Bukan cuma berdiri kokoh, dia juga berjalan agak sempoyongan karena mabuk ke arah Mei Lin sebelum kemudian roboh ke pelukan Mei Lin.
Dia langsung menyatakan kalau dia menyukai gadis ini, dia takut gadis ini akan direbut kakaknya, makanya dia panik dan mendadak bisa berdiri. Pfft!
Tepat saat Jing He pura-pura roboh lagi ke pelukannya, Mei Lin diam-diam berbisik bahwa dia takut Jing He bukan pelaku pembakaran, dia punya buktinya.
Karena itulah, dia memohon pertolongan Jing He untuk bekerja sama lalu kemudian sesuai rencana, dia menusuk Jing He pakai tusuk konde di hadapan semua orang. Sesuai perkiraan, Mei Lin langsung ditangkap.
Jing He selamat dan cuma sedikit terluka karena memang dia sudah bersiap dengan memakai baju zirah lunak emas. Saat dia bangun, dia pura-pura lemah. Terkait tentang pura-pura cacatnya, dia mengklaim bahwa dia hanya melakukannya untuk jaga-jaga. Dia cacat saja bisa diincar pembunuh, apalagi kalau dia menunjukkan kalau dia bisa berdiri. Bisa-bisa tamat riwayatnya. Xuan Lie masih curiga padanya, tapi Kaisar mempercayainya dan senang melihat kakinya sudah sembuh.
Jing He tidak menceritakannya, tapi sebenarnya dia menahan sakit yang teramat sangat saat berusaha menyembuhkan kakinya dulu karena tulangnya yang geser harus dipukul dengan sangat kuat untuk membuatnya kembali lurus dan menyatu.
Butuh waktu cukup lama sampai tulangnya menyatu kembali, itu pun dia masih harus jatuh bangun berulang kali untuk bisa belajar berjalan kembali hingga akhirnya dia benar-benar mampu berdiri dan berjalan kembali.
Dia mengklaim bahwa gadis cantik itu sebelumnya merayunya, makanya dia memilih gadis itu. Tidak disangka ternyata gadis cantik itu ternyata merayunya untuk membunuhnya.
Namun kemudian, dia meyakinkan Kaisar bahwa gadis itu tidak mungkin berani membunuhnya di hadapan Kaisar dan merusak pernikahan politik secara terang-terangan. Inilah cara Jing He untuk mengarahkan Kaisar untuk berpikir bahwa Mei Lin itu pasti hanya dimanfaatkan oleh salah seorang di istana untuk membunuhnya.
"Siapa yang kau curigai?" tanya Xuan Lie cemas.
Jing He sontak menatapnya agak sinis, tapi kemudian mengklaim bahwa dia yakin bahwa Xuan Lie tidak mungkin mencelakainya. Mereka kan kakak-adik. Karena itulah, dia memohon pada Kaisar supaya kasus ini diselidiki oleh Xuan Lie saja.
Kaisar langsung setuju. Berakting bak kakak penyayang, Xuan Lie pun menerima tugas ini dan berjanji akan menyelidiki siapa pelaku yang sebenarnya dari kasus ini.
Karena Mei Lin susah diinterogasi, jadilah Xuan Lie memerintahkan supaya dia disiksa. Awalnya dia curiga kalau Mei Lin adalah Prajurit Nadi Tinta yang merupakan miliknya Zhang Yin, tapi Zhang Yin menyangkal. Xuan Lie jadi curiga kalau Mei Lin sebenarnya adalah bawahannya Jing He.
Bawahannya Xuan Lie yakin bahwa ini artinya, Jing He sebenarnya belum memiliki bukti kuat selain Prajurit Nadi Tinta. Dia yakin kasus 10 tahun yang lalu tidak akan mungkin terungkap dan Jing He tidak mungkin bisa mendapatkan bukti tentang Xuan Lie karena mereka menutupinya dengan sangat baik.
Pada saat yang bersamaan, Jing He juga curiga ada petunjuk lain yang belum mereka temukan. Qing Yan merasa bahwa walaupun ada petunjuk lain, takutnya itu tidak akan bisa menunjuk Putra Mahkota. Sudah bertahun-tahun lamanya, tapi bukti yang mereka dapat pun hanya terkait Zhang Yin.
Karena itulah, rencananya ini sejatinya adalah untuk memancing Zhang Yin untuk bertindak mengingat Zhang Yin tuh gampang panik. Kalau Zhang Yin membunuh Mei Lin, maka itu artinya, dia mengakui tuduhan upaya pembunuhan terhadapnya.
Lalu kemudian, Zhang Yin pasti akan meminta bantuan Putra Mahkota, tapi Putra Mahkota pasti akan mengabaikannya demi melindungi dirinya sendiri.
Saat itu terjadi, maka Zhang Yin pasti akan langsung berkhianat dan menyerang balik Putra Mahkota. Setelah itu, mereka akan bisa mendapatkan kesempatan untuk menyelidiki kasus di masa lalu secara terbuka.
Tak lama kemudian, Jing He dipanggil oleh Xuan Lie ke penjara. Ini membuatnya menyadari bahwa Xuan Lie pasti sudah bisa menebak bahwa Mei Lin adalah umpannya.
Namun dia tidak khawatir, semuanya memang sudah dia tebak dan rencanakan. Di grup Anchang, hanya Mei Lin satu-satunya yang memiliki racun nadi tinta. Jadi sekalipun Mei Lin mengaku, mereka hanya bisa menyelidiki Zhang Yin.
Setibanya di penjara, dia mendapati Mei Lin sudah berlumuran darahnya sendiri. Namun siksaan macam apa pun tak mempan membuatnya buka mulut tentang siapa bosnya dan siapa yang memberinya racun nadi tinta.
Jing He diam-diam mengatur supaya Zhang Yin menyaksikan apa yang terjadi di penjara lalu kemudian mengundangnya ke kediamannya, sengaja menyindirnya secara halus karena Zhang Yin yang sekarang bisa naik jabatan begitu cepat.
Dari yang awalnya hanya penjaga perbatasan kelas 7, hanya dalam waktu beberapa tahun bisa menjadi menteri kelas 2. Entah kontribusi besar mana yang dia manfaatkan?... Dulu dia memecat Zhang Yin karena menurutnya, Zhang Yin takut berperang, lalu tepat setelah itu, malah terjadi bencana terhadap Pasukan Weibei.
Jing He memperingatkan Zhang Yin bahwa apa pun atau siapa pun yang Zhang Yin manfaatkan untuk menaikkan posisinya seperti sekarang, pada akhirnya pasti akan berubah.
Zhang Yin punya dendam pribadi terhadapnya, jadi jika terjadi sesuatu yang salah, maka sudah pasti Zhang Yin-lah orang pertama yang akan dikorbankan oleh orang tersebut. Gadis yang mau membuatnya itu bukan pembunuh biasa, melainkan Prajurit Nadi Tinta. Mengerti, kan, maksudnya?
Zhang Yin refleks panik meyakinkan Jing He bahwa gadis itu sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Namun Jing He dengan mudahnya semakin menakut-nakutinya bahwa pihak penjara kekaisaran punya segudang cara untuk mendapatkan pengakuan gadis itu.
Saat itu terjadi, Zhang Yin tidak mungkin sanggup menanggung tuduhan atas pembunuhan terhadap Pangeran. Dia hanya akan memiliki dua pilihan, antara dibunuh atau menjadi kambing hitam.
"Aku adalah korban. Kau bisa lolos atau tidak, itu tergantung pada suasana hatiku," goda Jing He dan berhasil membuat Zhang Yin jadi panik.
Mei Lin akhirnya berhenti disiksa dan dimasukkan ke sel yang gelap. Namun saat bahaya matahari masuk melalui jendela penjaranya, dia melihat ada tunas bunga di antara celah lantai yang sontak membuat harapan hidupnya kembali.
Dia tidak sadar bahwa Jing He sedang memperhatikannya di kejauhan lalu memerintahkan Qing Yan untuk diam-diam mengawasi penjara dan melindungi Mei Lin karena dia yakin kalau Zhang Yin pasti akan membunuh Mei Lin.
Qing Yan khawatir jika mereka menunggu Zhang Yin bertindak, takutnya Mei Lin tidak kuat menahan siksaan penjara yang sangat sadis sebelum Zhang Yin beraksi.
Namun Jing He yakin kalau Mei Lin akan bisa bertahan. Mei Lin sudah berlatih menahan segala macam siksaan selama bertahun-tahun demi hari ini.
Bersambung ke episode 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam