Sinopsis Snowfall Episode 1 - Part 2

Mereka pun membuntuti mobilnya Shen Zhi Heng yang menyetir pulang sendirian. Tapi sepertinya para penjahat itu melakukan sesuatu pada mobilnya, makanya sekarang mobilnya Shen Zhi Heng mendadak mogok di tengah jalan sehingga terpaksa dia harus jalan kaki. 

Namun saat dia tengah menyeberangi rel kereta api, mendadak muncul mobil para anak buahnya Li Ying Liang dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi dan menabraknya, dua kali, bolak-balik.

Manusia biasa pasti sudah remuk dan mati, tapi Shen Zhi Heng tetap bisa berdiri tegak kembali. Bahkan saat mereka menembaknya di kepala, dia tetap hidup lalu dengan kecepatan kilat membunuh kedua penjahat.

Tidak mempan satu peluru, penjahat terakhir pun langsung memberondongnya dengan lebih banyak peluru dan baru setelah itu Shen Zhi Heng roboh dan tidak bergerak lagi. 

Tepat saat itu, terdengar bunyi peluit polisi. Si penjahat pun bergegas menyeret mayat rekannya kembali ke mobil dan bergegas pergi sembari melindas Shen Zhi Heng dua kali hanya untuk semakin memastikannya sudah mati beneran.

Hmm, apakah Shen Zhi Heng sungguh sudah mati?... Kayaknya tidak. Saat polisi tiba di sana tak lama kemudian, tidak ada siapa-siapa di sana. Tempat itu benar-benar bersih seolah tak pernah ada pertarungan maut di sana. Tidak ada mayat, tidak ada jejak darah.

Tak lama kemudian, Li Ying Liang mendapat laporan dari anak buahnya tentang segala keanehan Shen Zhi Heng yang sangat tidak masuk akal. Dia ditabrak dan dilindas, kepalanya ditembak, tapi dia tidak mati, dia bahkan sanggup membunuh dua anak buah mereka. Dia tidak mungkin salah lihat. Tapi jangan khawatir, dia yakin bahwa Shen Zhi Heng sekarang sudah mati mengenaskan.

Namun saat Li Ying Liang menelepon kantor polisi untuk menanyakan mayatnya Shen Zhi Heng, ternyata mereka malah tidak menemukan apa pun. Makanya Li Ying Liang langsung ngamuk, menuduh anak buahnya sudah berbohong padanya.

Si anak buah jelas bingung mendengarnya, jelas-jelas dia sendiri yang memastikan Shen Zhi Heng mati, dan tidak ada siapa-siapa juga di sana. Jangankan manusia, hewan liar pun tidak ada. Jadi tidak mungkin ada orang lain yang memungut mayatnya.

Tapi kalau begitu aneh sekali. Bagaimana bisa mayatnya Shen Zhi Heng malah tidak ditemukan di TKP? Si anak buah pun langsung pergi untuk mencarinya. Dia harus ditemukan dalam keadaan hidup atau mati atau mereka tidak akan bisa mempertanggungjawabkannya pada Pengawas Chi.

Mi Lan putus asa dengan hidupnya. Makanya malam itu, dia diam-diam keluar rumah sendirian dengan niatan untuk mengakhiri hidupnya. Dia tidak tahu ke mana harus pergi dan terus berjalan tak tentu arah di tengah hujan salju hingga kemudian dia tiba di gang sepi dan berakhir di sebuah bangunan terbengkalai.

Dengan mengandalkan indera penciuman tajamnya, dia tahu tempat itu sempurna untuk melakukan aksinya. Namun tiba-tiba saja dia mendengar suara orang.

Ternyata orang itu Shen Zhi Heng, masih hidup tapi dia terluka parah sehingga sulit bergerak. Awalnya dia cemas dengan kedatangan Mi Lan, tapi kemudian dia menyadari kalau Mi Lan buta.

Tak sengaja Mi Lan tersandung batu sehingga dia terjatuh menimpa Shen Zhi Heng, dia bisa mencium bau darah pekat yang membuatnya mengetahui kalau Shen Zhi Heng terluka.

Shen Zhi Heng membenarkannya, dia terluka parah karena ada orang yang mau membunuhnya dan kakinya patah sehingga dia tidak bisa bergerak. Karena itulah dia butuh bantuan Mi Lan untuk menghubungi seorang temannya yang bisa membantunya. 

"Namun aku buta, aku tidak bisa membantuku."

"Namun setidaknya kau jauh lebih kuat dariku. Aku bahkan tidak bisa bergerak sekarang. Kau masih bisa bergerak lincah, sedangkan aku akan mati."

"Aku ke sini untuk bunuh diri."

"Kalau begitu, bisakah kau jangan mati dulu? Maksudku, bisakah kau menolongku dan mengesampingkan bunuh dirimu terlebih dulu?"

"Kau butuh pertolonganku?"

"Benar. Aku membutuhkanmu, Nona."

"Baiklah," Mi Lan akhirnya setuju.

Kalau begitu, Shen Zhi Heng pun memintanya untuk pergi menemui temannya yang berprofesi sebagai seorang dokter di Rumah Sakit Jici, namanya Situ Wei Lian. 

Beritahu Situ Wei Lian di mana dia berada sekarang, tapi jangan beritahu orang lain. Dia harus benar-benar merahasiakannya. Jika ada orang lain yang menemukannya sebelum Situ Wei Lian, maka dia pasti akan mati.

Mi Lan mengerti. Sebelum pergi, dia memberikan mantelnya untuk menyelimuti Shen Zhi Heng karena dia takut Shen Zhi Heng mati kedinginan sebelum mendapat pertolongan.

Shen Zhi Heng benar-benar tersentuh dengan perhatiannya, "siapa namamu?"

"Namaku Mi Lan."

"Terima kasih, Nona Mi Lan."

"Jangan khawatir. Aku pasti akan menghubungi temanmu, jangan sampai kau mati kedinginan, Tuan Shen."

Jelas saja Shen Zhi Heng kaget menyadari Mi Lan mengetahui siapa dia padahal dia bahkan belum memperkenalkan siapa dirinya. Pastinya Mi Lan mengetahuinya dari mengenali suaranya.

Kebetulan, Li Ying Liang sedang berkendara keliling kota dalam usahanya mencari Shen Zhi Heng. Tak sengaja dia berpapasan dengan Mi Lan yang dia lihat sedang berjalan sendirian.

Seorang gadis muda berjalan sendirian tengah malam, buta dan di wajahnya banyak luka, Li Ying Liang jadi khawatir, makanya dia berbaik hati mau mengantarkannya pulang. Rumahnya di mana? (Dia baik ke satu orang, tapi jahat banget ke orang lain)

Mi Lan jujur mengaku kalau dia Nona Besar Keluarga Mi. Mendengar itu, sontak saja Li Ying Liang mendadak antusias memperkenalkan namanya dan mengaku-aku kalau dia teman Ayahnya Mi Lan, dia barusan pulang dari pesta di rumah Mi Lan.

"Halo, Paman Li," sapa Mi Lan. (Pfft! Paman dia bilang)

"Nona Besar Mi, kenapa kau berjalan sendirian tengah malam begini? Lalu, kenapa wajahmu terluka?"

"Aku... Ibuku memukulku, aku kabur karena ketakutan."

"Kenapa dia memukulmu? Apa kau membuat kesalahan?"

"Aku tidak membuat kesalahan! Dia sendiri yang kesal karena Ayah merayakan satu bulan kelahiran Adikku."

Li Ying Liang jadi kasihan mendengarnya, "lain kali jangan keluar tengah malam. Di luar berbahaya. Bagaimana kalau kau ditangkap dan dijual oleh penjahat? Meski tidak bertemu penjahat, cuacanya begitu dingin, kau akan sakit karena kedinginan."

"Aku mengerti. Terima kasih, Paman."

Li Ying Liang lalu memapahnya masuk mobilnya dan mengantarkannya pulang ke Kediaman Keluarga Li. Dia meminta Mi Lan untuk tidak lagi memanggilnya Paman karena umur mereka tidak beda jauh, tapi Mi Lan malah terus memanggilnya Paman. Pfft!

Seorang Bibi pembantu keluar untuk membawanya kembali ke rumah lalu menyiapkan sebaskom air untuk cuci muka. Karena sekarang sudah tengah malam, rumah sakit juga pasti sudah tutup, jadi tidak mungkin Mi Lan mencari Dokter Situ sekarang.

Mi Lan pun mulai mencuci tangannya di baskom, tangan yang terkena darahnya Shen Zhi Heng. Dia lalu menggunakan air yang sama untuk mencuci mukanya, dan saat dia menengadah, pupil matanya mendadak berubah normal dan dia bisa melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin. Dia bisa melihat! Oh, wow! Ajaib sekali. Darahnya Shen Zhi Heng sesakti itu?

Bukan cuma melihat bayangan dirinya sendiri di cermin, dia benar-benar bisa melihat segalanya. Kamarnya, bibi pembantunya, tongkatnya. Semuanya!

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments