Sinopsis Story of Kunning Palace Episode 11 - Part 3

Xie Wei tentu saja masih mengingat kejadian itu, masa lalu indah yang membuatnya sedih sekarang. Tapi tetap saja Xie Wei tidak bisa mengakui identitasnya yang sebenarnya saat ini.

"Masalah Pangeran Ding Fei, saya pernah mendengarnya. Tuan Adipati, saya turut berduka cita."

"Anak sekecil itu, bahkan tidak pernah keluar dari ibu kota. Musim dingin itu juga sangat dingin. Juga tidak tahu apakah di dalam istana, menyalakan lampu dan api atau tidak. Di malam hari, entah apakah ada orang yang menyelimutinya atau tidak. Orang sekejam apa yang tega mendorongnya keluar?!"

Kakak pertamanya tak percaya kalau putranya sudah meninggal dunia dalam pemberontakan Raja Pingnan, makanya dia terus berusaha mencarinya ke mana-mana. 

Sayangnya, dunia begitu luas dan tidak pernah ada kabar sama sekali. Pada akhirnya semua orang mengira kalau dia hanyalah seorang ibu yang menolak percaya kalau putranya sudah tiada.

"Tapi jika Langit memiliki mata, memberikan belas kasihan, masih mengizinkan anak ini hidup di dunia, entah dia akan tumbuh menjadi seperti apa," ujar Adipati Yan sembari menatap Xie Wei dengan penuh harap.

Xie Wei hampir saja goyah, tapi sekuat tenaga dia meneguhkan hatinya dan hanya meyakinkan Adipati Yan bahwa Langit pasti akan membantu orang baik. Karena Langit yang menjaganya, dia pasti akan bisa melewati rintangan apa pun dan menjadi berguna. Cepat atau lambat, kebenaran pasti akan terungkap.


Mendengar itu, Adipati Yan sontak mencengkeram lengan Xie Wei erat dan bertanya-tanya kenapa anak itu tidak kembali ke keluarganya jika memang masih hidup. Hmm, dia benar-benar mencurigai Xie Wei.

"Mungkin... dia memiliki kesulitannya sendiri," jawab Xie Wei.

Jawaban itu akhirnya membuat Adipati Yan melepaskan cengkeramannya seolah sudah bisa menerima dan memahami kesulitan Ding Fei. Baiklah, dia akan percaya bahwa Ding Fei pasti akan bisa melewati rintangan dan menjadi berguna. 

Yan Lin baru pulang saat itu, Xie Wei pun pamit. Namun Adipati Yan tiba-tiba memanggilnya kembali dan berkata bahwa walaupun ini sudah bertahun-tahun tidak pernah mekar, tapi dia percaya kalau dia belum mati.

"Jika suatu hari pohon zaitun manis ini mekar kembali, aku mengundang Guru Xie untuk melihatnya."

"Baik."

Biarpun masalah sudah beres dan semua bukti tentang tentara pribadi sudah disingkirkan, Adipati Xue tetap kesal pada para anak buahnya. Namun yang paling menarik perhatiannya adalah informasi bahwa Xie Wei semalam muncul di balai pengobatan dekat rumah Keluarga Yan.

Jelas saja Adipati Xue sekarang jadi semakin curiga pada Xie Wei. Apalagi mengingat sejak awal, Xie Wei selalu ada hubungan dengan segala masalahnya. 

Mulai dari pengalihkan kasus pemberontakan ke Departemen Hukum, lalu masalah transportasi air sutra mentah, tersingkirnya dua guru Akademi Kekaisaran dari istana, dan sekarang, Xie Wei juga ikut campur dalam masalah penutupan jalan untuk menangkap pemberontak. Apa sebenarnya tujuan Xie Wei?

Berbeda dengannya yang cukup tajam dalam masalah beginian, putranya - Xue Ye, sama sekali tidak merasa Xie Wei itu mencurigakan dan berbahaya mengingat Xie Wei hanya seorang pejabat tidak penting. Biarpun dia dekat dengan Kaisar tapi dia tidak memiliki kekuasaan.

Anak buah mereka setuju dan menyarankan agar Adipati Xue mencoba mengundang Xie Wei kemari dan memikirkan cara untuk berteman dengannya, menjadikannya sekutu mereka, pasti akan sangat menguntungkan bagi mereka.

Mereka bisa melakukannya dengan etrlebih dulu memperhatikan apa-apa saja kesukaan Xie Wei, lalu tunggu waktu yang tepat saat dia berada dalam bahaya atau kesulitan, saat itulah mereka harus membantunya. Maka Xie Wei pun pasti akan bisa mereka tarik menjadi sekutu mereka.

Adipati Xue punya ide licik lain. Yaitu menghancurkan hubungan Kaisar dengan Xie Wei. Selama ini Kaisar sangat mempercayai dan memihaknya karena Xie Wei tidak pernah berebut kekuasaan. Maka dia harus mencari cara untuk membuat Kaisar mencurigai Xie Wei.


Beberapa waktu berikutnya, segalanya berjalan normal. Para gadis belajar tekun bersama beberapa guru baru mereka, tapi Xie Wei entah mengapa belum pernah lagi datang untuk mengajar mereka. Xue Ning juga tidak pernah melihatnya di Paviliun Wenzhao.

Nona Yao ingat kalau dia pernah dengar dari ayahnya bahwa Xie Wei itu biasanya takut dingin. Dia biasanya menutup pintu dan tidak keluar setiap musim dingin. Mungkin karena ini alasannya.

Mengalihkan topik, besok para gadis akan keluar istana untuk berlibur selama beberapa hari. Zhi Yi jadi sedih, karena itu artinya, mereka tidak akan bertemu selama beberapa hari.

Karena itulah, dia mengajak semuanya untuk bermain bersama ke Taman Kekaisaran. Yang lain langsung setuju dengan antusias, Xue Ning seorang yang diam saja karena mengkhawatirkan Xie Wei.

Tapi tak lama kemudian saat mereka lari-lari memperebutkan makanan, tak sengaja mereka melewati gazebo tempat Kaisar sedang bermain catur bersama Xie Wei. Lah? Ternyata dia di sini, punya waktu untuk bermain catur dan minum teh, tapi tidak ada waktu untuk mengajar.

Xue Ning sontak menatapnya dengan tajam, dan Xie Wei pun sama menatapnya dengan tajam. Kaisar melihat kontak mata mereka dan sontak geli menyadari hubungan mereka berdua jelas tidak biasa. Sebelumnya Kaisar khawatir dengan Xie Wei yang sudah semakin tua tapi belum menikah, tapi sepertinya sekarang dia tidak perlu khawatir.

Kaisar sudah mendengar dari Adipati Xue bahwa pada malam itu, Xie Wei ingin masuk istana dan bertemu dengan Pengawal Kaisar yang sedang memburu pemberontak. Xie Wei membenarkan, tapi dia beralasan bahwa dia cuma ingin mengambil Guqin-nya yang ketinggalan di istana. Untungnya Kaisar percaya.

Xue Ning mendadak dihadang oleh Zheng Bao yang memberinya informasi bahwa si pelayan wanita itu sudah mati dan sekarang Kaisar ingin bertemu dengan Xue Ning.

Pastinya dalang dari kasus ini ingin membungkam si pelayan dan memberi Xue Ning peringatan. Sejak kejadian malam itu, Ibu Suri sering mengungkit-ungkit Xue Ning di depan Kaisar, mengatai Xue Ning tidak sopan dan tidak hormat pada orang yang lebih tua.

Tapi Kaisar merasa bersalah pada Xue Ning atas kasus ini, makanya Kaisar memerintahkan Divisi Penjara untuk tetap menyelidiki kasus ini. Xue Ning maklum, dia memang sudah menyinggung Ibu Suri dalam insiden malam itu, jadi wajar saja kalau Ibu Suri marah padanya.

Tapi tidak usah khawatir, Xue Ning tahu bagaimana cara menangani masalah ini dan tidak akan menyinggung Kaisar dengan gegabah. Xue Ning juga bisa menduga bahwa kedatangan Kaisar malam itu, pasti berkat Zheng Bao juga. Karena itulah, Xue Ning setulus hati berterima kasih padanya.


"Nona dan aku tidak perlu sungkan. Oh ya, Nona Jiang. Masih ada satu hal lagi yang harus diberitahukan kepada Nona."

Beberapa hari ini, Adipati Agung Xue sering datang ke Ruang Belajar Kekaisaran. Dari perkataannya, Zheng Bao bisa menyimpulkan bahwa Adipati Xue bermaksud untuk mengadu domba Guru Xie dan Kaisar.

"Xie Wei?" Xue Ning jadi khawatir. Sepertinya Keluarga Xue sudah mulai memperhatikan Xie Wei sekarang.

Tak lama kemudian, Xue Ning menghadap Kaisar yang memberitahunya bahwa si pelayan itu kemungkinan adalah anggota pemberontak yang ditempatkan Raja Pingnan di istana, dan berhubung dia sudah mati, terpaksa kasus ini ditutup begitu saja tanpa hasil nyata.

Entah apakah itu benar atau tidak, Xue Ning pura-pura ketakutan saja dan dengan manisnya mengucap terima kasih karena Kaisar telah meluangkan waktu untuk menegakkan keadilan baginya.

Wanita lemah sepertinya, kalau sampai terkena jebakan musuh, maka bukan cuma dia seorang yang akan celaka, melainkan juga seluruh keluarganya.

"Menteri Jiang juga bekerja keras demi negara pada pemerintahan sebelumnya. Nona Kedua Jiang juga sudah menderita ketidakadilan karena kasus ini. Begini saja, besok aku akan menyuruh Wan Xin Yi pergi ke Menteri Urusan Istana, suruh orang untuk memberikan hadiah untuk Nona Kedua Jiang. Anggap sebagai penghiburan."

"Hamba berterima kasih atas kebaikan Kaisar," ucap Xue Ning dengan senyum manisnya yang errr... membuat Kaisar terpesona. (Heh? Masa dia juga suka Xue Ning?)

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

0 Comments