, jadi mereka belum tahu siapa sebenarnya Putri Huaisang tersebut.
Bing Lan dan ibunya langsung mendatangi Ibu Ratu untuk memberikan hadiah pernikahan sambil berakting sedih dan patah hati. Namun mereka masih belum menyerah untuk menikah dengan Xing Zhou, jadi dengan akting dramatisnya mereka berusaha membujuk Ibu Ratu untuk menjadikan Bing Lan sebagai istri keduanya Xing Zhou dengan status yang setara dengan Putri Huaisang.
Ibu Ratu hampir saja luluh, tapi tepat saat itu juga, Pengurus Kediaman datang membawakan surat dari Xing Zhou. Bing Lan dan ibunya jelas ingin tahu juga isi suratnya, tapi baru pembukaannya saja Xing Zhou langsung memberi peringatan untuk mengusir orang-orang yang tidak berkepentingan dan meminta Ibu Ratu untuk membaca suratnya sendiri. Pfft!
Terpaksalah Bing Lan dan ibunya harus pergi. Namun si Pengurus sempat membaca isi surat itu, dengan sedikit imbalan, si Pengurus langsung membeberkan apa yang dia baca di surat itu, bahwa istri barunya Xing Zhou yang bergelar Putri Huaisang, sebenarnya adalah Mian Tang.
Dalam suratnya, Xing Zhou menegaskan pada ibunya bahwa semakin hari cintanya terhadap Mian Tang semakin besar dan bertumbuh. Karena itulah, seumur hidupnya, dia hanya akan menikah dengan Mian Tang seorang.
Ibunya Bing Lan jelas khawatir dengan perkara ini karena sudah pasti Mian Tang tidak akan pernah mau menerima Bing Lan sebagai istri kedua, apalagi istri dengan status yang setara. Karena itulah, dia berniat memfitnah Mian Tang.
Malam harinya, Xing Zhou mendadak jadi pria bermoral yang menolak tidur seranjang dengan Mian Tang sebelum upacara pernikahan resmi dilangsungkan. Pfft! Mian Tang geli dan sinis melihat tingkahnya. Raja Huaiyang ternyata sangat beretika ya? Terus bagaimana dengan Cui Jiu yang dulu selalu tidur seranjang dengannya?... Namun ujung-ujungnya Xing Zhou tidak tahan juga dan langsung melompat ke ranjang, memeluk dan mencium mesra istrinya.
Xing Zhou mengadakan perjamuan lagi dengan mengundang para tetangga seperti dulu. Cuma kali ini, perjamuan ini bertujuan untuk membanggakan istrinya dengan cara yang lebih bermartabat.
Di acara perjamuan, para tamu memuji Xing Zhou sebagai suami yang baik dan prajurit yang hebat. Namun si tetangga sebelah yang pernah ribut sama Xing Zhou, lagi mabuk dan mendadak ngelantur memberitahu para tamu bahwa Xing Zhou ini sebenarnya suami takut istri, makanya dia bergabung ke militer.
Namun mendadak sekelompok orang datang dan langsung bersujud pada Xing Zhou sembari memanggilnya Raja Huaiyang. Awalnya tidak ada satu pun para tamu yang percaya, tapi salah satu pria dengan tegas menyatakan bahwa Xing Zhou adalah Raja Huaiyang, dia tahu karena dia juga orang militer, jadi pernah berkesempatan bertatap muka dengan Raja Huaiyang.
Xing Zhou pun akhirnya mengonfirmasi bahwa dia memang benar Raja Huaiyang. Sontak saja si tetangga langsung bersujud pada Xing Zhou dengan ketakutan dan para tamu pun langsung membungkuk hormat padanya.
Xing Zhou dengan cepat menarik si tetangga untuk bangun dari sujudnya dan meyakinkan semua orang untuk tidak sungkan padanya. Selama ini dia ada tugas resmi, makanya dia menyamar jadi pedagang. Hari ini dia berniat memberitahu mereka yang sebenarnya.
Dia justru merasa bersalah karena sudah mengganggu mereka, jadi dia setulus hati meminta maaf pada mereka. Sedangkan tentang Mian Tang, dia dengan bangga memperkenalkannya sebagai Calon Ratu Huaiyang, bahkan langsung saja dia menyebut Mian Tang sebagai Ratu saat mengajak semua orang untuk bersulang bersama.
Kakaknya Xing Zhou yang lumpuh, Cui Xing Di, datang mengunjungi mereka dan memperhatikan bahwa Xing Zhou sekarang sudah banyak berubah. Xing Zhou yang sekarang jadi lebih manusiawi.
Dia juga memberitahu bahwa Ibu Ratu sudah setuju. Bagaimanapun, entah suka atau tidak suka, namun Ibu Ratu pasti akan tetap mengutamakan Xing Zhou karena Xing Zhou satu-satunya putra sah Ibu Ratu. Karena itulah, Xing Zhou diminta untuk membawa Mian Tang ke Kediaman Raja Huaiyang besok.
Seusai perjamuan, Mian Tang dan Xing Zhou jalan-jalan, saling menggoda dan Mian Tang menceritakan tentang rahasia dirinya yang sebenarnya takut gelap, tapi sejak menjadi ketua bandit di Gunung Yang, dia harus menyembunyikan ketakutannya tersebut karena dia harus menjadi seseorang yang bisa diandalkan orang lain.
Keesokan harinya, Xing Zhou membawa pulang Mian Tang ke Kediaman Raja Huaiyang di mana beberapa saudara-saudaranya sudah menunggu, tapi tidak ada yang menyambut mereka dengan baik, bahkan Ibu Ratu pun bersikap agak sinis.
Ibunya Bing Lan jelas senang dan jadi semakin getol menyindir Mian Tang. Namun Mian Tang dan Xing Zhou tetap tenang menghadapi situasi ini, malah dengan cerdiknya Xing Zhou membuat Ibu Ratu merasa tak enak hati karena sudah membuli Mian Tang, pura-pura mengomeli Mian Tang tapi tetap memuja-muji Mian Tang.
Ibunya Bing Lan dengan gigih berusaha menghina Mian Tang yang sama sekali bukan berasal dari keluarga bangsawan dan menuduhnya cuma mengandalkan Xing Zhou untuk mendapatkan gelar Tuan Putri.
Dia juga sudah menyewa beberapa wanita untuk memfitnah Mian Tang dan menuduhnya tinggal bersama Xing Zhou sebagai selirnya Xing Zhou.
Namun begitu para wanita itu datang, mereka malah langsung bersujud hormat pada Mian Tang dan mengucap terima kasih padanya karena Mian Tang telah menyelamatkan nyawa suami-suami mereka yang terluka pada perang waktu itu.
Xing Zhou berperang di garis depan, sedangkan Mian Tang berperan menstabilkan keadaan di belakang, mereka sungguh bahagia sekali karena akhirnya memiliki Ratu yang benar-benar pantas untuk Raja.
Jelas saja Bing Lan dan Ibunya langsung heboh menuduh mereka berbohong dan langsung berusaha mengusir mereka. Lah?! Ibu Ratu jelas bingung dengan kehebohan mereka. Bagaimana mereka bisa tahu kalau para wanita ini berbohong? Dan bisa-bisanya mereka asal main perintah di kediaman ini?
Cui Xing Di yang sedari tadi hanya terdiam geli menyaksikan seluruh drama ini, akhirnya angkat bicara membela Xing Zhou dan Mian Tang dan memuji mereka sebagai pasangan yang serasi dan sepadan.
Maka Xing Zhou pun memanfaatkan saat ini untuk mengumumkan bahwa pernikahannya dan Mian Tang akan diadakan bulan depan.
Namun tanpa dia ketahui, saat ini di istana, Kaisar sedang menghadapi masalah pelik karena Raja Lu tengah melakukan pemberontakan. Raja Sui menyarankan supaya Shi Yi Kuan saja yang memimpin pasukan kerajaan untuk melawan pasukan Raja Lu.
Namun setelah mempertimbangkan segala situasi dan kondisi perang saat ini, Kaisar memutuskan untuk memerintahkan Xing Zhou ke medan perang tak peduli biarpun Xing Zhou masih cedera kaki dan mau menikah sebentar lagi, karena masalah ini jauh lebih darurat daripada sekedar pernikahan.
Bersambung ke episode 33
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam