Sinopsis Snowfall Episode 2 - Part 1

Sayangnya keajaiban mata Mi Lan cuma berlangsung beberapa detik saja, setelah itu matanya kembali buta. Karena bingung dan kecewa, Mi Lan pun tidak memberitahu Bibi Zhang tentang masalah ini. Pun begitu, dia tetap melaksanakan janjinya pada Shen Zhi Heng.

Pagi-pagi sekali, dia mengendap-endap keluar rumah untuk mencari Dokter Situ Wei Lian di Rumah Sakit Jici, tapi dia diberitahu suster bahwa Dokter Situ sedang mengobati pasien sekarang, jadi dia tidak bisa langsung bertemu dan hanya bisa bersabar menunggunya di ruangannya. 

Dokter Situ Wei Lian ternyata masih muda, tampan, ramah, karismatik dan playful. Namun dia benar-benar seorang dokter yang cukup hebat, dia tetap santai saat harus mengobati seorang pasien preman yang menodongnya dengan senjata.

Dia tidak langsung percaya saat Mi Lan memintanya untuk menutup pintu lebih dulu karena mengira Mi Lan tidak serius, tapi begitu mendengar nama Shen Zhi Heng, dia langsung menutup pintu dan akhirnya mempercayai Mi Lan.

Dia meyakinkan Mi Lan bahwa dia akan pergi menyelamatkan Shen Zhi Heng nanti malam, tapi sekarang justru Mi Lan yang tidak mempercayainya dan terus mendesaknya untuk segera mengobati Shen Zhi Heng sekarang juga karena dia khawatir Shen Zhi Heng mati karena lukanya dan kedinginan.

Namun Situ Wei Lian santai meyakinkannya bahwa Shen Zhi Heng tidak akan mati untuk sementara waktu. Dia dokter, kalau dia bilang Shen Zhi Heng tidak akan mati, maka sudah pasti Shen Zhi Heng tidak akan mati. 

Mi Lan harus percaya pada dokter, selain itu, dia juga sahabat terbaiknya Shen Zhi Heng. Dia janji setelah Shen Zhi Heng sembuh nanti, dia dan Shen Zhi Heng akan mendatangi Mi Lan ke rumahnya untuk berterima kasih.

Mi Lan sontak menolak tegas, ibunya tidak tahu kalau dia keluar rumah malam-malam. Ibunya pasti akan memukulnya kalau sampai tahu.

"Aku juga tidak butuh terima kasih kalian, suruh dia hidup dengan baik saja," ujar Mi Lan.

Namun karena dia masih agak meragukan Situ Wei Lian, makanya sebelum pergi, dia mengendusi bau badan Wei Lian dan berkata... "Aku sudah mengingatmu. Kalau kau tidak pergi menolongnya, aku akan kembali untuk mencarimu." (Pfft!)

Situ Wei Lian benar-benar melaksanakan janjinya. Begitu pulang kerja, dia langsung melesat ke lokasi keberadaan Shen Zhi Heng, menemukannya pingsan lalu menyeretnya ke rumahnya sendiri dan mengoperasinya sendiri di sana.

Baik Li Ying Liang maupun anak buahnya sama-sama tidak bisa menemukan Shen Zhi Heng. Li Ying Liang jadi tambah marah memerintahkan anak buahnya untuk terus mencari, pokoknya harus ketemu hidup atau mati. Awasi juga tempat kerja dan Kediaman Shen dengan ketat sepanjang hari.

Namun selain mencari keberadaan Shen Zhi Heng, dia dan anak buahnya juga fokus memburu orang-orang yang semalam menggosipkan dan mengejeknya lalu menghajar mereka tanpa ampun dan tanpa belas kasihan sedikitpun sehingga salah satunya bahkan melompat bunuh diri karena tidak kuat dengan kekejamannya.

Sedangkan yang lain dipaksa untuk menandatangani sebuah kontrak dengannya, kontrak pengambilalihan bisnis tambang milik orang tersebut kepada Pengawas Chi.

Sementara itu, Nyonya Mi sudah mendengar dari salah satu pelayan tentang Mi Lan yang keluar malam-malam kemarin dan sontak saja itu membuatnya murka mengira Mi Lan pergi menemui ayahnya di rumah Istri ke-8 Ayahnya.

Jadilah dia menggila dan menyiksa Mi Lan lagi, bahkan mengancam akan mematahkan kaki Mi Lan kalau dia sampai berani keluar rumah lagi. Sudah terbiasa mendapat penyiksaan seperti ini, Mi Lan cuma menerimanya dalam diam. 

Dia bahkan lebih mengkhawatirkan keadaan Shen Zhi Heng karena berita radio mengabarkan badai salju membuat banyak orang mati kedinginan.

Shen Zhi Heng akhirnya sadar setelah pingsan 20 jam lamanya dan langsung merasa kelaparan. Keesokan harinya, Wei Lian dengan cepat mendapatkan informasi orang yang membunuh Shen Zhi Heng, Li Ying Liang. Dan sekarang Kediaman Shen sedang diawasi oleh para anak buahnya Li Ying Liang.

Shen Zhi Heng memang tidak mengenal dan tidak ada urusan dengan orang ini, tapi orang ini adalah preman yang didukung oleh Pengawas Chi. Masalahnya, beberapa hari yang lalu, surat kabarnya Shen Zhi Heng memberitakan tentang kekejaman Pengawas Chi. Makanya orang ini memburu Shen Zhi Heng. 

Mereka bahkan begitu percaya diri melakukan aksi mereka dengan menggunakan mobil resmi asosiasi mereka, jelas menunjukkan kalau mereka yakin sepenuhnya bahwa Shen Zhi Heng tidak akan bisa hidup lagi.

"Mungkin juga mereka bodoh."

"Namun, kau juga sungguh beruntung. Hanya berbaring saja, bisa ada seorang gadis yang datang mencarimu dan menyampaikan pesanmu. Matanya buta, tapi dia berani datang sendirian ke rumah sakit untuk mencariku."

"Dia pergi ke rumah sakit sendiri?"

"Iya. Dia juga berpesan secara khusus bahwa kita tidak boleh pergi ke rumahnya untuk berterima kasih. Kalau sampai ibunya tahu, dia mungkin akan dipukul."

"Hari itu aku sungguh linglung. Bisa-bisanya aku lupa bahwa gadis itu buta. Kukira, dia sama seperti manusia biasa yang bisa mencari telepon. Bisa-bisanya dia menutupi hal ini dari orang tuanya dan pergi mencarimu sendirian. Kami tidak saling mengenal, tapi dia menepati janjinya kepadaku. Bantu aku lepaskan kain kasanya, aku mau kelua sebentar."

Malam harinya, Mi Lan tiba-tiba mendengar jendela kamarnya terbuka. Namun saat dia hendak menutupnya, tiba-tiba dia mengendus bau tubuh Tuan Shen.

"Tuan Shen, apakah itu kau?"

"Kau tahu aku yang datang?" tanya Shen Zhi Heng yang sedang berdiri di atas pohon.

"Ada aromamu di tengah angin. Dokter Situ itu benar-benar tidak menipuku. Kau masih hidup, syukurlah."

"Benar. Kau sudah menyelamatkan hidupku."

"Bukankah lukamu sangat parah?"

"Namun aku punya dokter yang sangat hebat."

Mi Lan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya dan Shen Zhi Heng pun langsung menuntun tangannya ke wajahnya supaya Mi Lan benar-benar yakin kalau dia benar-benar masih hidup dan baik-baik saja. Namun Mi Lan merasakan ada bekas luka di dahinya yang sontak membuatnya tahu kalau Shen Zhi Heng belum sembuh sepenuhnya.

"Setengah nyawamu adalah milikku. Jangan lupa untuk merawat cederamu dengan baik."

"Baik. Setengah nyawaku adalah milikmu."

"Kau ingat baik-baik, ya?"

"Iya."

"Margaku Shen, namaku Shen Zhi Heng. Aku sangat hebat. Kelak, aku akan datang membantumu jika ada yang menindasmu."

"Kalau begitu, bagaimana kau masih bisa diburu oleh musuhmu?" (Pfft!)

"Waktu itu, aku yang ceroboh. Kelak, aku akan membereskan masalah ini dengan baik."

Dia membawakan satu pot bunga Camelia untuk Mi Lan, dengan lembut menuntun tangan Mi Lan untuk meraba tanaman itu. Dia memberitahu Mi Lan bahwa ini adlaah bunga yang bisa mekar di musim dingin dan meminta Mi Lan untuk merawat bunga ini dengan baik. Dia janji akan datang mengunjunginya lagi begitu bunganya mekar nanti.

Mi Lan sebenarnya tidak yakin bisa merawat bunga ini mengingat kondisi dirinya sendiri, tapi akhirnya dia mau juga. Dia pasti akan menunggu kedatangan Shen Zhi Heng.

"Tuan Shen, bagaimana bentuk dari warna merah?"

"Warna merah?... Warna merah adalah api yang membara, cahaya yang hangat dan darah yang mendidih. Itu adalah warna dari keberanian, harapan dan pertumbuhan."

Mi Lan senang mendengar deskripsinya, sebelumnya belum pernah ada seorang pun yang mendeskripsikan warna seperti itu padanya. Sekarang sepertinya dia bisa merasakannya.

"Ingatlah, aku berutang setengah nyawa kepadamu. Aku akan datang untuk membayar utang. Kau harus hidup dengan baik."

"Aku akan mengingatnya."

Shen Zhi Heng menjentikkan jarinya sebagai tanda pamitan sebelum kemudian pergi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments