Sinopsis Kill Me Love Me Episode 3 - Part 1

Biarpun membenci adiknya sendiri, Xuan Lie tetap harus berakting sebagai kakak yang baik. Makanya hari ini dia mengunjungi Jing He yang saat itu sedang melukis sambil minum-minum. Dia berakting seolah dia mengkhawatirkan kesehatan Jing He, bahkan memberinya saran tentang resep obat yang bisa menyembuhkan kakinya.

Dari percakapan mereka, walaupun Xuen Lie adalah putra pertama, tapi dia bukan putra kandung mendiang Permaisuri, namun dia berakting seolah dia anak yang berbakti pada ibu tirinya.

 Saat melihat lukisan punggung wanita yang dilukis Jing He, Xuan Lie jadi penasaran siapa gadis cantik yang ditaksir Jing He. Dia mengklaim kalau dia ingin tahu supaya nanti dia tidak memilih gadis yang sama dengan yang disukai Jing He. Hmm, tapi sepertinya dia berniat merebut wanita yang disukai Jing He.

Kedua kakak-adik ini sedikit bercanda mengenang masa lalu seolah mereka benar-benar akrab, tapi tampak jelas bahwa mereka sama-sama waspada dan saling menguji satu sama lain. Jelas sekali kalau Jing He sebenarnya mencurigai Xuan Lie berhubungan dengan kasus 10 tahun yang lalu.

Malam harinya, Jing He bersama Qing Yan mendatangi aula leluhur besar yang dia dirikan khusus untuk menyimpan papan-papan roh para prajurit Weibei yang dibantai oleh rakyat.

Sepuluh tahun yang lalu, rakyat yang mudah diprovokasi oleh beberapa oknum, murka luar biasa atas insiden pembakaran Qingzhou hingga mereka langsung menyerbur kamp militer pasukan Weibei.

Jing He berusaha meyakinkan rakyat bahwa mereka bukan pelakunya, tapi tak ada seorang pun yang mendengarnya dan terus menerjang membabi buta. Wakil Jenderal waktu itu berniat ingin melawan, tapi Jing He menghentikannya karena dia benar-benar menjalankan prinsip pasukan Weibei untuk tidak mengarahkan pedang ke rakyat.

Namun akibatnya, Wakil Jenderal malah disiram beberapa guci arak yang kemudian tersulut api yang dengan cepat membakarnya sampai mati, lalu kemudian rakyat mulai menghajar Jing He habis-habisan dan memukuli kakinya sampai patah.

Si pelaku yang sebenarnya tahu betul bahwa Pasukan Weibei memiliki disiplin militer yang ketat untuk tidak membunuh rakyat, makanya mereka berani menghasut rakyat Qingzhou.

Kebaikan hatinya untuk memegang prinsip militer pasukan Weibei itu adalah sesuatu yang sangat dia sesali sampai sekarang. Sekarang, dia tidak akan lagi menunjukkan belas kasihan dan bersumpah akan menegakkan keadilan untuk para prajurit Weibei yang mati secara tak adil.

Ah! Jadi sebenarnya dia tidak putus asa ingin mati. Dia melatih Mei Lin untuk membunuhnya, justru karena dia punya rencana besar, dan rencana besarnya itu adalah dengan cara memanfaatkan dan mengorbankan Mei Lin. Halah! Dia benar-benar licik ternyata!

Racun Nadi Tinta di tubuh Mei Lin semakin kuat hingga urat nadinya mulai banyak yang mencuat. Namun apa yang dia dengar kemarin dan juga bukti kedua lencana asli dan palsu itu membuatnya jadi galau tentang apakah dia harus menjalankan perintah bosnya atau tidak.

Di tengah kebingungannya, Putri Zi Gu datang. Mendengar Mei Lin bingung akan dua hal, dia dengan ceria mengajari Mei Lin untuk berdoa memohon petunjuk pada Dewa melalui dua batu.

Pangeran Xiyan, Yue Qin, berniat mendatangi adiknya. Namun di tengah jalan, dia melihat Mei Lin di kejauhan. Dia mengenalinya karena dulu mereka bertemu, bahkan, Mei Lin dulu pernah menolongnya dan Yue Qin mulai suka Mei Lin sejak itu.

Yue Qin langsung berusaha mengejarnya, tapi pada akhirnya kehilangan jejak. Namun kemudian dia menemukan sebuah pita dengan aksesoris simpul khusus Qingzhou yang sontak saja membuatnya semakin yakin bahwa yang tadi itu benar-benar Mei Lin, karena dulu Mei Lin pernah memberinya aksesoris simpul yang mirip.


Namun Pelayannya Yue Qin, Shu Mo, tak yakin kalau itu Mei Lin. Kalau cuma masalah aksesoris simpul Qingzhou ini, di dalam rombongan gadis cantik memang ada beberapa penyintas yang dulu menjaga Qingzhou. Jadi, aksesoris simpul Qingzhou ini bisa milik siapa saja.

Agak kecewa, Yue Qin akhirnya mengalihkan kembali fokusnya ke adiknya. Kakak-adik ini selalu akrab sejak kecil, Zi Gu sangat mengagumi kakaknya hingga dia berharap calon suaminya akan sebaik hati kakaknya.

Sedangkan Yue Qin tahu betul segala hal yang disukai dan dibutuhkan adiknya, dan selalu mengkhawatirkannya. Zi Gu bahagia banget bertemu dengannya, tapi sekaligus juga sedih. Karena setelah dia resmi menikah nanti, maka Yue Qin akan kembali ke Negara Xiyan. Namun dia meyakinkan bahwa dia akan tetap tinggal menemani Zi Gu sampai Zi Gu beradaptasi dengan tempat ini, baru setelah itu dia akan pergi.

Zi Gu sebenarnya khawatir, apalagi yang akan dia nikahi adalah Kaisar, yang notabene, sudah tua. Ditambah lagi, Kaisar punya anak gila bin sadis, Zi Gu jadi khawatir kalau Kaisar juga sama kayak anaknya itu.

Yue Qin mengerti perasaannya yang harus menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Namun inilah nasib keluarga kerajaan yang sama sekali tidak memiliki kebebasan. Dia sendiri juga tidak yakin kalau dia akan bisa bertemu kembali dengan wanita yang dia sukai (Mei Lin).

Namun Yue Qin meyakinkannya untuk tidak khawatir, Kaisar Negara Yan adalah seorang penguasa yang bijaksana, tidak perlu takut. Namun dia tetap memperingatkan Zi Gu untuk berhati-hati karena yang perlu dia waspadai adalah Istana Harem. Selain itu, dia juga membekali Zi Gu dengan sebuah belati untuk jaga diri.

Keesokan harinya, Perjamuan Pernikahan Politik pun dimulai dan Zi Gu diberi gelar Selir Yan dan mahar segunung. Kaisar memang cukup perhatian dan pengertian, bahkan ia juga secara khusus memerintahkan dapur istana untuk menyiapkan arak bambu hijau khas Negara Xiyan untuk mengobati kerinduan Zi Gu terhadap kampung halamannya.

Selain itu, para gadis cantik juga akan diberikan pada para pangeran dan pejabat, dan Xuan Lie sebagai Putra Mahkota mendapat kesempatan pertama untuk memilih wanita yang disukainya.

Namun wanita yang dia pilih ternyata malah Mei Lin yang jelas saja membuat Jing He khawatir. Hmm, apakah dia mengenali Mei Lin sebagai wanita yang ada di lukisannya Jing He?

Tepat saat Mei Lin hendak mengambil aksesoris pemberian Xuan Lie sebagai tanda persetujuan, Jing He mendadak membanting gelasnya, lalu tiba-tiba saja dia berdiri yang jelas saja membuat semua orang melongo kaget melihat si lumpuh bisa berdiri.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments