Pada suatu malam musim dingin bersalju di Ibu Kota Dinasti Xia, Permaisuri Istana Utama, Shangguan Ya, bersama para pejabat yang memihaknya, mendatangi Istana Hanqiu dan menuntut untuk bertemu Kaisar, namun mereka dihalangi dengan ketat oleh para pengawal kerajaan atas perintah Perdana Menteri Pei Wen Xuan.
Tak lama kemudian Pei Wen Xuan datang dengan membawa sekelompok pasukannya dan membubarkan semua orang. Situasi malam ini benar-benar genting antar kedua kubu, namun jelas Shangguan Ya pun tak berdaya saat berhadapan dengan Pei Wen Xuan yang merupakan orang kepercayaan Kaisar.
Pihak Shangguan Ya ingin memaksa Kaisar yang sakit-sakitan untuk turun takhta, sedangkan Pei Wen Xuan hanya ingin melindungi Kaisar.
Dia tahu kalau Kaisar ingin mengubah pewaris takhta dan mencabut posisi Putra Mahkota Li Xin (anak kandungnya Permaisuri Shangguan Ya), makanya dia sudah menyiapkan titah tentang itu.
Dalam kondisinya yang sudah lemah, Kaisar Li Chuan juga memerintahkan Pei Wen Xuan untuk menjadikan Pangeran Pertama Li Ping sebagai pewaris takhta dan juga menekan kekuasaan keluarga bangsawan.
Sejak berdirinya Dinasti Xia, kekuasaan kerajaan sebenarnya selalu ada di tangan keluarga bangsawan. Keluarga kerajaan sejatinya hanyalah boneka bagi keluarga bangsawan. Malah baru sekaranglah Kaisar menyadari bahwa kakak perempuan tertuanya, Li Rong, sebenarnya merupakan keluarga bangsawan terbesar.
Karena itulah, jika setelah dia mati nanti Li Rong memberontak, Kaisar memerintahkannya untuk menyingkirkan Li Rong demi kebaikan kaum fakir.
Li Rong, Tuan Putri Pertama, sebenarnya adalah istrinya Pei Wen Xuan, tapi hubungan mereka sangat buruk sejak lama dan berada di pihak yang berbeda walaupun mereka sudah menikah selama 20 tahun. Saat ini Li Rong sedang sakit parah, tapi yang menemaninya dan merawatnya malah pria lain, Su Rong Qing, (Tuan Muda ke-2 Keluarga Su).
Hmm, sepertinya dia bukan hanya orang kepercayaannya Li Rong, tapi juga kekasihnya walaupun Su Rong Qing sebenarnya sudah dikebiri. Sikap dan tutur katanya lemah lembut, wajar saja Li Rong menyukainya.
Li Rong tahu betul bahwa keluarga kerajaan adalah hambatan terbesar bagi Pei Wen Xuan jika Pei Wen Xuan ingin menobatkan Li Ping sebagai pewaris takhta. Namun jika dia mati, maka Pei Wen Xuan akan menguasai semuanya.
Karena itulah, dia memerintahkan Su Rong Qing untuk bertindak sebelum Pei Wen Xuan melakukan tindakan apa pun. Su Rong Qing meyakinkannya untuk tidak khawatir, karena dia pasti akan menghabisi Pei Wen Xuan jika Li Rong mati.
Saat Pei Wen Xuan datang menemuinya malam itu untuk mendiskusikan masalah penobatan Putra Mahkota, Li Rong seketika tertegun melihat Pei Wen Xuan memakai sebuah kantong wewangian di ikat pinggangnya yang aromanya sangat kuat, dan itu sontak membuatnya jadi mencurigai Pei Wen Xuan.
Sepertinya dia sakit karena diracuni dengan menggunakan wewangian, makanya sekarang dia jadi mencurigai Pei Wen Xuan.
Pei Wen Xuan berusaha membujuk Li Rong tentang masalah ini, tapi Li Rong tetap teguh dengan pilihannya. Pangeran Li Xin adalah pewaris sah karena dia anak kandungnya Permaisuri Shangguan Ya, sedangkan Li Ping adalah anaknya Selir Agung Qin Zhen Zhen.
Apalagi dia juga memiliki pendapat dan pandangan yang baik tentang Li Xin sehingga dia meyakini bahwa Li Xin adalah pilihan yang tepat sebagai pewaris takhta.
Selain itu, Li Rong sebenarnya memang memiliki kecemburuan dan kebencian yang mendalam terhadap Selir Agung Qin Zhen Zhen karena ternyata Pei Wen Xuan menyukai Selir Agung Qin Zhen Zhen.
Inilah akar masalah dari kebencian Li Rong terhadap Pei Wen Xuan dan penyebab hancurnya hubungan suami-istri mereka padahal awal hubungan pasutri mereka sebenarnya baik.
Akan tetapi, tampak jelas kalau Pei Wen Xuan juga cemburu pada Su Rong Qing. Dia terang-terangan menghina Rong Qing dan memperingatkan Li Rong bahwa pria yang dia sukai itu belum tentu orang baik seperti yang dia kira. (Hmm?)
Pertemuan dan pertengkaran malam ini membuat Li Rong jadi emosi yang semakin memengaruhi kesehatannya. Untungnya ada Rong Qing yang segera memberinya obat, tapi dia cicipi lebih dulu karena siapa tahu beracun.
Namun beberapa detik kemudian, Li Rong malah muntah darah yang otomatis membuat kondisinya semakin kritis. Tabib istana yang memeriksanya, mendiagnosis bahwa dia terkena Racun Dupa Kecantikan.
Sontak saja Li Rong jadi semakin mencurigai Pei Wen Xuan, dia yakin kantong wewangian yang Pei Wen Xuan pakai tadi adalah Racun Dupa Kecantikan. Makanya dia langsung memerintahkan Rong Qing untuk membunuh Pei Wen Xuan.
Maka malam itu juga, saat dia dalam perjalanan pulang, Pei Wen Xuan pun diserang dan dibunuh oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai orang-orang suruhan Tuan Putri Pertama.
Tak lama kemudian, Li Rong yang sudah semakin sekarat, berkata pada Rong Qing bahwa satu-satunya penyesalannya seumur hidup adalah melewatkan Rong Qing. Andai saja segalanya bisa terulang kembali.
Li Rong pun akhirnya meninggal dunia dalam keadaan mendendam pada suaminya sendiri, sedangkan Pei Wen Xuan meninggal dunia dalam keadaan patah hati karena dibunuh oleh istrinya sendiri.
Namun keesokan harinya, Li Rong terbangun (Heh?) dalam keadaan agak linglung dan pusing, tapi tidak tampak sakit seperti sebelumnya. Mimpikah ini?
Tapi, tunggu dulu, kamarnya ini bukan kamarnya yang biasanya. Rumahnya yang dia tempati ini bahkan bukan rumahnya, melainkan Istana Changle, tempat tinggalnya sebelum menikah.
Yang paling mencengangkannya, Jing Lan, pelayan pribadinya mendadak muncul dengan ceria padahal Jing Lan sebenarnya sudah mati beberapa tahun yang lalu.
Jadi sekarang ini, sebenarnya tahun berapa? Jing Lan yang kebingungan dengan sikapnya, memberitahu bahwa sekarang tahun ke-24 Yongning. Ah! Li Rong seketika sadar bahwa setelah dia meninggal, dia bukan berada di alam akhirat, melainkan kembali ke masa lalu.
Lebih tepatnya, saat dia masih berusia 18 tahun, sebelum dia menikah, saat dia masih sangat sehat, saat ayahanda Kaisar masih hidup, saat Li Chuan belum naik tahta, saat hubungannya dengan mereka belum berubah menjadi kacau balau. Wah! Bahagianya Li Rong.
Akan tetapi, dia baru sadar tak lama kemudian bahwa dia sebenarnya kembali ke masa di mana ayahanda Kaisar sedang mengatur perjodohan untuknya. Sungguh tak disangka dia akan bisa bertemu ayahandanya lagi.
Dulu mungkin dia tidak menyadarinya, tapi sekarang, dia kembali ke masa lalu dengan membawa semua memori di kehidupan sebelumnya, makanya sekarang dia menyadari kalau Kaisar sebenarnya tidak pernah benar-benar mempercayainya.
Kaisar bahkan tidak mau memakan kue pemberiannya sebelum dia mencicipinya lebih dulu dan memastikannya aman dari racun. Tapi bahkan setelah Li Rong mencicipi sepotong, Kaisar hanya mau memakan dari potongan yang sama dengan yang Li Rong makan, jelas tidak mempercayai Li Rong sepenuhnya.
Fakta bahwa Kaisar setengah memaksanya untuk menikah juga menunjukkan bahwa Kaisar sejatinya hanya memanfaatkannya sebagai pion penyeimbang keluarga bangsawan.
Kejadian ini sama persis seperti di kehidupan sebelumnya. Dia disuruh memilih salah satu dari empat pria pilihan Kaisar yang salah satunya adalah Pei Wen Xuan. Namun tentu saja kali ini Li Rong bertekad tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu yang sembarangan memilih Pei Wen Xuan.
Namun karena dia tidak mungkin menolak perjodohan ini, makanya dengan gaya imutnya dia membujuk Kaisar untuk membiarkannya saling berkenalan dengan para pria ini lebih dulu. Memilih suami kan tidak boleh sembarangan pilih, harus memilih berdasarkan kepribadiannya, dilihat baik atau buruknya, dan bukan cuma dari penampilan.
Kaisar setuju dan mengusulkan agar Li Rong bertemu dan berbincang-bincang dengan keempat pria ini di pesta perjamuan musim semi saja. Li Rong usul agar mereka juga mengundang beberapa anak bangsawan lain juga supaya tidak terlalu kentara tentang tujuan utama dari pesta perjamuan musim semi ini.
Selain itu, dengan banyaknya pemuda lain di sana, akan lebih mudah membuat perbandingan baik/buruknya keempat pria tersebut. Kaisar merasa usulannya bagus, dan langsung setuju.
Yang tidak Li Rong ketahui, saat ini juga, Pei Wen Xuan baru bangun dari tidur siangnya. Tapi... dia bukan cuma sekedar bangun, dia juga sama seperti Li Rong, kembali ke masa lalu setelah mati di kehidupan sebelumnya dengan memiliki semua memori dari kehidupan sebelumnya.
Dia baru menyadari keajaiban ini saat melihat Tong Ye, pelayannya pribadinya, masih muda padahal di kehidupan sebelumnya dia sudah tua dan mati bersamanya dalam penyerangan pada malam bersalju itu.
Awalnya dia pikir kalau ini cuma mimpi... sampai saat Tong Ye mengungkit tentang Nona Qin (mantan tunangannya Pei Wen Xuan) yang baru-baru membatalkan pernikahan mereka dan sekarang dia menerima undangan pesta perjamuan musim semi dari Tuan Putri Pingyue alias Li Rong.
Karena tadi yang mengantarkan undangan itu adalah pelayannya, makanya sekarang Li Rong penasaran menanyakan bagaimana reaksi Pei Wen Xuan saat menerima undangan pesta itu.
Dia mengira kalau Pei Wen Xuan merasa senang dan terharu karena dia cuma seorang pejabat kecil yang mendapat kehormatan diundang oleh seorang Tuan Putri.
Namun yang tidak dia sangka, Jing Lan memberitahu bahwa Pei Wen Xuan justru langsung menyombongkan wajah tampannya. Dengan angkuhnya mengklaim bahwa Tuan Putri pasti terpesona padanya sehingga mengundangnya ke pesta tersebut.
Li Rong hampir tersedak mendengarnya, "dia berani memuji dirinya sendiri tampan. Kalau begitu, akan kubuat kau berakhir tragis karena ketampananmu."
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam