Sinopsis White Cat Legend Episode 18 - Part 2

Cui Bei jadi sedih meyakini bahwa upacara buang sialnya kurang efektif gara-gara uang persembahannya kurang.

Dia jadi tidak bisa tidur, dan memutuskan untuk keluar kamar dan duduk di atas tangga kuil sambil membaca gulungan dokumen. Pada akhirnya dia malah ketiduran. 

Beberapa menit kemudian, dia terbangun tapi malah menemukan ada kebakaran, dan yang kebakaran adalah kamar yang ditempati si buronan yang kebetulan bersebelahan dengan kamarnya sendiri, dan si buronan terjebak di dalam kamarnya.

Pendeta Zhang baru kembali saat itu dan langsung panik juga. Cui Bei akhirnya nekat menerobos api untuk menyelamatkan si buronan. Namun mereka sulit keluar karena api sudah sangat besar dan akhirnya pingsan. Untungnya di saat kritis ini, Li Bing cs datang tepat waktu dan membawa mereka keluar.

Si buronan masih pingsan, tapi sepertinya tidak kenapa-kenapa. Cui Bei jadi semakin sedih, meyakini bencana ini terjadi karena dirinya. Pendeta Zhang berusaha menghiburnya, tapi Cui Bei terus saja menyalahkan dirinya sendiri.

Li Bing memperhatikan penataan kamar penginapan ini agak aneh. Ujung ranjang berada di dekat jendela, lampu lilin juga di ujung ranjang, bukankah itu akan menyilaukan mata? Kalau mau memadamkannya juga sulit. Biasanya lebih mudah dipadamkan jika posisi lampu di samping kepala ranjang.

Pendeta Zhang dengan canggung berkomentar bahwa orang ini mungkin punya kebiasaan khusus dalam meletakkan barang-barang di kamar. Dia bahkan langsung cepat-cepat mengajak mereka keluar dari kamar ini.

Li Bing seketika curiga mendengar ucapannya. Dengan sengaja dia menawari Pendeta Zhang untuk pindah ke kuil lain saja, tapi Pendeta Zhang menolak dengan alasan tidak akan terbiasa jika tinggal di kuil lain.

Li Bing sinis mendengarnya, "tidak terbiasa atau tidak leluasa? Jika kau benar-benar ingin bersembunyi di kuil terpencil ini sampai akhir, tidak seharusnya membakar tempat ini."

Jelas saja yang lain kaget mendengar tuduhannya. Pendeta Zhang tentu saja berusaha menyangkal, tapi Li Bing sangat yakin kalau dia sengaja membakar tempat ini karena panik.

"Orang itu adalah tahanan yang kabur dari penjara beberapa waktu yang lalu. Kenapa dia tidak takut perjalanan jauh dan khusus datang ke sini? Kau pasti tahu alasannya, kan?"

Cui Bei kaget mendengarnya, buronan itu memang khusus datang kemari untuk mencari Pendeta Zhang. Jadi mereka saling mengenal?

Li Bing yakin kalau mereka bukan cuma saling mengenal, melainkan memiliki hubungan yang lebih dalam. Kalau dia tidak salah menebak, mereka adalah komplotan dari kasus lama.

Pendeta Zhang bersembunyi di tempat terpencil ini, pantas saja orang-orang pemerintahan sulit menemukannya. Mereka merampok sejumlah uang dari pemerintah. 

Namun saat sedang pembagian uang curian, si buronan tertangkap, sedangkan Pendeta Zhang berhasil kabur dan membawa pergi semua uang curian dan bersembunyi di sini, dan menjadi pendeta Tao liar.

Pendeta Zhang masih terus berusaha menyangkal dan menuntut bukti. Namun saat Li Bing mengklaim kalau dia sudah menemukan uang curiannya, Pendeta Zhang seketika panik sehingga tak sengaja membongkar kebohongannya sendiri.

Padahal Li Bing berbohong dan memancing Pendeta Zhang dengan menggunakan uang miliknya sendiri. Pendeta Zhang dan si buronan pun akhirnya ditangkap.

Namun Cui Bei masih sedih. Saat mendengar mereka semua naik gunung khusus untuk mencarinya dan bukan cuma mengejar buronan, dia sontak berlinang air mata penuh haru.

Dia benar-benar berterima kasih pada mereka. Dia selalu takut orang lain akan keberatan karena dia bernasib buruk, makanya dia selalu menghindar duluan sebelum orang lain bicara apa pun dan menjaga jarak. 

Sejak kecil, dia sudah dianggap pembawa sial. Ibunya meninggal dunia tak lama setelah melahirkannya. Ayahnya sebenarnya menyayanginya, namun beliau pun pada akhirnya meninggal dunia beberapa tahun kemudian.

Waktu itu dia sudah berusaha menangis memohon-mohon agar ayahnya tidak pergi, namun Ayah harus tetap harus pergi untuk melaksanakan tugas. Namun pada akhirnya, ayahnya malah pergi meninggalkannya selama-lamanya.

Sejak saat itu, dia sering digosipkan sebagai pembawa sial. Bahkan teman-teman sekelasnya di Akademi Kenegaraan pun sering menggosip buruk tentangnya, menuduhnya selalu menjadi juara satu karena dia adalah pembawa sial bagi orang lain.

Dia sering memimpikan kedua orang tuanya. Namun setiap kali, dia hanya melihat punggung mereka yang berjalan pergi meninggalkannya. Makanya dia sering berpikir kalau mereka mungkin menyalahkannya sampai-sampai mereka bahkan tidak ingin bertemu dengannya dalam mimpi.


"Orang sepertiku ini, terlahir untuk membawa petaka. Apakah cocok untuk tinggal di Mahkamah Agung?"

"Perkataan bodoh apa yang kau katakan?"

"Mendengarmu bicara begitu banyak, aku merasa orang tuamu sangat menyayangimu. Bagaimana bisa kau bilang kalau mereka membencimu?" ujar Wang Qi.

Li Bing malah berpikir dan khawatir kalau-kalau Cui Bei hampir menemui bahaya karena mereka. Jika bukan karena Cui Bei mengkhawatirkan keselamatan mereka, maka Cui Bei tidak akan nekat naik gunung sendirian dan tidak akan terlibat dalam perselisihan antar pencuri.

Tidak ada yang namanya aura negatif dan kesialan. Segalanya berasal dari hatinya sendiri. Dia tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri atas kebakaran yang terjadi kemarin. Bagaimanapun, mereka tidak bisa memprediksi masa depan.

Malah sebaliknya, Cui Bei sebenarnya sangat berjasa menyelamatkan nyawa si buronan. Jika tidak, orang itu pasti sudah mati dalam kebakaran. Jadi bisa dibilang, Cui Bei adalah bintang keberuntungan.

Daripada berpikir kalau dia membawa sial bagi orang lain, seharusnya dia berpikir bahwa semua bahaya yang pernah dia alami, membuatnya jadi bisa menguasai situasi berbahaya dengan sempurna dan bersikap tenang.

"Kau membaca berbagai kitab. Semua kasus aneh dan detil kasus penting, bisa kau hafalkan dengan lancar. Namun hanya dokumen ini," Li Bing mengeluarkan gulungan dokumen yang mereka temukan di antara tumpukan dokumennya Cui Bei, "jelas sudah bertahun-tahun yang lalu, ini selalu disimpan di atas mejamu. Dilihat dari jejaknya, kenapa ini tidak pernah dibuka?"

Li Bing sudah membacanya, makanya dia bisa menebak apa alasannya. Karena di dalam dokumen ini tercatat penyebab kematian ayahnya, makanya Cui Bei tidak berani melihatnya. Dia takut kalau yang tertulis di sini adalah malapetaka yang tidak diinginkan, takut kalau dialah yang menyebabkan kematian ayahnya.

Dia selalu membaca dokumen kasus untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa hidup dan mati sudah ditakdirkan. Cui Bei sejatinya ingin melepaskan semua ini. Jadi, kenapa dia tidak membuka dokumen ini dan melihatnya?


Tapi Cui Bei masih terlalu takut, maka Li Bing pun mengubah sarannya menjadi perintah yang wajib Cui Bei laksanakan. Periksa kebenaran dokumen ini. Jika ada yang salah, luruskan dan selidiki dengan jelas.

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments