Malam itu juga, Shen Li dan Xing Zhi pergi mencari pelakunya. Awalnya tampak tidak ada apa-apa, tapi kemudian Xing Zhi seenaknya mencabut sehelai rambutnya Shen Li dan menyihirnya menjadi kupu-kupu yang menuntun mereka untuk melihat sesuatu yang kasat mata... markas utama Gerbang Fu Sheng.
Wuih! Keren juga sihirnya, tapi Shen Li kesal, "lain kali cabut sendiri rambutmu!"
Tak berapa lama masuk, mereka langsung diserang. Namun tentu saja Shen Li dengan cepat memusnahkan mereka dengan tombak saktinya, kecuali satu orang untuk diinterogasi.
Dari dialah, mereka mendapat informasi bahwa dalangnya ada di sebelah kanan. Sementara di sebelah kiri adalah tempat para roh gunung dan Dewa Bumi dikurung.
Shen Li dan Xing Zhi akhirnya memutuskan untuk berpencar. Xing Zhi ke sebelah kiri untuk membebaskan para tahanan, Shen Li ke sebelah kanan untuk menangkap si pelaku.
Yang tidak disangka Shen Li, dalang utamanya ternyata adalah Fu Sheng, pria yang dulu membakar rumahnya Xing Yun. Hah? Shen Li jelas bingung melihat orang ini masih hidup, bukannya dia cuma manusia fana? Siapa dia sebenarnya? Apa tujuannya memfitnah Alam Spiritual?
Fu Sheng menjawabnya dengan menghadirkan satu anak buahnya lagi untuk menyerang Shen Li. Namun yang tidak Shen Li sangka, penyerangnya kali ini ternyata adalah Zi Xia, jenderalnya yang mati di Kolam Xutian.
Dia diam-diam dihidupkan kembali oleh Fu Sheng menjadi semacam zombi yang bisa Fu Sheng kendalikan dengan mudah. Namun Zombi Zi Xia benar-benar sangat kuat sampai Shen Li pun tak berdaya melawannya.
Saat Zombi Zi Xia mencekik Shen Li sekuat tenaga, Fu Sheng melihat ada sesuatu yang bersinar dari dalam tubuh Shen Li. Dia jelas mengenali sinar apa yang ada di dalam tubuh Shen Li itu, dan seketika membuatnya langsung sadar siapa sebenarnya Shen Li (Hah?). Sontak saja dia langsung menghentikan Zombi Zi Xia karena Shen Li masih akan berguna (untuk apa?).
Untungnya di saat Shen Li sangat kritis ini, Xing Zhi merasakan adanya bahaya itu. Dengan cepat dia menggunakan sihirnya untuk membebaskan para tahanan lalu secepat kilat menyelamatkan Shen Li.
Dia sontak murka melihat wanita yang dicintainya sekarat hingga dia langsung mengibaskan tangannya, seketika menyihir seluruh tempat itu menjadi es lalu memusnahkan semuanya, termasuk Fu Sheng, dan miasma di seluruh kota pun akhirnya menghilang.
Rakyat akhirnya bisa lega dan bersuka cita, tapi tentu saja beberapa pasien masih harus disembuhkan. Jing Yan perhatian pada Nona Shi, tapi Nona Shi bisa melihat dengan jelas kalau pikiran Jing Yan tidak sepenuhnya ada padanya saat dia menyadari Jing Yan terus menerus menatap Jing Xi dengan tatapan cemburu gara-gara Jing Xi sedang menemani Fu Rong keliling mengobati para pasien.
Namun saat Nona Shi menyarankannya untuk menemani Jing Xi, Jing Yan bersikeras menolak dan mau tetap menemani dan membantu menyuapinya obat.
Namun tak lama kemudian, Jing Yan melihat Fu Rong mengusap kepala Jing Xi yang sontak membuatnya semakin cemburu hingga dia refleks membentak Fu Rong dan memaksa Jing Xi untuk mengikutinya.
Fu Rong jelas kesal diganggu sama dia, Jing Xi pun tidak terima diperintah-perintah seperti ini dan dengan sarkas menyuruh Jing Yan untuk memperhatikan Nona Shi saja daripada membentaknya padahal dia bahkan tidak salah apa-apa.
Tepat saat itu juga, Xing Zhi kembali dengan membopong Shen Li yang sekarat dan menyuruh Fu Rong untuk membantunya menyembuhkan Shen Li.
Begitu mengecek nadinya, Fu Rong seketika bisa merasakan adanya kekuatan aneh yang sedang bergejolak dan menyatu ke dalam tubuh Shen Li, entah karena dia keracunan atau kena ilmu kutukan (Kayaknya itu kekuatan mutiara yang sedang menyatu dengan tubuhnya Shen Li).
Maknaya dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi tadi sehingga membuat Shen Li jadi seperti ini. Kenapa tadi mereka tidak merundingkannya lebih dulu dengannya sebelum mereka melakukan tindakan apa pun.
"Dia tidak akan mempercayaimu. Dia juga tidak akan percaya padaku," ujar Xing Zhi, "dia tidak akan percaya pada siapa pun dari Alam Dewa."
Kalau saja dia tidak terluka separah ini sampai tidak mampu bergerak, dia pasti akan terus mengejar si pelaku sampai dapat. Dia benar-benar terlalu keras kepala.
"Oleh karena itu, siapa yang akan menikahi seorang wanita kesatria sepertinya? Wanita macam ini, mana ada kelemahan dan aura feminin yang membuat orang mengasihaninya," komentar Fu Rong.
"Ada," ucap Xing Zhi, "dia memilikinya (orang yang mau menikahinya)"
Oww, Fu Rong jelas penasaran mendengar itu. Dia tidak salah dengar, kan? Dewa Agung Xing Zhi yang biasanya berhati dingin dan tidak berperasaan. Selama jutaan tahun tidak pernah mendengar dia menyukai siapa pun. Kenapa dia bisa begitu mengasihi Shen Li? Hmm, tapi sayangnya, kayaknya Fu Rong tetap terlalu bodoh untuk melihat keanehan hubungan mereka.
Berkat gabungan kekuatan mereka selama satu hari satu malam, kondisi Shen Li akhirnya mulai membaik.
Fu Rong penasaran siluman macam apa yang bisa membuat seorang Ratu Bicang yang biasanya sangat kuat dan tak terkalahkan, malah jadi seperti ini?
Xing Zhi memberitahu bahwa ada dua jenis kekuatan yang tidak menyatu sempurna di dalam tubuhnya Shen Li, tapi menolak menjelaskannya lebih lanjut.
Tapi yang pasti, masalah penculikan Dewa Bumi ini jelas bukan masalah sederhana. Meski Xing Zhi sudah memusnahkan dalangnya, tapi entah apakah orang itu masih punya rencana rahasia lainnya atau tidak.
Karena itulah, dia memerintahkan Fu Rong untuk balik ke Alam Spiritual besok untuk melaporkan segalanya pada Penguasa Spiritual. Bilang pada Penguasa Spiritual untuk bersiap dengan baik, setelah itu, Fu Rong harus segera kembali ke Alam Dewa. Ini masalah sangat penting, tidak boleh ditunda.
Tidak perlu mengkhawatirkan masalah miasma, Xing Zhi sudah memusnahkan sumber miasmanya. Ditambah lagi, para Dewa Bumi juga sudah kembali ke tempat masing-masing. Jadi, miasma pasti akan akan menghilang sepenuhnya cepat atau lambat.
Di luar, suasana tampak jelas canggung di antara Jing Yan, Jing Xi dan Nona Shi. Jing Yan tampak lebih perhatian pada Nona Shi, tapi begitu Jing Xi mendekati Fu Rong yang saat itu baru keluar kamar, dia langsung cemburu. (Halah! Cowok nggak jelas)
Fu Rong dengan sedih mengaku bahwa selama beberapa waktu ini, dia sebenarnya sangat bangga dengan dirinya sendiri yang mampu melindungi orang-orang di akademi ini.
Tapi setelah melihat kondisi Shen Li, dia tiba-tiba merasa kalau dia seperti tidak melakukan apa-apa. Sungguh dia tidak pernah menyangka akan ada orang yang bisa menyakitinya sampai separah itu. Kalau misalnya dia sendiri yang mengalami itu, mungkin dia sudah mati kesakitan.
"Dewa, kau sangat hebat," puji Jing Xi menyemangatinya.
"Entah Shen Li mampu bertahan melalui masalah kali ini atau tidak."
"Dewa yang satu lagi juga sangat hebat. Selain itu, aku menyadari dia sangat baik pada Dewa itu (Shen Li). Dia pasti akan menyelamatkan Dewa."
"Benar juga. Dewa Agung mampu melakukan segalanya."
Sementara itu di kamar, Xing Zhi memeluk Shen Li yang masih belum sadarkan diri dengan sedih. Memang benar kalau Shen Li memang tidak seperti gadis-gadis pada umumnya yang suka berhias dan bersikap lemah lembut.
Itu karena Shen Li terlalu kuat, dia tidak mau bersembunyi di belakang orang lain. Dia selalu terbiasa berjuang seorang diri, bertarung demi melindungi banyak orang dan menanggung rasa sakit sendiri. Dia memikul beban negerinya dan dunia ini sendiri.
"Dirimu yang begitu lemah dan terluka seperti ini, anehnya membuatku sangat mengasihimu. Rasanya seperti anak kucing yang mengulurkan cakar kecilnya dengan santai lalu mencakar hatimu. Dulu aku tidak menyadarinya sampai saat aku menyadarinya, terasa sakit dan menggelitik, perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Shen Li, kau sungguh sangat... merepotkan."
Melihat langit yang sekarang sudah bersih tanpa miasma, Fu Rong mendadak melancarkan kekuatannya ke langit agar Jing Xi bisa melihat bintang-bintang yang cantik di langit. Yah, pastinya... tujuannya untuk merayu Jing Xi.
Tapi saat dia hendak merayu lebih lanjut, Jing Yan mendadak muncul mengganggu mereka lagi. Jing Xi mau pergi, tapi Fu Rong sontak mencegahnya dan mengingatkannya akan sikap galak Jing Yan terhadapnya gara-gara Nona Shi.
Dia tahu kalau Jing Xi menyukai Jing Yan. Karena itulah, dia menyarankan agar Jing Xi membuat Jing Yan cemburu dan gugup. Jika tidak, Jing Yan akan bisa mengendalikan Jing Xi sepenuhnya. Dia meyakinkan kalau dia sungguh-sungguh ingin membantu Jing Xi.
Tapi... dia menginginkan balasan juga, ciuman di pipi. (Pfft!) Jing Xi sontak menolaknya, tapi tidak masalah, toh Fu Rong juga cuma menggoda. Maka begitu melihat Jing Yan semakin mendekat, dia langsung membawa Jing Xi menghilang bersamanya dan otomatis membuat Jing Yan tambah kesal.
Shen Li akhirnya bangun keesokan harinya dan hal pertama yang dia tanyakan adalah apakah Fu Sheng sudah ditangkap atau belum dan bertekad akan menangkap si bajingan itu sendiri setelah dia pulih nanti.
Dia benar-benar terlalu bersemangat tanpa memedulikan kondisinya yang belum pulih sampai Xing Zhi harus mendorongnya berbaring kembali dan mengingatkannya untuk fokus saja menyembuhkan sakitnya. Racunnya ini agak sulit diobati.
Masalah kapan Shen Li bisa kembali ke Alam Spiritual, sebaiknya tunggu dia menyerahkan ilmu menghilangkan miasma ke orang yang tepat dulu. Tapi, dia mengingatkan Shen Li bahwa biarpun sekarang mereka sudah berhasil, lain kali jangan sampai Shen Li mempertaruhkan nyawanya lagi.
Menurut Shen Li, dulu sebelum bertemu Xing Zhi, dia belum pernah mengalami luka yang begitu parah terlepas dari berbagai peperangan yang pernah dia jalani. Justru setelah bertemu dengan Xing Zhi, dia jadi terluka parah dalam setiap pertarungan.
"Jika suatu hari aku mati di medan perang, nanti Dewa Agung harus menebusnya dengan nyawamu sendiri."
Xing Zhi setuju tanpa ragu, "jika hari itu sungguh tiba, akan kuserahkan nyawaku kepadamu."
Momen romantis mereka mendadak tersela saat mendengar teriakan Fu Rong yang dipukul Jing Yan gara-gara Jing Yan kesal dengan Fu Rong yang membawa Jing Xi pergi semalaman.
Sebenarnya sih Fu Rong tidak kesakitan, dia cuma pura-pura nge-drama biar Jing Xi membelanya dan mengomeli Jing Yan, dan pastinya membuat Jing Yan tambah cemburu.
Kesal, Shen Li langsung menendangnya dan Fu Rong seketika terkesima melihat Shen Li sekarang sudah sembuh seperti sedia kala secepat ini. Keren!
Tapi dia meyakinkan semua orang kalau dia dan Jing Xi semalam tidak melakukan apa-apa, cuma melihat bintang bersama saja. Jing Yan begitu marah seperti ini, apakah dia terbakar cemburu sampai kehilangan kesabaran?
Jing Yan terdiam galau, tapi kemudian menyadari Nona Shi juga ada di sana menyaksikan segalanya. Dia jelas sedih menyadari perasaan Jing Yan pada Jing Xi dan langsung pergi, dan sekarang Jing Yan jadi makin galau.
Jing Xi penasaran sebenarnya apa alasan Jing Yan begitu baik pada Nona Shi. Jing Yan pun mengaku bahwa Nona Shi pernah menyelamatkannya waktu dia kecil. Dulu saat dia masih kecil, sebelum dia menjadi murid ayahnya Jing Xi, dia pernah diculik oleh salah satu sekte dunia persilatan.
Nona Shi-lah yang menyelamatkannya. Namun setelah itu, mereka tidak pernah bertemu lagi hingga akhirnya mereka bertemu lagi di kota ini. Makanya dia ingin balas budi atas pertolongan Nona Shi padanya dulu.
"Kau boleh balas budi padanya. Namun jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Aku sudah bukan anak kecil lagi," kesal Jing Xi.
Setelah semua orang pergi, Xing Zhi tiba-tiba meminta Jing Yan untuk berjalan-jalan dengannya. Dia ingin tahu apakah Jing Yan pernah belajar ilmu sihir dan Jing Yan mengaku tidak, dia hanya belajar bela diri karena gurunya pernah bilang bahwa dia tidak berbakat dalam ilmu sihir.
Di sinilah, Xing Zhi akhirnya mengaku bahwa dia ingin memberikan ilmu memurnikan miasma pada Jing Yan. Dia meyakinkan bahwa Jing Yan pasti bisa menguasainya jika dia benar-benar ingin mempelajarinya.
Dia menyentuh dahi Jing Yan dengan kekuatan sihirnya, dan seketika itu pula kesadaran ilahi Jing Yan terbuka, memperlihatkan dirinya yang ternyata adalah dewa kuno juga. Namanya Qing Ye.
Namun berbeda dengan Xing Zhi yang turun ke Dunia Fana untuk menjadi manusia fana cuma karena iseng, Qing Ye menjadi manusia fana karena dihukum. Yang itu artinya, dia sudah meninggal dunia sebagai dewa dan tidak akan pernah bisa menjadi dewa kembali.
Ya, biarpun mereka Dewa Kuno, mereka tetaplah terikat pada Hukum Langit. Dulunya, Qing Ye melakukan kesalahan besar yang melanggar Hukum Langit sehingga Langit menghukumnya menjalani penderitaan hidup sebagai manusia fana seperti ini.
Seharusnya yang dilakukan Xing Zhi dengan menyadarkan kesadaran ilahinya ini juga bisa dibilang melanggar Hukum Langit, tapi Xing Zhi santai menyangkal. Dia mengklaim kalau dia hanya membantu memperlancar aliran merediannya agar Jing Yan bisa mempelajari ilmu sihir untuk menghilangkan miasma.
Sekaligus, dia membantu membuka mata Jing Yan agar dia bisa melihat dengan jelas bahwa dia mengorbankan segalanya demi mencari seseorang, dan jangan sampai dia tersesat lagi sehingga salah memilih jodoh. (Err, jadi, jodohnya dia sebenarnya siapa?)
Ngomong-ngomong, Xing Zhi penasaran apakah Qing Ye masih mengingat orang bernama Fu Sheng. Tentu saja Qing Ye ingat, dulu semasa hidup sebagai Gu Cheng Jin, dia pernah dicelakai oleh Gu Cheng Rui. Lalu kemudian dia mengetahui bahwa ternyata orang yang memberi Gu Cheng Rui saran adalah Fu Sheng. Dulu dia dihukum mati.
Sedangkan di kehidupan yang sekarang sebagai Jing Yan, Qing Ye ingat kalau Fu Sheng adalah orang yang dulu menculiknya saat dia masih kecil.
Bersambung ke episode 17
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam