Hari ini di Taman Fangling, Qingkang, Kerajaan Daliang, para pelayan dan koki dapur sibuk luar biasa menyiapkan berbagai hidangan untuk menyambut utusan dari Kerajaan Wei karena kedua kerajaan tersebut akan melakukan perundingan perdamaian.
Namun mereka tidak sadar bahwa ada seorang gadis bernama Jiang Ci yang diam-diam mencuri seteko arak dari dapur. Jiang Ci memperhatikan penjagaan hari ini super duper ketat, lalu dia melihat penari penghibur bernama Yu Lian berjalan menuju ke tempat acara. Menurut Jiang Ci, Yu Lian itu sangat cantik tapi parasnya dingin dan sombong.
Dia kemudian memanjat ke sebuah pohon besar untuk menikmati araknya di sana. Dari atas pohon besar itu, dia bisa menyaksikan segalanya dan berharap hari ini dia bisa melihat sosok heroik Marquis Jianding. Setelah itu dia berencana akan pergi ke Yueluo untuk mencoba beragam tanaman, melihat gadis cantik, dan juga memetik bakung lelabah merah.
Namun sedetik kemudian, tiba-tiba saja seorang pria misterius bertopeng perak meluncur turun dari dahan paling atas dan langsung membekap mulut Jiang Ci dan menyayat dadanya, tapi untungnya dia terselamatkan berkat sebuah buku Yueluo yang dia simpan di dadanya.
Jiang Ci berusaha mendorongnya, tapi si Topeng Perak langsung mencekiknya sampai akhirnya melepaskan Jiang Ci yang hampir lemas. Tapi kemudian dia melempar racun Rumput Patah Hati ke tenggorokan Jiang Ci, dan memperingatkannya untuk tidak bergerak atau dia tidak akan membiarkan Jiang Ci selamat.
Saat itu juga, terdengar pengumuman tentang kedatangan Teng Rui yang menjabat sebagai Menteri Honglu dari Kerajaan Wei. Begitu nama itu disebut, si Topeng Perak langsung berbalik mengalihkan perhatiannya sepenuhnya ke Teng Rui.
Jiang Ci seketika jadi curiga bahwa yang diincar si Topeng Perak ini adalah Teng Rui. Lalu semenit kemudian, muncullah Pei Yan alias Marquis Jianding dari Kerajaan Daliang yang terburu-buru datang dengan pasukan berkudanya.
Acara pun dimulai dengan si penari Yu Lian yang menarikan tarian perang sambil melempar tatapan menggoda pada Teng Rui, bahkan kemudian meluncur mendekat ke Teng Rui untuk menyuguhkan segelas minuman padanya dengan tatapan malu-malu menggoda.
Jenderal yang melindungi Teng Rui, seketika curiga kalau minuman itu beracun, makanya dia mengetesnya lebih dulu dengan jarum perak, tapi ternyata minuman itu aman. Yu Lian langsung pasang tampang sedih yang sontak membuat Teng Rui yang sudah tergoda, mengomeli si jenderal lalu membawa Yu Lian duduk di sampingnya.
Namun tampak jelas bahwa Yu Lian sebenarnya tidak suka dengan Teng Rui, jadi entah apa tujuannya menggoda Teng Rui. Bahkan dari kejauhan pun, Jiang Ci bisa melihat itu dengan sangat jelas dari kejauhan dan refleks mengomentari itu tanpa banyak pikir.
Namun begitu dia mengomentari Yu Lian, si Topeng Perak mendadak berbalik menatapnya dengan cemas. Ah, Jiang Ci langsung sadar kalau si Topeng Perak dan Yu Lian bersekongkol. Gawat!
Namun bahkan sebelum dia sempat bereksi, si Topeng Perak langsung membekap mulutnya dan menusuk dadanya dengan kejam. Jiang Ci hampir menjatuhkan teko araknya, tapi si Topeng Perak berhasil menangkapnya lalu meletaknya agak jauh dan memperingatkannya untuk diam.
Pei Yan juga curiga dengan Yu Lian karena dia menarikan tarian perang yang seharusnya fokus mempertunjukkan keberanian, tapi kenapa dia malah menggoda dalam tariannya? Yu Lian beralasan bahwa dia sangat mengagumi Teng Rui, makanya dia melupakan etika. Teng Rui, lagi-lagi, mempercayainya dengan begitu mudah dan langsung membelanya.
Si Topeng Perak mulai semakin cemas melihat situasi di kejauhan, makanya dia langsung bersiap untuk menembakkan busur silangnya. Jiang Ci tidak tinggal diam begitu saja, terlepas dari rasa sakitnya, dia tetap bertekad mencari cara untuk memperingatkan orang-orang, terutama demi menyelamatkan dirinya sendiri.
Dia sudah mengetahui rahasia orang ini, maka jika sampai pembunuhan Teng Rui gagal, maka si Topeng Perak ini sudah pasti akan membunuhnya. Kebetulan dia melihat teko araknya diletakkan tak jauh darinya, maka dia langsung nekat menarik belati itu dari dadanya sekuat tenaga lalu menendang teko itu dan berusaha menikam si Topeng Perak.
Si Topeng Perak cekatan menangkap tangannya sehingga Jiang Ci gagal menikamnya. Namun suara pecahan teko itu sontak membuat Pei Yan sadar ada pembunuh.
Seketika itu pula dia sadar bahwa Yu Lian adalah komplotan dan langsung maju menyerangnya. Namun si Topeng Perak dengan cepat menyelamatkannya dengan menembakkan panah. Pei Yan berhasil menghindari anak panah itu, Yu Lian pun langsung bergerak cepat menyerang Teng Rui, namun cuma berhasil menggores baju bagian punggungnya dan otomatis memperlihatkan bekas luka cukup besar yang ada di punggung Teng Rui.
Menyadari dirinya tidak akan bisa melawan orang-orang ini, Yu Lian pun bergegas kabur dengan dilindungi oleh si Topeng Perak yang terus menembakkan panah pada mereka.
Lalu si Topeng Perak mendorong Jiang Ci dengan kuat sehingga Jiang Ci jatuh dari pohon tepat ke arah Pei Yan sehingga Pei Yan gagal mengejar Yu Lian, dan si Topeng Perak pun berhasil kabur dengan hanya sedikit melukai Pei Yan.
Pei Yan melarang anak buahnya untuk mengejar orang itu karena dia tahu para anak buahnya tidak akan bisa melawan orang itu. Si Topeng Perak itu memiliki kemampuan bela diri yang setara dengannya, jadi lebih baik sekarang mereka fokus melindungi Teng Rui.
Menyadari Jiang Ci adalah satu-satunya saksi mata yang melihat si pembunuh, Pei Yan pun membawanya ke kediamannya dan memerintahkan para tabib untuk mengobatinya.
Sepanjang malam, para tabib dan para pelayan seliweran dalam usaha mereka untuk menyelamatkan Jiang Ci. Tapi masalahnya, lukanya bukan luka biasa, dia diracun, makanya pendarahannya sulit dihentikan.
Ini membuat Pei Yan jadi semakin yakin bahwa Jiang Ci adalah saksi mata penting, makanya si pembunuh mau menghabisinya. Karena itulah, Jiang Ci harus selamat, dia tidak boleh mati.
Pei Yan pun memerintahkan anak buahnya untuk memanggil Tuan Cui, seorang ahli ilmu medis yang memiliki pengetahuan luas. Dia juga memerintahkan agar mereka terus menyelidiki siapa sebenarnya dalang di balik insiden ini.
Walaupun perundingan perdamaian ini disetujui oleh Kedua Kaisar dari kedua kerajaan tersebut. Namun Pei Yan tahu ada pihak-pihak tertentu dari kedua kerajaan yang sama-sama tidak menyetujui perundingan ini. Jadi mereka harus mencari tahu apakah pelakunya dari pihak Wei atau malah dari Daliang?
Di tempat lain, si Topeng Perak masuk ke sebuah perahu di mana Yu Lian sudah menunggunya untuk memohon maaf atas kegagalannya tadi. Siapakah sebenarnya si Topeng Perak ini?...
Mari kita kembali ke masa satu bulan yang lalu dan bertemu dengan si Topeng Perak yang sebenarnya adalah Wei Zhao, Komandan Departemen Pengawal Guangming, Kerajaan Daliang. Bisa dibilang, dia adalah rekan senegara tapi juga sekaligus saingannya Pei Yan yang merupakan Komandan Pengawal Changfeng.
Namun sebenarnya, Wei Zhao ini cukup misterius karena dia punya dua identitas. Identitasnya yang asli adalah Xiao Wu Xia yang berasal Yueluo, dan jelas dia memiliki sebuah misi rahasia entah apa.
Hari itu, dia mendadak mendatangi Departemen Musik Daliang untuk menangkap seorang pemberontak yang kabur dari istana. Namun dia menangkap pria itu bukan karena dia pemberontak, melainkan untuk menginterogasinya tentang Wang Shi Quan.
Dulu, Raja Qi memimpin perundingan untuk menerima Yueluo sebagai wilayahnya. Namun baru lewat setengah bulan, Raja Qi malah mati secara misterius di Yueluo.
Semua orang di Kediaman Raja Qi diminta pertanggungjawaban dan dieksekusi karena gagal melindungi Raja Qi. Namun di antara semua mayat, hanya mayat Wang Shi Quan yang tidak cocok.
Si Pemberontak awalnya berbohong bahwa dia tidak mengenal Wang Shi Quan, tapi begitu mereka menggunakan nyawa istrinya untuk mengancamnya, si Pemberontak akhirnya mau jujur dan mengakui bahwa Wang Shi Quan memang memalsukan kematiannya dengan cara menggunakan mayat lain untuk menggantikan dirinya.
Dia kabur ke Kerajaan Wei dengan cara menyogok pejabat di kota perbatasan Kerajaan Wei dan mengganti namanya. Setelah itu dia menghilang.
Namun belakangan dia mendengar kabar bahwa Wang Shi Quan sekarang menjadi pejabat di Kerajaan Wei. Dia sungguh tidak tahu siapa namanya sekarang, tapi... dulu Wang Shi Quan pernah berdebat tentang peta dunia di istana sehingga dia diberi hukuman cambuk dan hukuman cambuk itu meninggalkan bekas luka di punggungnya.
Wang Shi Quan sangat terobsesi pada peta dunia tersebut. Bahkan dia pernah menyatakan bahwa dia akan menjadikan peta dunia itu sebagai miliknya. Sungguh cuma itu yang dia tahu.
Si Pemberontak berusaha memohon supaya istrinya dilepaskan, tapi Wei Zhao malah langsung pergi begitu saja. Jelas saja si Pemberontak jadi frustasi dan marah besar hingga dia mengutuki Wei Zhao.
Hmm, dia memang benar sih tentang Wei Zhao. Wei Zhao memang sangat kejam, para narapidana yang dia penjara, disiksa dengan begitu kejam.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam