Sinopsis White Cat Legend Episode 16

Tiba di kediaman Keluarga Qin, mereka tidak bisa segera bertemu sang tuan rumah, Qin Shu - kakak korban, karena orangnya sedang mengajar.

Pelayan menjamu mereka dengan teh, tapi si pelayan agak aneh, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya mereka bisa bertemu juga.

Namun Qin Shu benar-benar dingin menanggapi masalah kematian adiknya sendiri. Dia bahkan secara tak langsung menegaskan bahwa dia tidak peduli sama sekali dengan kematian Qin Wan dan langsung mengusir mereka, bahkan sebelum Li Bing sempat menanyakan apa pun.

Si kakak tidak bisa diajak bekerja sama, Li Bing pun ganti haluan ke si pelayan. Dia tahu kalau si pelayan ingin mengatakan sesuatu, makanya dia mencoba memancing saat si pelayan mengantarkan mereka keluar. 

Pelayan memberitahu mereka, bahwa hubungan kakak-adik itu memang kaku dan renggang. Qin Shu sangat ketat pada Qin Wan dengan harapan dan tujuan agar Qin Wan akan menjadi orang yang berguna.

Namun Qin Wan itu orang yang lemah hatinya. Tidak suka belajar dan hanya suka musik. Semakin dia dikekang, dia jadi semakin takut dan semakin menarik diri. Pada akhirnya, semua itu membuat Qin Wan semakin mengalami kemunduran, bahkan bicaranya pun menjadi gagap. Dia juga semakin takut untuk bertemu orang lain. Pada akhirnya, Qin Shu pun menyerah dan membiarkannya begitu saja. 

Namun suatu hari, Qin Wan tiba-tiba saja menjadi penuh gairah dan semangat, belajarnya pun menjadi semakin fokus. Semua orang mengira kalau pikirannya sudah terbuka. Qin Shu pun senang sehingga dia merekomendasikan Qin Wan ke Akademi Kenegaraan, juga meminta Menteri Bentara untuk ikut merekomendasikan Qin Wan.

Qin Shu kemudian membawa Qin Wan mengunjungi Menteri, tapi tak lama kemudian, Qin Shu langsung mengusir Qin Wan. Itu karena Qin Wan mempermalukan keluarga saat berkunjung ke rumah orang gara-gara terlalu banyak mengonsumsi Bubuk Lima Mineral.

Saat itulah Qin Shu baru mengetahui bahwa selama ini Qian Wan diam-diam mengonsumsi Bubuk Lima Mineral. Qin Shu sebagai Kepala Akademi Kekaisaran pastinya menomorsatukan moral. Moral adalah harga dirinya, makanya dia tega mengusir adiknya sendiri.


Setelah Qin Wan diusir, Pelayan Wu pernah beberapa kali mengunjunginya. Sungguh kasihan dan sangat disayangkan. Tanpa adanya keluarga yang membatasinya, sifat buruknya semakin menjadi-jadi, termasuk kebiasaan buruknya mengonsumsi Bubuk Lima Mineral.

Dia benar-benar kecanduan dan tidak bisa berhenti hingga akhirnya jadi orang gila. Seandainya Qin Shu memanggilnya pulang, mungkin Qin Wan tidak akan mati dengan tragis.

Dari menanyai beberapa murid, ternyata banyak yang tidak tahu apa-apa tentang Qin Wan, cuma tahu kalau dia adiknya Kepala Akademi Kekaisaran. 

Cui Bei lulusan Akademi Kenegaraan, tapi entah mengapa dia malah menolak ikut masuk untuk menanyai orang-orang di sana. Malah saat para murid menyadari kalau Wang Qi dan Sun Bao adalah orang-orang MA yang notabene, rekan kerjanya Cui Bei, mereka mendadak ketakutan dan langsung kabur. Pfft! Sepertinya karena Cui Bei dulunya murid yang terlalu pintar.

Salah satu guru juga tidak tahu kalau Qin Wan punya kebiasaan mengonsumsi Bubuk Lima Mineral. Dia membenarkan bahwa Qin Wan memang tidak pandai bersosialisasi dan kurang bisa berekspresi.

Suatu hari, dia pernah melihat Qin Wan bermain kecapi, dan dia akui bahwa kemampuan bermain kecapinya sangat bagus dan enak didengar. Namun juga terdengar sedikit aura depresi dalam permainan musiknya.

Namun alasan kenapa Qin Wan berhenti sekolah, dia sendiri tidak tahu apa-apa, dan menyarankan mereka untuk bertanya kenapa Menteri Bentara saja.

Di salah satu biro penjual es, Shangguan Qin dan Alibaba mengetahui bahwa biro es ini juga menjual sisa es, pecahan-pecahan es yang sebenarnya tidak layak dijual, namun biasanya ada orang yang bersedia membelinya dengan harga murah. 

Kemarin ada orang yang membeli sisa es, seorang pengrajin payung bernama Du Cheng. Tapi buat apa pengrajin payung butuh sisa es?... Ya karena orang ini juga pengguna obat Bubuk Lima Mineral.

Mereka berdua pun pergi mencari Du Cheng ke toko payungnya. Ada satu payung yang paling menarik perhatian Shangguan Qin karena dilukis dengan warna merah dan ada bekas darah. 

Saat dia menggeser letak payung itu, terlihatlah mayat Du Cheng yang baru mati, lalu tiba-tiba seseorang melempar payung ke mereka lalu kabur. Larinya cepat sekali sehingga Shangguan Qin gagal mengejarnya.

Tak lama kemudian, semua orang berkumpul di TKP. Koroner tidak menemukan adanya luka luar di mayat tersebut, hanya saja, ada luka lama di bagian pinggang yang membuat otot dan tulangnya agak lemah.

Di bagian sudut mulut korban juga ditemukan Bubuk Lima Mineral, sama seperti keadaan mayat Qin Wan. Jadi kesimpulannya, korban mati karena keracunan.

Li Bing mencium aroma kayu cendana yang membuatnya menemukan sebuah kotak kayu cendana yang berisi beberapa surat hutang Qin Wan kepada kreditur bernama Liu Yao Shi, juga ada sebuah sapu tangan sutra.

Dari melihat sepatu korban, Wang Qi menduga kalau Du Cheng-lah orang yang memanjat tembok rumah Qin Wan. Wang Qi juga yakin kalau kotak kayu cendana ini bukan milik korban. Tidak mungkin seorang pengrajin kayu menggunakan kotak kayu cendana untuk menyimpan barang-barang. Berarti, kemungkinan Du Cheng-lah pembunuh Qin Wan. Tapi kalau begitu, siapa orang yang tadi melarikan diri?

Dilihat dari kondisi mayat Du Cheng, Shangguan Qin menyimpulkan bahwa Du Cheng bukan mati dibunuh. Selain itu, Du Cheng sedang menggambar payung saat dia meninggal, yang itu artinya, dia tidak merasa waspada terhadap siapa pun yang ada di dalam ruangan ini. Jadi mungkin orang itu adalah komplotan yang membunuh Qin Wan. Mungkin pula dia sebenarnya baru muncul di sini setelah Du Cheng mati. 

Dari melihat kemampuan lukisnya yang jelas menunjukkan kalau dia pelukis berbakat, Cui Bei menduga dan akhirnya benar-benar menemukan informasi bahwa Du Cheng pernah belajar di Akademi seni.
Dokumen itu menyebutkan bahwa Du Cheng pernah tak sengaja terjatuh dari ketinggian saat melukis dinding beberapa tahun yang lalu.

Kecelakaan itu menyebabkan pinggangnya cedera dan kemampuan kedua tangannya melemah sehingga tidak bisa lagi melukis. Akhirnya dia terpaksa meninggalkan Akademi Seni. Lukisan-lukisan di banyak payung memang menunjukkan kalau kemampuan tangannya sudah lemah, lukisan terakhir yang dia lukis sebelum meninggal-lah yang sangat berbeda.

Malah, lukisan itu terlihat lebih baik daripada lukisan yang dia buat sebelum terluka. Cui Bei curiga kalau itu karena dia mengonsumsi terlalu banyak Bubuk Lima Mineral.

Wang Qi tak percaya, memakan Bubuk Lima Mineral hanya berefek meningkatkan semangat dan bukannya menyembuhkan tangan yang cacat. Li Bing juga tak yakin kalau Du Cheng-lah pembunuh Qin Wan. Mana mungkin orang yang tangannya sudah lemah, membuat luka tusukan yang begitu dalam di tubuh Qin Wan.

Selain itu, di beberapa surat hutang ini, disebutkan bahwa Qin Wan meminjam uang. Meminjam uang itu butuh penjamin. Jadi siapakah penjamin hutangnya Qin Wan?

Selain itu, saputangan sutra ini biasanya digunakan untuk membersihkan kecapi. Tapi di mana kecapinya?
Shangguan Qin menduga bahwa mungkin orang yang memberikan pinjaman ini bekerja sama dengan Du Cheng untuk membunuhnya dan merampas kecapinya Qin Wan karena mungkin kecapi itu sangat berharga. 

Mereka semua kemudian berpencar lagi. Shangguan cs menyelidiki masalah pinjaman uang, sedangkan Wang Qi cs pergi ke kediaman Menteri Bentara.

Li Bing penasaran, Qin Wan hobi bermain kecapi, tapi untuk siapa dia memainkannya. Selain itu, halaman depan di rumah kecilnya Qin Wan jelas menunjukkan kalau tempat itu pernah terawat sebelumnya. Dia tidak yakin kalau Qin Wan, yang notabene seorang pecandu, yang mengurus halaman rumahnya.

Selain itu, ada noda merah di kain pembersih kecapi ini. Ini jelas bekas Bubuk Lima Mineral, sama dengan yang ditemukan di tempat Qin Wan.

Li Bing lalu membawa Chen Shi menemui si Wanita Asing dengan membawa botol Bubuk Lima Mineral yang si wanita konfirmasi mirip dengan resepnya Du Zi Xu, namun tanpa adanya penambah khasiat. 

Dia tidak tahu apa sebenarnya penambah khasiat itu. Namun penambah khasiat itu adalah kunci utama dari obat ajaibnya Du Zi Xu.  Tanpa penambah khasiat, maka obat itu hanya akan menjadi Bubuk Lima Mineral. Kabarnya, penambah khasiat itu berasal tulang hewan tertentu dan memiliki efek luar biasa.

"Apakah bisa membuat orang yang kedua tangannya cacat, menjadi bisa memegang kuas kembali?" tanya Li Bing.

"Seharusnya bisa. Dari mana kau mendapatkan obat ini?"

"Dari tempat seorang pecandu."

"Di mana dia?"

"Sudah mati."

Kalau begitu, Wanita Asing menyimpulkan bahwa kematiannya pasti berhubungan dengan pembuatan obat. Ada banyak sekali orang yang ingin menemukan resepnya Du Zi Xu tapi tidak ada yang pernah berhasil.

Li Bing jadi penasaran, untuk apa sebenarnya dia ingin mencari obat ajaib ini. Demi mendapatkan uang atau untuk mengobati penyakit? Atau dia mau awet muda? Obat ini sudah melibatkan banyak nyawa, karena itulah, Li Bing menginginkan penjelasan yang masuk akal. 

Wanita itu mengaku kalau dia sebenarnya ingin mencari pembunuh ayahnya. Ayahnya memiliki kapal dan memiliki bisnis yang tidak biasa. Misalnya, mengangkut barang atau orang yang tidak leluasa untuk diangkut.

Beliau menerima bisnis seperti ini tiga tahun yang lalu. Yaitu menjemput seseorang naik kapal. Namun kemudian, sang ayah dan si penumpang sama-sama terbunuh. Penumpang kapal itu adalah Du Zi Xu. Hah?

Alasannya menyelidiki Setangkai Bunga adalah karena Setangkai Bunga dan Du Zi Xu sebelumnya pernah berada di penjara yang sama. Dia juga penasaran apa alasan Li Bing menyelidiki Setangkai Bunga?

"Sebuah kasus yang ditangani ayahku saat masih hidup, sangat mirip dengan hal yang ingin kau selidiki."

"Hakim Muda Li tidak perlu sungkan. Karena aku memberitahumu semua ini, artinya aku percaya pada kemampuan Hakim Muda. Jika kau menemukan pembunuhnya atau menemukan benda itu..."

"Aku akan segera memberitahumu."

Wang Qi cs menemui Menteri Bentara untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi waktu Qin Shu membawa Qin Wan berkunjung kemari. Awalnya beliau agak ragu mengingat kejadian itu agak memalukan, tapi akhirnya mau juga bicara. 

Waktu Qin Wan dibawa kemari, Menteri Bentara berniat untuk mengujinya dengan beberapa tugas harian, menguji pengetahuan dan pemahamannya, dengan tujuan untuk merekomendasikannya jika dia benar-benar berbakat.

Namun Qin Wan sangat gugup, bicaranya terbata-bata, mengucap satu kalimat saja butuh waktu lama. Raut wajah Qin Shu pun semakin lama semakin jelek. Menteri Bentara akhirnya menyerah untuk menanyainya. 

Namun Qin Shu menolak berhenti dan terus memaksa Qin Wan untuk membacakan karya sastra yang sebelumnya sudah disiapkan dan dihafal. Namun begitu mendengar perintah itu, Qin Wan langsung keluar dengan alasan ke toilet. 

Begitu dia kembali, dia mendadak berubah menjadi orang yang sangat berbeda, menjadi penuh semangat dan tidak ketakutan lagi, tapi juga malah jadi lebih kurang ajar. Saat Qin Shu membentaknya karena salah membaca puisi, Qin Wan seketika membaca puisi dengan semakin ngawur seperti cerocosan orang mabuk. 

Siapa pun yang melihatnya juga pasti bisa tahu bahwa ada yang aneh dari Qin Wan. Namun Qin Wan bahkan sepertinya tidak menyadari keanehan dirinya sendiri. Qin Shu jadi begitu marah sehingga langsung menyiramnya dengan segelas air, dan seketika itu pula, Qin Wan mendadak ngompol di celana. 

Sepertinya dia mengonsumsi Bubuk Lima Mineral waktu di toilet. Menteri Bentara merasa bahwa ini karena didikan Qin Shu terlalu keras. Awalnya dia mengira kalau kakak beradik itu bisa berbaikan. Sekitar sebulan yang lalu, Qin Wan pernah datang mencarinya. Dia terlihat normal waktu itu, masih agak gagap, tapi jauh lebih tenang. 

Dia juga bilang kalau dia sudah tidak lagi mengonsumsi Bubuk Lima Mineral. Dia datang untuk memintanya menjadi perantara untuk bicara dengan Qin Shu agar dia bisa segera kembali ke rumah.
Berarti seharusnya kakak-adik itu pernah bertemu lagi, tapi mungkin Qin Shu tidak menyetujui permintaan Qin Wan.

Shangguan Qin menemukan kreditur bernama Liu Yao Shi. Tapi orangnya rada nyebelin dan menolak memberi informasi apa pun tanpa imbalan duit. Shangguan Qin jadi kesal sama dia, apalagi dia juga tidak bawa uang, dan akhirnya pergi tanpa hasil. Namun tepat setelah dia pergi, tiba-tiba ada dua pria asing sangar yang mendatangi Liu Yao Shi.

Entah apa yang terjadi, tak lama kemudian, Liu Yao Shi mendadak mengejar Shangguan Qin, berlutut di hadapannya, memohon maaf, bahkan sampai menghukum dan menampar dirinya sendiri dengan dramatis di hadapan banyak orang.

Bahkan tiba-tiba saja dia berbaik hati memberi informasi bahwa Qin Wan memang menggadaikan kecapinya. Namun kemarin sudah ditebus oleh seorang wanita. Wanita itu juga meninggalkan sebuah rumbai dan langsung menyerahkan benda itu ke Shangguan Qin dengan takut-takut. 

Hmm, kayaknya kedua pria asing sangar tadi adalah temannya Alibaba yang memang diam-diam membuntuti Shangguan Qin.

Shangguan Qin kemudian mendatangi sebuah toko aksesoris untuk mencari tahu tentang rumbai itu. Tapi aneh, tidak ada orang yang menjaga toko. Malah kemudian dia mendengar suara teriakan tertahan seorang wanita yang ternyata disekap di dalam toko.

Tim Aula Mingjing benar-benar kasihan mendengar kisah Qin Wan. Dia dipaksa sekeras itu oleh kakaknya sampai-sampai dia ngompol di celana. Kadang memang ada saja manusia yang suka memaksakan standarnya kepada orang lain, dan ada juga orang-orang yang terpaksa mengalah dan pada akhirnya cuma bisa menyalahkan diri sendiri.

Sejak kecil diperlakukan begitu keras oleh kakaknya, wajar saja kalau mentalnya menjadi abnormal sehingga pada akhirnya membuatnya tersesat mengonsumsi Bubuk Lima Mineral. Tapi Li Bing agak bingung, Menteri Bentara bilang kalau Qin Wan sudah berhenti mengonsumsi Bubuk Lima Mineral. Tapi orang yang sudah kecanduan seharusnya sulit berhenti.

Alasan Qin Wan mengonsumsi Bubuk Lima Mineral adalah karena tekanan mental, tekanan mental adalah penyakit hati. Jika penyakit hati tidak diobati, lalu bagaimana bisa dia berhenti mengonsumsi Bubuk Lima Mineral? Apa mungkin Qin Wan berbohong? 

"Belum tentu juga," duga Li Bing.

Bersambung ke episode 17

Post a Comment

0 Comments