Sinopsis Legend of Shen Li Episode 21

Shen Li penasaran dengan kamarnya Xing Zhi dan mendapati ada sebuah lukisan gunung ajaib, sepertinya itu lukisan Langit di luar langit, dan lukisan itu bisa dimasuki.

Shen Li pun masuk ke lukisan tersebut dan mendapati di dalamnya adalah altar pemujaan papan roh para mendiang dewa kuno.

Para papan roh dewa kuno itu tampaknya antusias dengan kedatangannya dan menyambutnya dengan baik. Salah satu papan roh dengan nama Dewa Qian Ji bahkan membawa Shen Li melihat ingatan masa lalunya, ke masa kelahiran Xing Zhi.

Xing Zhi dewa kuno yang paling bungsu, namun Hukum Langit tidak memberinya wahyu, makanya tidak ada yang tahu apa sebenarnya misi dari kelahiran Xing Zhi. Shen Li antusias banget dengan ingatan masa lalu itu, membuatnya jadi semakin penasaran ingin mengetahui masa lalu Xing Zhi.
 

Maka papan roh dewa kuno lain pun langsung maju memberikan ingatan masa lalunya padanya, memperlihatkan betapa usil dan kekanak-kanakannya Xing Zhi dulu. Dari ingatan masa lalu itu juga dia mengetahui bahwa hidup para dewa kuno itu sangat amat nyaman sehingga mereka tidak memiliki kewaspadaan akan bahaya apa pun. Bahkan tidak ada pengadang di jalan masuk ke tempat ini, makanya dia bisa memasuki tempat ini dengan mudah. 


Shen Li masih ingin lagi, tapi Xing Zhi mendadak muncul, menegurnya bahwa dia tidak seharusnya sembarangan masuk ke sini. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur. Pfft!

Karena dia sudah datang, sekalian saja Xing Zhi ajak dia untuk memberikan penghormatan pada para papan roh dewa kuno. Biasanya papan-papan roh ini tidak akan sembarangan bergerak, tapi kali ini mereka sangat antusias dengan kedatangan Shen Li, makanya mereka mengerubungi Shen Li.

Melihat Xing Zhi di antara papan-papan roh ini, Shen Li seketika sadar kalau Xing Zhi benar-benar sendirian, dia benar-benar dewa kuno terakhir. Entah siapa yang tahu sudah berapa Xing Zhi hidup sampai sekarang.
 
 
Papan-papan roh ini dulunya temannya, tapi sekarang mereka tidak akan kembali lagi dan tidak akan bisa menemaninya lagi, meninggalkannya mengawasi dan menjaga Tiga Alam seorang diri.

Shen Li penasaran apakah Xing Zhi bisa merasakan kesepian. Jika dia yang mengalami situasi seperti ini, menjaga Alam Spiritual seorang diri, dia tidak yakin bisa sanggup bertahan hidup.

"Semua bisa asal terbiasa," ujar Xing Zhi, "apalagi aku harus memikul tanggung jawab besar. Baik kesepian yang kau bicarakan, maupun hidup dan mati, semua itu tidak berada dalam kendaliku."
 
"Dewa Kuno bukankah seharusnya menguasai segala hal di dunia?"

"Bisa dianggap begitu, namun aku sendiri adalah pengecualiannya."

Sebagai seorang dewa kuno yang memiliki kekuatan sangat besar, dia tidak boleh memiliki percintaan pribadi. Hidup dan matinya juga tidak berada di bawah kendalinya. Dia hanya bisa menunggu akhir hidupnya lalu kemudian mewujud sebagai energi semesta dan menjadi kehadiran abadi di pegunungan dan sungai. Jika tidak, maka dia belum boleh mati.
 
 
Dewa Kuno juga memiliki akhir kehidupan, sama seperti semua makhluk hidup lainnya, hanya saja umurnya lebih panjang daripada yang lain. Selama dia hidup, dia harus mengikuti Kekuatan Hukum Langit sebelum akhirnya menjadi seberkas kehidupan di langit dan bumi, menyatu dengan alam semesta. 

Jadi biarpun raganya nantinya akan binasa, namun energi dewanya akan tetap abadi untuk terus melindungi segala kehidupan di alam semesta. Tapi para mendiang dewa kuno di sini, tidak semuanya meninggal karena akhir hidupnya telah tiba. Sebagian besar dari mereka justru mengalami perubahan sebelum mencapai akhir kehidupannya.

Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Hukum Langit sehingga kesadaran ilahi mereka dicabut dan jatuh ke Dunia Fana selamanya dan menderita di sana.

Bukan hanya wujud dewa mereka hancur, energi dewa dan ilmu sihir mereka juga musnah. Xing Zhi menyaksikan sendiri bagaimana para dewa kuno ini meninggal satu demi satu dan papan roh di sini bertambah sedikit demi sedikit.
 
 
Shen Li penasaran. Jika misalnya, suatu hari nanti Xing Zhi mengalami perubahan dan kesadaran ilahinya menghilang, lalu apa yang akan terjadi pada Kolam Xutian?

Karena Xutian diciptakan oleh Xing Zhi, maka jika kesadaran ilahi Xing Zhi hilang, maka tidak akan ada energi dewa untuk mempertahankan kekuatan sihir di tempat itu. Jadi Kolam Xutian akan ikut menghilang bersamanya. Para monster di dalamnya akan ikut menghilang... beserta seluruh Alam Spiritual. Hah? Alam Spiritual juga?

Ini karena saat dia menciptakan Kolam Xutian, dia meminjam kekuatan lima elemen Alam Spiritual. Sejak saat itulah, Alam Spiritual dan Kolam Xutian telah terikat menjadi satu. Hidup dan mati bersama.
 
 
"Ternyata kau melakukan hal yang mengabaikan hidup seluruh keturunan Alam Spiritual. Jika terjadi apa pun di Kolam Xutian, bukankah Alam Spiritual-ku akan jadi yang pertama terkena dampaknya?!" kesal Shen Li.

"Jika aku tidak melakukan itu, Alam Spiritual sudah lama lenyap."

Dia benar juga. Kalau begitu, tidak boleh terjadi sesuatu pada Xing Zhi, sedikit pun tidak boleh. Dia harus hidup sampai akhir hidupnya tiba lalu meninggal dengan tenang.

"Tentu saja. Terlebih lagi, kini hanya aku seorang Dewa yang tersisa di Langit di luar langit. Seluruh Langit di luar langit mengandalkan energi dewaku seorang untuk bertahan."
 


Jika Xing Zhi sampai meninggal, maka Langit di luar langit akan tumbang. Bebatuan kecil akan jatuh dan semuanya akan mendarat di atas Sembilan Lapisan Langit. Sembilan Lapisan Langit pasti akan runtuh dan membahayakan seluruh makhluk hidup. Shen Li akhirnya sadar bahwa ucapan You Lan benar. Xing Zhi tidak boleh sampai celaka atau konsekuensinya akan sangat besar. 
 
 
Sudah sejak lama Xing Zhi sudah bukan dirinya sendiri lagi karena harus memikul tanggung jawab yang begitu berat seorang diri.

"Karena itulah... Shen Li, aku tidak boleh menyukaimu," ujar Xing Zhi. Akhirnya, dia mengungkapkan perasaannya sekaligus memberi pengakhiran akan hubungan mereka yang nggak jelas ini.

Shen Li terkejut dan canggung mendengarnya, tapi tentu saja dia mengerti. Sudah seperti ini, mana berani dia memiliki fantasi apa pun terhadap Dewa Agung.

"Hanya saja, Dewa Agung jangan berulang kali menggodaku."
 
 
"Namun, aku tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak bisa mengendalikan ingin menggodamu." (Pfft! Tadi ngomong A, sekarang ngomong B, tidak bisa berhubungan dengan Shen Li tapi juga tidak bisa melepaskannya)

"Dasar! Apa maksud ucapanmu ini? Kau sendiri yang berkata memiliki tanggung jawab tang berat dan tidak boleh jatuh cinta, kini mengatakan hal semacam ini untuk menjeratku dan juga dirimu. Kau yang mendorongku menjauh, tapi kau juga yang tidak ingin melepaskanku. Apa kau sakit jiwa?"

"Seharusnya, memang ada sedikit penyakit."

Kalau begitu, Shen Li menyatakan bahwa dia pasti akan menyembuhkan penyakitnya Xing Zhi tersebut. Xing Zhi setuju, tapi dia harap Shen Li bukan hanya mengobati gejalanya saja. Shen Li harus mengobati langsung dari sumbernya.
 
 
Dan satu lagi, jika suatu hari nanti dia meninggal dunia dan hanya meninggalkan papan roh di sini, dia harap Shen Li akan mengunjunginya di sana kalau ada waktu.

Dia benar-benar berharap Shen Li akan sering mengunjungi papan rohnya nantinya dan mengingatnya lebih lama. Dia akan sangat kesepian kalau Shen Li melupakannya dengan cepat. (Beuh! Jadi maumu apa? Kamu nggak bisa mencintai Shen Li tapi nggak mau Shen Li move on. Dasar!)
 
 

Hari ini Alam Dewa sibuk bukan main karena Perjamuan Seratus Bunga dimulai hari ini. Tapi Shen Li malah bangun kesiangan gara-gara ketiduran setelah menghabiskan seteko arak ilahi.

Di tengah acara, para dewa melihat cahaya semacam meteor yang sangat banyak. Mereka benar-benar tidak memiliki kewaspadaan diri, makanya mereka dengan santainya mengira kalau semua itu adalah tunggangan entah dewa mana.
 
 
Namun Shen Li yang saat itu sedang dalam perjalanan ke tempat acara yang tahu kalau itu bukan tunggangan dewa mana pun, melainkan puluhan bola api yang meluncur menghancurkan Taman Barat, jelas yang mereka incar adalah altar pemujaan papan roh dewa-dewa kuno.

Shock, Shen Li pun bergegas balik dan berusaha menggunakan kekuatan pheonix-nya untuk memblokir bola-bola api itu sambil mengutuki para dewa yang sangat ceroboh karena tidak membangun pelindung untuk melindungi tempat sepenting ini. 

Sudah selama ini tapi belum juga ada yang datang membantunya. Jika misalnya Alam Spiritual menyerang Alam Dewa, mereka pasti bisa membinasakan tempat ini dengan mudah mengingat betapa bodohnya para dewa itu.
 
 
Kekuatan bola-bola api itu sangat kuat sehingga pada akhirnya Shen Li terbanting mundur. Untungnya Xing Zhi akhirnya tiba tepat waktu sebelum sebuah bola api besar menghantam Shen Li, dan hanya dengan sekali kibasan tangannya, semua bola api itu musnah tak berbekas. Keren!

Kekuatannya sebesar ini, pantas saja Hukum Langit melarang Dewa Agung jatuh cinta. Jika dia memanfaatkan kekuatan sehebat ini demi perasaan pribadi, dunia pasti akan kacau.
 


Shen Li tidak kuat lagi dan akhirnya terguling dari atap, tapi untungnya Xing Zhi sigap menangkapnya sebelum dia menghantam lantai sebelum kemudian mengomelinya saking cemasnya karena Shen Li nekat membahayakan nyawanya sendiri.

Para dewa baru datang tepat saat Xing Zhi membopong Shen Li pergi untuk mengobatinya. Kaisar Langit langsung memerintahkan agar masalah ini diselidiki dengan jelas, tapi bahkan setelah tiga hari kemudian, mereka masih belum juga mendapatkan hasil.
 
 
Kaisar Langit jadi marah karenanya, baru sadar sekarang bahwa Alam Dewa selama ini hidup terlalu santai dan malas. Sepertinya mereka sudah harus mulai ditertibkan.

Tak lama kemudian, salah satu dewa melapor bahwa mereka mendapatkan petunjuk, jejak penyerang bola api itu berasal dari bagian utara. Sayangnya, saat mereka tiba di sana, sudah tidak ada satu pun yang hidup di tempat itu.

Pelakunya adalah Klan Laut Utara (Ah? Itu kan klan temannya Fu Rong yang diculik waktu itu?). Tapi aneh sekali, klan itu selama ini sangat ramah dan lembut dan tidak pernah menyebabkan peperangan. 

Kenapa sekarang mereka malah menyerang Alam Dewa? Pasti ada konspirasi di baliknya. Kaisar Langit pun memerintahkan seorang dewa untuk pergi ke Laut Utara dan menyelidiki perkara ini sampai tuntas.
 
 
You Lan mendapati tempat perawatan Shen Li dilindungi dengan kubah pelindung. Dia kira ini kerjaannya Fu Rong, tapi kemudian, dia malah melihat yang bersama Shen Li ternyata Xing Zhi, dan sekarang, kedua orang itu sedang otot-ototan bak pasutri lagi tengkar.
 
 

Shen Li menuntut dikeluarkan dari tempat ini karena merasa sudah pulih, tapi Xing Zhi ngotot melarangnya keluar sebelum lukanya sembuh total. Shen Li ngotot meyakinkan kalau dia terluka cuma gara-gara kekuatannya banyak berkurang setelah memurnikan miasma di Kolam Xisui, kalau tidak, dia pasti tidak akan kalah.

Namun Xing Zhi memberitahu bahwa Shen Li masih hidup dan masih bisa mencerewetinya sekarang itu berkat energi dewa dari papan-papan roh dewa kuno yang memancar keluar dan melindungi Shen Li.
Tapi tetap saja Shen Li ngotot mau keluar, tapi Xing Zhi ngotot menghadangnya. Shen Li jadi tambah kesal dan akhirnya mengejek para dewa yang kerjanya tidak becus itu. 

Sudah tiga hari, tapi belum juga mendapatkan hasil. Kalau dia, dia pasti sudah mengambil tombaknya lalu menghancurkan markas para penjahat itu. Xing Zhi geli mendengarnya, jadi intinya, Shen Li tidak terima ditindas, makanya dia ingin balas dendam. Tapi dia tetap tidak boleh pergi.
Bersambung ke episode 22

Post a Comment

0 Comments