Sejak saat itu, Li Chuan selalu memanjakan Zhen Zhen sejak statusnya masih Putra Mahkota hingga dia naik takhta menjadi Kaisar. Namun dia bukan hanya menjadi istri yang paling disayang, melainkan juga menjadi senjata tajam bagi Li Chuan, membantu Li Chuan memusnahkan musuh-musuhnya.
Sayangnya, pada tahun kedua pemerintahan Li Chuan, Zhen Zhen meninggal dunia setelah melahirkan putra mereka, Li Ping. Li Chuan begitu mencintainya sehingga dia memakamkan Zhen Zhen dengan upacara untuk Permaisuri.
Sejak saat itulah, Li Chuan berubah total menjadi raja tiran yang sangat kejam. Putra Mahkota yang dulu terkenal karena kebaikannya sudah mati, secara bertahap memulai jalan yang mirip dengan Ayahanda mereka.
Dia terus menerus memicu perang, mengeksploitasi rakyat biasa, hidup dengan putus asa, dan perlahan semakin menjauh dari Li Rong. Wen Xuan-lah yang dulu mendorong Zhen Zhen ke Li Chuan. Apakah sekarang dia akan membiarkan Zhen Zhen masuk istana lagi?
"Tergantung padamu," jawab Wen Xuan.
"Maksudmu, kau akan mengurusinya jika kusuruh dan juga akan mengabaikannya sesuai perintahku?"
"Benar."
Wen Xuan akui bahwa dulu tidak seharusnya dia ikut campur yang pada akhirnya menyebabkan efek domino yang begitu besar. Jadi sekarang dia tidak akan melakukannya. Ikut campur belum tentu merupakan hal yang baik.
Selain itu, sekarang Wen Xuan juga memiliki tanggung jawabnya sendiri. Karena sekarang dia sudah setuju untuk menikahi Li Rong, jadi dia akan membatasi dirinya dengan tuntutan sebagai suami.
"Hingga perjanjian kita berakhir?"
Wen Xuan agak ragu menjawabnya, jelas tidak ingin sampai segitu saja, jadi dia cuma menjawab 'mungkin'.
"Seandainya kau menyadarinya lebih awal, mungkin di masa lalu, kita benar-benar masih bisa hidup bersama hingga tua."
Dipikir-pikir, dengan wajah mudanya sekarang ditambah dengan pengalaman hidupnya selama 40 tahun dari kehidupan sebelumnya, Wen Xuan pasti akan ditaksir oleh banyak gadis seandainya dia tebar pesona di luar sana.
"Li Rong, jujurlah padaku. Bagaimana pandanganmu terhadapku di masa lalu?"
"Sebenarnya saat itu kau sangat baik. Hanya saja, sifatmu terlalu keras kepala dan berpikiran sempit."
Waktu itu Wen Xuan berjanji pada Zhen Zhen untuk menjaganya, lalu dia merasa bahwa dia harus menepati janjinya sebagai seorang pria sejati.
Dia sama sekali tidak memedulikan situasi dirinya sendiri dan bersikeras untuk membantu Zhen Zhen. Ditambah lagi, Wen Xuan waktu itu merasa kalau dia menyukai Zhen Zhen, tapi kemudian dia mendadak jatuh cinta pada Li Rong.
Makanya waktu itu Wen Xuan perang batin, mengira dirinya tidak setia pada Zhen Zhen. Wen Xuan punya motivasi yang bagus, hanya berpikiran sempit saja.
Wen Xuan akui bahwa semua itu benar. Tapi ada satu lagi alasan terkait perang batinnya. Yaitu, jika dia menyukai Li Rong, maka itu artinya, dia sudah tunduk pada kekuasan kekaisaran.
Jika dia mengaku bahwa dia menyukai Li Rong, maka itu juga termasuk bentuk pengakuan kekalahan. Bahkan dia saja tidak bisa memahami dirinya sendiri waktu itu, sedangkan Li Rong malah sangat memahaminya. Kalau begitu, kenapa Li Rong tidak menunggunya?
Li Rong mendengus sinis mendengarnya, demi apa dia harus menunggu Wen Xuan? Dia adalah keturunan keluarga kekaisaran, bahkan sekalipun kecantikannya bukan yang paling memukau di dunia, tapi dia cerdas, berpengetahuan dan beretika.
Siapa juga yang tidak mengenalnya di ibu kota? Kekayaan dan kekuasaan hanyalah hiasan baginya. Jadi tidak ada alasan bagi wanita seperti dirinya untuk menunggu Wen Xuan. Bahkan sekalipun Wen Xuan sangat tampan, tapi itu tetap bukan alasan bagi Li Rong untuk tergila-gila padanya. Sebagai anggota keluarga kekaisaran, tuntutannya terhadap kesetiaan cinta jauh lebih keras.
Sesuai perkiraan Li Rong, Kaisar memang memerintahkan Li Chuan untuk pergi ke perbatasan. Tapi bahkan sebelum Li Chuan hendak menolak, Pamannya - Menteri Shangguan, langsung menolaknya duluan dengan alasan bahwa dia masih muda dan tidak punya banyak pengalaman.
Tentu saja, Li Chuan juga menolak. Namun Kaisar mendesak, bahkan mengancam akan mencabut posisi Putra Mahkotanya. Jadi Li Chuan pun menerima tugas itu.
Menteri Shangguan masih kurang setuju, apalagi dia juga agak curiga dengan Li Chuan dan Li Rong yang sepertinya mulai tidak sepemahaman dengan Keluarga Shangguan. Tapi berhubung Li Chuan sudah membuat keputusan, dia menyatakan akan membantu Li Chuan.
Qin Lin pun sudah memutuskan untuk membantu Li Chuan. Sesuai rencana, mereka pergi secara terpisah. Li Chuan juga sudah mengatur identitas untuk mereka. Sebelum dia pergi, Li Rong mengingatkannya untuk segera mendapatkan buku kas Keluarga Yang begitu tiba di sana.
Sedangkan Qin Zhen Zhen memberikan pedang kesayangannya padanya sembari mendoakan kemenangan dan keselamatan untuknya. Li Chuan juga punya hadiah balasan untuk Zhen Zhen, lampion kerlap-kerlip yang dia buat sendiri dari kunang-kunang. Aww, so sweet.
Zhen Zhen setulus hati mendoakannya kembali pulang dengan selamat dan mengantarkannya pergi dengan senyum ceria, membuat Li Chuan jadi semakin terpesona padanya.
Karena Li Chuan sama sekali tidak punya ide tentang cara terbaik untuk menangkap Keluarga Yang, Cui Qing He pun menyarankan Li Chuan untuk menunggu Keluarga Yang terjebak dengan sendirinya, menjebak mereka dengan rencana mereka sendiri.
Para anak buahnya Selir Ning gagal mencari keberadaan Touba Yan. Memikirkan segala situasi sekarang ini, jelas tujuan Kaisar adalah memberantas Keluarga Yang sepenuhnya. Karena itulah, Pelayannya Selir Ning menyarankan agar mereka mengirim pesan ke Jenderal Yang untuk membunuh Putra Mahkota di medan perang.
Li Rong dan Wen Xuan mendapat kabar tentang kehebatan Putra Mahkota di medan perang dari Su Rong Qing yang mengunjungi Li Rong di penjara.
Su Rong Qing penuh perhatian banget, Li Rong sampai jadi canggung sendiri. Sedangkan Wen Xuan cuma melirik dari sel sebelah, pura-pura cuek padahal cemburu.
Li Chuan juga berhasil menjebak dan menangkap salah satu anggota Keluarga Yang yang menjual senjata mereka ke pasukan musuh.
Kaisar awalnya senang dengan kemenangan Putra Mahkota, tapi kemudian malah menerima laporan permintaan imbalan dari Putra Mahkota atas kemenangan mereka, dan dia seketika berubah kesal lagi karenanya.
Para menteri pun segera menenangkannya dan meyakinkannya bahwa imbalan yang diminta Putra Mahkota ini sangat wajar demi meningkatkan semangat militer para prajurit mereka.
Suatu hari, Touba Yan mendatangi Lembaga Pengawas Istana untuk mengadukan Keluarga Yang atas segala macam kejahatan dan pengkhianatan terhadap negara yang mereka lakukan.
Berhubung Putra Mahkota sudah menang, jadi Li Rong dan Wen Xuan pun sudah bisa keluar dari penjara. Su Rong Qing bahkan datang sendiri untuk menjemput mereka keluar dari penjara.
Wen Xuan semakin lama jadi semakin mencurigai Su Rong Qing karena jelas-jelas belakangan ini dia baik banget dan perhatian banget sama Li Rong. Sepertinya dia punya niatan lain terhadap Li Rong.
Namun Li Rong tak percaya, "Pei Wen Xuan, apa kau tahu apa perbedaan terbesar antara Su Rong Qing denganmu? Dia jauh lebih kejam darimu. Keluarga, kehormatan dan warisan, semua ini adalah hal yang dia pikul seumur hidup. Di bawah beban seberat ini, sejak kecil dia belajar untuk mengendalikan diri, tenang dan bersabar. Dia tidak bisa memiliki emosi yang kau pikirkan."
Wen Xuan mendengus sinis mendengar pemikiran Li Rong yang masih polos bahkan setelah pengalamannya bertahun-tahun.
Mereka lalu menghadiri rapat di istana di mana Kaisar sedang menyidang Jenderal Yang dan Selir Ning atas gugatan yang dilayangkan Touba Yan terhadap Keluarga Yang. Wen Xuan dan Li Rong di sini bertindak sebagai saksi penyidik. Jenderal Yang tentu saja berusaha keras menyangkal semua tuduhan itu.
Namun Wen Xuan dan Li Rong terus menyerangnya dengan semua bukti yang mereka miliki, dan semua bukti itu solid sehingga jenderal Yang tidak bisa lagi berkutik.
Namun Selir Ning tidak bisa menerima kekalahan ini dan langsung teriak-teriak menuduh Kaisar memanfaatkan dan mengkhianati Keluarga Yang yang sudah sangat berjasa bagi negara dan memberitahu Li Rong bahwa Kaisar sudah lama ingin mencabut posisinya Li Chuan dan ingin menyingkirkan Li Rong dengan cara menjodohkannya dengan pria-pria yang tidak berguna.
Emosi, Kaisar sontak memerintahkan agar dia dibunuh. Namun Selir Ning tiba-tiba mengambil tusuk kondenya dan menggunakannya untuk menyerang Li Rong. Wen Xuan refleks pasang badan melindungi Li Rong. Untungnya seorang pengawal berhasil membunuhnya tepat waktu.
Prihatin melihat pengawal menyeret mayat Selir Ning, Li Rong berbaik hati menutupinya dengan mantelnya. Bagaimanapun, Selir Ning tetaplah selir istana, karena itulah, Li Rong meminta Kaisar untuk memberinya sedikit harga diri. Kaisar mengabulkannya, jasad Selir Ning pun dibawa pergi dengan tandu alih-alih diseret.
Kematian putrinya membuat Jenderal Yang begitu sedih dan putus asa sehingga akhirnya dia mengakui dosa-dosanya. Kaisar pun menitahkan agar semua Keluarga Yang dihukum mati dengan minum racun.
Pei Wen Xuan sebenarnya prihatin. Padahal dulu dia pernah kagum pada Jenderal Yang setelah membaca puisi karangan Jenderal Yang semasa dia muda dulu, puisi tentang keberanian dan kesetiaan pada negara.
Jenderal Yang hanya menanggapinya dengan memberi Wen Xuan peringatan tentang korupsi dan kolusi di antara para keluarga bangsawan. Inilah yang pada akhirnya membuatnya dirinya yang sekarang berubah total dari dirinya di masa muda.
"Dia akan segera mati, untuk apa dia mengatakan semua ini padamu?" bingung Li Rong.
"Hanya orang yang akan segera mati, baru bisa memberitahumu penyebab kematiannya. Agar kelak kau bisa tahu bagaimana cara untuk menghindari kematian karena hal itu dan bagaimana cara untuk membuat orang lain juga bisa menghindari kematian karena hal itu."
Bersambung ke episode 9
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam