Sinopsis Love Me If You Dare Episode 22

 Sinopsis Love Me If You Dare Episode 22



Xie Han mengamati Yao Yao melalui kamera CCTV dan memberitahu Yao Yao lewat interkom (kayaknya dia ga berada dalam satu gedung yang sama dengan Yao Yao deh) bahwa Jin Yan (Allen) sebentar lagi akan datang kemari.

Sambil menunggu kedatangan Jin Yan, Xie Han minum wine sambil menyanyi lagu tentang bintang jatuh dan cinta yang terpisah. Tak lama kemudian, dia langsung berhenti menyanyi karena melihat kedatangan Jin Yan. Xie Han memperhatikan segala gerak-gerik Jin Yan dengan penuh ketertarikan.


Jin Yan masuk, perlahan-lahan dia mendekati Yao Yao dan Xie Han mengiringi langkahnya dengan menyalakan semua lampu satu demi satu.

Melalui interkom, Xie Han memberitahu Jin Yan kalau dia sudah menyiapkan Yao Yao sebagai hadiah pertemuan pertama mereka. Jin Yan mengerti maksudnya Xie Han yang menyuruhnya untuk membunuh Yao Yao.


Yao Yao senang melihat Jin Yan. Dia memberitahu Jin Yan tentang adanya dinamit yang dipasang Xie Han.

Tapi Jin Yan hanya menatapnya dengan dingin dan langsung mencengkeram wajah Yao Yao dengan kasar dan berkata kalau dia tidak mau membunuh Yao Yao begitu saja karena dia masih belum merasakan 'ceweknya Simon'.


Jin Yan langsung mencium Yao Yao dengan kasar. Jin Yan lalu mengokang pistol yang kemudian dia arahkan ke Yao Yao. Dia memberitahu Yao Yao untuk tidak takut karena segalanya akan segera usai.

"Bye, Jenny"


Xie Han menunggu dengan penuh antisipasi dan DOR!!! Jin Yan menembak Yao Yao tepat di d~~anya. Darah merah mengalir menodai gaun putihnya dan Yao Yao pun langsung ambruk seketika.


Xie Han puas dan Jin Yan berkata kalau tes ini adalah tes yang hebat dan langsung menuntut Xie Han untuk bertemu dengannya.

Xie Han berkata ada mobil di garasi dan menyuruh Jin Yan untuk mengendarainya ke tempat yang sudah dia tentukan via GPS.


Setelah itu, Jin Yan langsung keluar dari gedung kosong itu dan berlari secepat mungkin sebelum akhirnya gedung itu meledak.


Layar tiba-tiba berubah putih dan kita melihat kenangan indah Yao Yao dan Jin Yan saat mereka kencan di Amerika... sebelum akhirnya Yao Yao terbangun dari mimpi indahnya. (Aku sudah menduga Jin Yan cuma pura-pura).


Yao Yao melihat sekelilingnya dan mendapati dirinya terbangun di tempat asing dan orang pertama yang dilihatnya adalah Zi Yu.

Zi Yu sendiri tampak sangat pucat dan lemah tapi saat dia melihat Yao Yao terbangun, yang dia pedulikan adalah Yao Yao dan bukannya dirinya sendiri.

Yao Yao tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Zi Yu menjelaskan kalau semua ini adalah rencananya Jin Yan. Zi Yu lalu mengajak Yao Yao untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi lewat rekaman video CCTV yang asli.


Dalam rekaman CCTV yang asli, terlihat Yao Yao sebenarnya tidak benar-benar ditembak oleh Jin Yan. Malah setelah Jin Yan pergi, beberapa anggota FBI datang menyelamatkannya.

Sementara yang video yang dilihat Xie Han adalah video palsu yang memperlihatkan Yao Yao ditembak dan tampak terkulai lemas. Video palsu itu diciptakan oleh asisten wanitanya Zi Yu yang bernama Hai Yan Mao. Dan ternyata, Susan juga turut andil dalam rencana Jin Yan ini.


Flashback,

Sebelum pergi, Jin Yan memberitahu Zi Yu bahwa satu-satunya cara menyelamatkan Yao Yao adalah dengan memunculkan Allen dan membuat semua orang yakin kalau dia benar-benar punya kepribadian ganda.

Zi Yu tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya, dia hanya bisa memperingatkan Jin Yan untuk berhati-hati karena dalam sudut pandang FBI, kepribadian gandanya Jin Yan tidak palsu.


Setelah itu, Jin Yan langsung pergi mendatangi Susan. Dalam video rekaman yang direkam Tommy, Jin Yan yang mengaku sebagai Allen berkata kalau dia sudah pernah membunuh 3 orang.

Semua itu sebenarnya adalah kebohongan yang Jin Yan ciptakan untuk membodohi Tommy. Dan satu-satunya orang yang bisa membuktikan dugaan itu adalah adalah Evan (Evan pensiunan FBI yang dulu menangani kasus flower cannibal dan penyiksaan yang dilakukan bapak tirinya Jin Yan).


Susan lalu menelepon Evan yang menyatakan kesediaannya jadi saksi untuk membuktikan kalau Jin Yan benar-benar tidak bersalah dan tidak pernah membunuh orang.

Evan berkata bahwa segala informasi tentang Allen, dia simpan secara terpisah. Karena itulah, Susan tidak pernah menemukan adanya file informasi itu.


Suatu malam, Susan menemui Jin Yan di sebuah taman yang gelap. Jin Yan memberitahu Susan bahwa dia sudah menduga dimana Xie Han ingin menemuinya.

Dulu, ada salah seorang korban bernama Mary yang merupakan seorang guru SMA yang pemberani tapi pada akhirnya dia ditangkap dan setelah dia dibunuh, Xie Han menaruh bunga tulip didekat mayatnya.

Berdasarkan bunga tulip hitam yang ditinggalkan Xie Han di atas mayat Tommy, dia menduga bunga tulip hitam itu adalah petunjuk tentang lokasi pertemuan yang diinginkan Xie Han, yaitu sekolahnya Mary.


Kembali ke masa kini,

Yan Mao menunjukkan sebuah alat spy yang dia ciptakan pada Yao Yao. Sebuah alat kecil multifungsi yang bisa digunakan sebagai audio recording, video recording dan alat pelacak yang dia sembunyikan didalam tulip hitam yang Jin Yan bawa saat dia menemui anak buahnya Xie Han.

Karena waktu itu anak buahnya Xie Han tiba-tiba mencurigai Jin Yan bahkan sampai memeriksanya dengan alat scanner, Jin Yan dengan gaya sok coolnya membuang bunga tulip itu padahal alat spy didalamnya masih merekam mereka.

Dari situlah mereka semua langsung tahu dimana Yao Yao disekap dan mengontrol tempat itu mendahului Xie Han.


Tiba-tiba mereka melihat Jin Yan menyalakan gadget spy-nya. Mereka melihat Jin Yan bertemu dengan Xie Han. Xie Han lalu mengajak Jin Yan masuk dan membawanya ke tempat dia menyekap Yao Yao.


Dia menyambut Jin Yan dengan memberinya makan. Xie Han mengamati Jin Yan saat Jin Yan makan sesuap lalu bertanya apa rencana Jin Yan.

Jin Yan menyarankan agar mereka memulainya dari Russia. Xie Han setuju dan mereka pun bersulang sebagai tanda kesepakatan.


Seorang pelayan datang mengambil appetizer mereka lalu menggantinya dengan makanan utama... steak (err... mungkin itu steak daging manusia).

Jin Yan langsung curiga itu daging manusia. Tapi demi membuat Xie Han mempercayainya, dia memakannya dengan tenang seolah menikmatinya. Xie Han terharu melihatnya.


Tiba-tiba Xie Han beranjak pergi. Jin Yan cepat-cepat menghentikannya dengan garpu yang dia tempelkan di lehernya Xie Han dan menyuruh Xie Han untuk menghentikan tes kekanak-kanakan ini. Xie Han mengaku kalau dia sebenarnya tidak mengetes Jin Yan, dia hanya suka melihat Jin Yan makan daging.


Malam harinya, Xie Han membawa Jin Yan ke sebuah kamar yang sudah dia siapkan untuk Jin Yan. Yao Yao masih sangat mencemaskan Jin Yan sampai dia tidak mau beranjak sedikitpun dari depan komputer. Yan Mao lalu memberikan sebuah alat komunikasi pada Yao Yao agar Yao Yao bisa bicara pada Jin Yan.

Walaupun tidak mengatakan apapun tapi Jin Yan bisa mendengar Yao Yao memanggilnya. Dia lalu keliling kamar sampai dia menemukan sebuah kamar mandi dan cermin.

Jin Yan lalu berdiri didepan cermin agar Yao Yao bisa melihat refleksi wajahnya. Yao Yao menangis melihatnya "Jin Yan. Kau harus kuat. Aku mencintaimu."


Keesokan harinya, Xie Han tampak berbeda dari kemarin. Hari ini, dia tidak tersenyum sedikitpun. Dia lalu membawa Jin Yan ke atas gunung dimana dia sudah menyiapkan dua buah senapan. Xie Han memberikan satu senapan pada Jin Yan lalu mengambil senapan yang satunya.

Jin Yan pura-pura mengecek senapanya lalu minta izin menembak duluan. Tapi Xie Han tiba-tiba mengarahkan senapannya pada Jin Yan dan bertanya "Bagaimana kabar Jenny?"

Sontak Jin Yan mengarahkan senapannya ke arah Xie Han. Tapi Xie Han berkata kalau senapan yang Jin Yan pegang itu tidak ada pelurunya.

"Kau seorang criminal profiler yang hebat tapi kau bukan tentara. Tentara sejati bisa membedakan antara senapan yang tidak berpeluru dengan yang berpeluru"


Jin Yan akhirnya menjatuhkan senjatanya dan memberitahu Xie Han bahwa Xie Han tidak akan bisa melarikan diri... karena ada banyak polisi yang mengepung tempat ini.

Xie Han dengan tenangnya menjatuhkan senjatanya dan berkata kalau dia tidak akan melarikan diri lalu menghina Jin Yan sebagai sampah munafik, bodoh dan pengecut.

"Sampai sekarang, apa kau masih tidak bisa melihat siapa dirimu yang sebenarnya?"

"Sebaliknya, aku tidak pernah bingung tentang diriku sendiri. Sejak awal, Allen tidak pernah ada. Dia hanya sesuatu yang digunakan untuk menunda waktu. Cara yang kugunakan untuk menangkap flower cannibal"


"Jangan membohongi dirimu sendiri. Aku memahamimu lebih daripada dirimu sendiri. Karena kita sama. Kita sama-sama punya keinginan dalam hati kita untuk melakukan kejahatan. Kita berdua sama-sama kuat dan kejam. Pikir baik-baik. Ingatlah semua darah, pembantaian, tubuh-tubuh termutilasi yang pernah kau saksikan. Kau itu seperti lintah, sekali kau melihat darah, kau akan langsung datang. Apa karena ada keadilan dalam hatimu? Tidak! Tidak! Tidak. Semua itu bohong. Kau menikmati semua itu. Kau suka pembantaian, kau suka darah, kau suka perasaan superioritas lebih dari pada orang biasa. Tapi kau tidak akan bisa mencapai apa yang telah kucapai karena kau lemah. Kelemahan adalah dosa. Kau punya keinginan untuk jadi haus darah tapi kau tidak bisa membebaskan kenikmatan itu. Pemujaan munafik, cinta yang tak berarti. Apa itu analis? apa itu profesor psikologi? apa itu detektif hebat? Omong kosong! Apa kau dengar jiwamu menangis untukmu? Aku bisa mendengarnya. Aku ingin membantumu, membantumu membebaskan mereka. Tapi bagaimana denganmu? Kau malah mengarakan senjata padaku. Di kampung halaman kita, di Jiang Zhou, di Amerika, Hong Kong, berapa banyak orang yang telah mati dalam permainan kita? Mereka mati karena kau Simon! Apa kau punya sedikit saja rasa bersalah dalam hatimu. Jika kau sekarang masih ingat dengan keadilan tidak berguna yang masih ada dalam hatimu, maka gunakan saja senjatamu dan bunuh dirimu sendiri"

"Permainan kita? Seperti itukah yang kau pikirkan? Kau pikir kau siapa? otak utama penjahat? penyampai pesan kejahatan? Moriarty (musuh besar Sherlock Holmes)? Lucu sekali. Kau tahu seperti apa kau di mataku? anjing bodoh yang berlarian mengelilingiku. Kau hanyalah salah satu diantara banyak pengecut yang pernah kutemui. Kau tidak ada bedanya dengan psikopat, penjahat dan pembunuh lainnya. Kau benar, aku memang menikmatinya. Kau tahu apa yang kunikmati? Aku ingin melihat ekspresimu saat kau diborgol, rasa malu dan kesedihan saat itu terjadi. Satu-satunya yang membuatku merasa bersalah adalah karena aku tidak menangkapmu lebih cepat"


"Sepertinya kau tidak tahu apa-apa. Tapi kau masih saja memilih untuk menjalani hidup yang tak berarti. Hidupku akan berakhir hari ini. Hidupmu juga akan berakhir. Dan tidak ada diantara kita yang menang. Bo Jin Yan ku, aku akan menunggumu di neraka."

Xie Han mulai melangkah mundur sampai ke tepi jurang lalu menjatuhkan dirinya sendiri dan tiba-tiba saja bom meledak dari tempat Xie Han terjatuh.


Beberapa saat setelah itu, Jin Yan berkata pada Susan kalau dia merasa bunuh dirinya Xie Han ini aneh. Susan setuju, kejadian ini sama sekali tidak sesuai dengan kepribadiannya Xie Han.

Jin Yan berkata keanehannya bukan cuma dalam hal ini saja. Kemarin di markasnya Xie Han, dia melihat ada beberapa orang. Tapi hari ini dia tidak melihat seorangpun di sana.


Yao Yao pingsan setelah menyaksikan Xie Han mati. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat akhirnya dia membuka mata, dia melihat Jin Yan.

Yao Yao langsung memeluknya dengan penuh haru. Jin Yan meminta maaf dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab semua masalah ini.


Jin Yan lalu ikut berbaring di ranjang sambil memeluk Yao Yao. Yao Yao bertanya apakah Jin Yan tidak pergi (menemui FBI)?

Jin Yan berkata tidak, pekerjaannya sudah selesai "Orang yang perlu kuselamatkan, telah kuselamatkan."


Zi Yu juga kembali dirawat di rumah sakit dan Yan Mao lah yang menjaganya. Saat Zi Yu terbangun, dia mendapati Yan Mao tertidur di kursi. Zi Yu dengan manisnya menyelimuti Yan Mao.


Zi Yu lalu pergi ke kamarnya Yao Yao dengan membawa kursi roda. Yao Yao bingung dia mau dibawa kemana.

Jin Yan dan Zi Yu membawa Yao Yao ke sebuah kamar rawat... wah, kukira dia ga selamat! Xun Ran ternyata masih hidup tapi dalam keadaan koma. Yao Yao langsung menangis bahagia melihatnya.


Jin Yan dan Zi Yu lalu keluar dan meninggalkan Yao Yao berduaan dengan Xun Ran. Zi Yu heran kenapa Jin Yan masih saja murung padahal Yao Yao sudah selamat.

Jin Yan mengaku kalau dia sebenarnya masih belum bisa tenang. Semua yang terjadi seperti sebuah jigsaw besar yang sangat rumit dan banyak kepingan gambar.

Walaupun sepertinya semua kepingan gambar sudah disatukan, tapi rasanya ada beberapa kepingan gambar yang tidak ditempatkan dengan benar.


Di markas FBI, Mr. Evans mendatangi Susan dan memberitahunya bahwa file tentang Allen menghilang. Sementara itu di tempat lain, seorang pria bertopeng dan bersenjata, masuk ke rumah Evan (Evan pensiunan FBI)


Bersambung ke episode 21

Post a Comment

0 Comments