Sinopsis Legend of Shen Li Episode 15

Berkat Hu Lu, Shen Li dan Xing Zhi dengan cepat menemukan tempat para Dewa Bumi disekap. Tempatnya berada di Gua Qingya dan hanya bisa ke sana dengan mengendarai getek. Mereka semua sangat kesakitan karena kekuatan mereka ditarik paksa.  

Xing Zhi dengan mudah menyingkirkan para penjaga getek. Sesuai kesepakatan, Xing Zhi yang menghancurkan formasi sihir mereka, lalu Shen Li pun beraksi menghajar para penjahat itu.


Sementara Shen Li dan tombaknya bekerja keras menghajar para penjahat, Xing Zhi malah enak-enakan nyantai minum teh di atas getek. Wkwkwk! 

Lalu setelah para penjahat itu terkalahkan dan melarikan diri, Xing Zhi dengan mudahnya melambaikan tangannya untuk membebaskan para Dewa Bumi dari kurungan mereka, dan menerima ucapan terima kasih merekan dengan senang hati seolah hanya dirinya seorang yang paling berjasa.

Tapi mereka sama sekali tidak berterima kasih pada Shen Li. Salah satu Dewa Bumi malah marah-marah padanya karena dia sangat meyakini kalau para penjahat tadi adalah orang-orang dari Alam Spiritual.

Shen Li begitu kesal dan tidak terima dengan tuduhan itu hingga dia langsung menggunakan kekuatannya untuk menyakiti si Dewa Bumi itu dan hampir saja mematikannya kalau saja Xing Yun tidak segera mengingatkannya bahwa perbuatannya ini justru akan membuat tuduhan palsu terhadap Alam Spiritual sulit dibersihkan.

Xing Zhi pun dengan bijak mengingatkan para Dewa Bumi bahwa walaupun pelakunya memiliki energi spiritual, tapi belum tentu pelakunya benar-benar orang dari Alam Spiritual. 

Mungkin ada pengacau yang hendak memicu perselisihan antara Alam Spiritual dengan Alam Dewa. Dia meyakinkan mereka bahwa rakyat di Alam Spiritual adalah orang-orang normal yang tidak haus darah dan gemar berperang seperti yang mereka kira. Karena itulah, dia menyarankan mereka untuk tidak sembarangan mempercayai gosip agar tidak terjebak dalam tipu daya penjahat. 

Dia menegaskan bahwa Ratu Bicang adalah abdi setia Alam Spiritual dan sangat protektif pada hal yang penting baginya. Karena itulah, dia tidak akan bisa menerima hinaan yang bisa merusak reputasi dan wibawa Alam Spiritual, makanya tadi dia marah. Karena itulah, Xing Zhi memohon pada mereka untuk memaklumi Shen Li. 

Para Dewa Bumi itu mempercayainya sepenuhnya. Namun Shen Li masih kesal, makanya dia tidak mau tahu lagi tentang sisa Dewa Bumi lain yang masih disekap oleh para penjahat itu dan mau fokus mencari Fu Rong ke Kota Jinxiu saja.

Namun saat dia terbang ke sana, Xing Zhi malah mengikutinya. Namun Xing Zhi menyangkal kalau dia mengikuti Shen Li, beralasan kalau dia mau ke daerah selatan karena kabarnya di sana-lah Dewa Bumi lain disekap. Kebetulan, Kota Jinxiu yang dituju Shen Li juga berada di daerah selatan. Jadi mereka sejalur.

"Kau ingin makan sesuatu, tidak?" tanya Xing Zhi.

"Tidak ingin!" ketus Shen Li. Tapi detik itu juga, perutnya mengkhianatinya dengan berbunyi nyaring minta makan. Pfft!

Kebetulan Xing Zhi juga sudah kangen ingin makan makanan manusia, makanya dia langsung menggandeng tangan Shen Li untuk turun ke sebuah warung di desa terdekat dan berniat mau meminjam dapurnya saja karena Xing Zhi sudah janji akan memasak sendiri untuk Shen Li. 

Namun setibanya di satu-satunya warung yang sangat sepi tersebut, Shen Li dan Xing Zhi langsung tahu kalau ini bukan warung sungguhan, si ibu pemilik warung itu penipu.

Si Ibu Warung terus menerus menatap Shen Li dengan aneh dan bingung sebelum kemudian mengomentari Shen Li yang tampak sehat dan kuat padahal sudah susah payah berjalan ke daerah pegunungan yang terpencil seperti ini.

"Cukup kuat, aku hanya pernah membunuh ribuan monster saja," santai Shen Li.

Tak pelak ucapannya membuat Ibu Warung lemas ketakutan, tapi dia berusaha tegar dan bersikap biasa-biasa saja saat Shen Li menyuruhnya mendekat.

Namun begitu dia mendekat, Shen Li langsung menangkapnya dan seketika itu pula Ibu Warung langsung berubah ke bentuk aslinya yang ternyata siluman ular, dan seketika itu pula putrinya si siluman ular keluar dengan terseok-seok karena tidak bisa berjalan dengan benar gara-gara ekor ularnya.

Namun alangkah terkejutnya Shen Li saat melihat wajahnya dan refleks memanggilnya, "Xiao He?"

"Aku bukan Xiao He. Maaf, aku... namaku Jing Xi" ujar si putri siluman ular yang memang wajahnya sangat mirip Xiao He. Sepertinya dia reinkarnasinya Xiao He.

Ibu Warung meyakinkan mereka bahwa mereka hanya merampok barang-barang orang yang singgah di warung mereka ini, tapi mereka benar-benar tidak pernah mencelakai ataupun membunuh siapa pun.

Mereka berani melakukan ini karena semua roh gunung dan Dewa Bumi sudah lama ditangkap. Kabarnya, mereka ditangkap oleh orang-orang dari Gerbang Fu Sheng.

Gerbang Fu Sheng lagi? Aneh sekali. Padahal mereka katanya sekte kultivasi kecil yang baru muncul beberapa tahun ini, jadi bagaimana bisa mereka begitu hebat hingga mampu menangkap banyak Dewa Bumi? 

Ditambah lagi, mereka juga memiliki energi spiritual pada tubuh mereka. Apa mungkin... benar-benar ada orang yang berniat jahat di Alam Spiritual?

Xing Zhi usul agar mereka segera pergi Kota Jinxiu saja. Begitu mendengarnya, Jing Xi langsung minta ikut (tanpa ibunya), soalnya ayahnya dan Kak Jing Yan (muridnya ayahnya) terjebak di Kota Jinxiu, dan dia sangat merindukan mereka.

Shen Li kasihan melihat wajah melasnya, makanya dia langsung menyetujuinya. Lagian dia juga tidak mau jalan berduaan saja dengan Xing Zhi. Berhubung banyak miasma yang bisa memengaruhi Jing Xi, jadi dia menyuruh Xing Zhi untuk memberi Jing Xi jimat penangkal miasma.

Tak berapa lama kemudian, mereka tiba di gerbang Kota Jinxiu. Tempatnya benar-benar gelap gulita karena tebalnya miasma yang menjangkiti seluruh kota.

Wajar saja sih mengingat roh gunung dan Dewa Bumi di sekitar pegunungan juga sudah ditangkap semua, makanya banyak miasma yang turuh dari gunung dan berkumpul di tengah kota. Makanya kota ini menjadi seperti ini.

Dengan miasma sebanyak ini, wajar saja banyak rakyat yang mati dan mayat mereka bergelimpangan di jalan-jalan tak terurus. Xing Zhi berkata bahwa miasmanya bisa saja dibasmi, tapi harus dari sumbernya. lebih tepatnya, menghilangkan miasma di atas gunung lebih dulu.

Di sinilah, mereka akhirnya bertemu juga dengan Fu Rong yang saat itu dalam keadaan compang-camping kayak gelandangan dan dia senang banget bisa bertemu mereka lagi.

Yang tak disangka, dia yang selama ini manja dan cuma bisa bikin onar sepanjang hari, ternyata punya hati dan tanggung jawab dengan bersusah payah sendirian mengurus orang-orang yang terkena miasma dengan menggunakan kekuatan pemurniannya, dan mengamankan orang-orang yang masih bisa disembuhkan di sebuah gedung akademi di area utara kota. 

Dia berusaha keras membersihkan miasma di area kota, tapi kemudian menyadari kalau usahanya sia-sia karena miasma dengan cepat berkumpul lagi kurang dari satu hari. Pasien yang terkena miasma sangat banyak, dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap orang-orang yang kondisinya sudah sangat parah. 

Makanya dia hanya bisa mengamankan orang-orang yang kondisinya tidak seberapa parah dan masih bisa disembuhkan, dan membangun kubah pelindung di sekitar gedung akademi untuk melindungi orang-orang. Setiap hari dia keliling kota, berusaha untuk menghilangkan miasma, tapi miasma ini malah semakin tebal dan sekarang Fu Rong sudah tidak punya solusi lagi.

Namun tentu saja, terlepas dari jasa-jasanya pada rakyat kota, sifat playboy-nya masih belum sembuh juga, malah langsung kambuh begitu melihat si cantik Jing Xi.

Dengan gaya sok ganteng dan sok kerennya dia memberitahu Jing Xi bahwa ayahnya dan murid ayahnya aman di dalam pelindung yang dia buat, lalu menawarkan tangannya untuk menggandeng Jing Xi untuk menuntunnya ke sana dengan alasan untuk melindungi Jing Xi dari miasma.

Sinis dan jijik melihat ke-playboy-an calon suaminya tersebut, Shen Li langsung saja memelintir tangan Fu Rong dan memaksanya untuk mengarahkan mereka ke gedung akademi di area utara kota.

Setibanya di sana, mereka mendapati bahwa orang-orang di sana benar-benar menghormati Fu Rong. Dan di sana lah, Jing Xi akhirnya bertemu dengan ayahnya dan Jing Yan yang ternyata adalah reinkarnasinya Gu Cheng Jin.

Jing Xi jelas suka sama dia, dan mungkin Jing Yan juga sama. Namun sama seperti di kehidupan sebelumnya, ada wanita lain yang lebih dipedulikan Jing Yan. Yaitu Nona Shi yang merupakan reinkarnasinya Ye Shi yang sekarang juga sedang koma terkena miasma. 

Apakah ketiga orang ini mengalami takdir yang sama lagi?... Xing Zhi rasa tidak, ini hanya kebetulan saja.
Shen Li penasaran, setelah menjadi penguasa kota, pernahkah Gu Cheng Jin ingat akan gadis muda yang mengorbankan dirinya untuk memenuhi harapannya?

Xing Zhi yakin kalau Gu Cheng Jin mengingatnya. Setelah Gu Cheng Jin menjadi pemimpin kota, dia menanam bunga teratai di seluruh taman bunga di kediamannya.

Setelah membantu mengecek kondisi dan menyembuhkan Nona Shi, Xing Zhi diberitahu Fu Rong bahwa area yang paling parah terkena miasma adalah daerah barat kota. 

Mendengar itu, Xing Zhi langsung mengubah dugaannya bahwa bahwa sumber miasma mungkin sebenarnya bukan berasal dari luar kota, melainkan dari dalam kota lalu kemudian menyebar ke luar kota.

Ayahnya Jing Xi tak percaya, dia dia tinggal di pegunungan tapi sering datang ke Kota Jinxiu untuk membeli berbagai keperluan. Sekitar satu bulan yang lalu, sudah ada beberapa miasma di luar kota, sedangkan di dalam kota justru bersih.

Tapi menurut pengamatan Xing Zhi, orang-orang ini jadi seperti ini karena menghirup miasma selama bertahun-tahun. Dia yakin karena dia sendiri telah menghirup miasma beberapa hari yang lalu di Kolam Xutian dan bekas di tangannya masih belum hilang sampai sekarang, bekas di tangannya ini sama persis dengan bekas-bekas miasma yang ada di tubuh para korban. Makanya, dengan menghubungkan semua petunjuk, Xing Zhi yakin bahwa sumber masalahnya pasti berada di area barat kota.

Di belakang Xing Zhi, Jing Yan melihat Fu Rong tampak menggoda Jing Xi dan dia langsung cemburu sehingga dia langsung mengisyaratkan Jing Xi untuk datang padanya. (Nih orang nggak jelas, jadi siapa yang dia sukai sebenarnya? Dia sangat memedulikan dan memperhatikan Nona Shi, tapi juga cemburu sama Jing Xi)

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

0 Comments