Sinopsis Scent of Time Episode 9

Karena dirinya dan semua pelayannya tidak ada yang bisa keluar, Hua Qian akhirnya punya ide untuk memanfaatkan satu-satunya orang yang bisa. Siapa lagi kalau bukan pengawal barunya, Hua Rong Zhou.

Rong Zhou dengan senang hati melakukan apa pun perintahnya, karena bagi Rong Zhou, Hua Qian adalah satu-satunya tuannya. Begitulah, melalui dia, Hua Qian akhirnya bisa membeli dan makan makanan yang lebih layak. Setiap hari, Rong Zhou rutin bolak-balik keluar-masuk untuk membawakan berbagai makanan, kacang kenari kesukaan Hua Qian, dll. 

Setelah beberapa hari, Hua Qian akhirnya cukup sehat untuk memenuhi undangan Tuan Putri. Sebelum dia pergi, Rong Zhou memberinya sebuah gelang yang bukan sembarang gelang, karena di dalam gelang itu tersimpan sebuah pisau yang bisa sangat berguna untuk melindungi diri sendiri jika sewaktu-waktu Hua Qian dalam bahaya.

Sebenarnya itu pemberian dari Rong Zhou pribadi, tapi karena dia tidak bilang-bilang, Hua Qian jadi mengira kalau gelang itu dari kakaknya lagi. Karena gelang itu sangat berguna, Hua Qian pun menerimanya dengan senang hati, Rong Zhou pun senang. Apalagi Hua Qian juga mengajaknya ikut serta untuk menjadi pengawalnya ke Taman Zhong.

Setibanya di Taman Zhong, orang pertama yang menyambutnya malah Xi Wu. Hua Qian sebenarnya tak senang bertemu dengannya lagi, tapi terpaksa dia harus tetap bersopan santun padanya.

Sebenarnya niatnya Xi Wu cuma ingin meminta maaf atas prasangka buruknya terhadap Hua Qian waktu itu, tapi Hua Qian masih sulit mempercayai ketulusannya. Apalagi kemudian Xi Wu malah membahas tentang ucapannya yang waktu itu, bahwa nyawa manusia hanya satu, jadi tidak ada yang sepadan dengan mempertaruhkan nyawa.

Hua Qian seketika jadi tegang, salah mengira kalau Xi Wu sedang mengancam nyawanya. Padahal Xi Wu sama sekali tidak ada maksud jahat, parahnya lagi, Hua Qian langsung menghindarinya saat itu juga tanpa mendengarkan penjelasannya.

Tuan Putri senang melihatnya sudah sehat. Beberapa hari ini Tuan Putri benar-benar mencemaskannya, apalagi dia juga sudah mendengar kalau Hua Qian meminta cerai dari Ye Lan, dan jelas Tuan Putri bisa melihat dengan jelas kalau Hua Qian tidak begitu bahagia.

Namun setelah beberapa percakapan bergulir, Hua Qian baru tahu bahwa tabib yang waktu itu dibawa Xi Wu untuk memeriksanya, ternyata bukan tabib kiriman Tuan Putri, yang itu artinya, Xi Wu sendiri yang membawa tabib itu untuknya. Malah Tuan Putri tidak tahu kabar apa pun tentang Hua Qian selama dia sakit.

Setelah berbincang sampai sore, Hua Qian akhirnya pamit pulang. Xi Wu yang sedari tadi menemani mereka dalam diam, mendadak bergegas pamit juga untuk menyusul Hua Qian.

Hua Qian terus menghindarinya, jadi Xi Wu pun terpaksa menarik tangannya, dan sontak saja Hua Qian langsung menampiknya sambil dengan ketus mengingatkan bahwa pria dan wanita tidak pantas bersentuhan, apalagi dia adalah kakak iparnya Xi Wu.

Hua Qian beralasan kalau dia bergegas pulang, soalnya dia memikirkan suaminya. Xi Wu jelas tak percaya, baru juga beberapa hari yang lalu Hua Qian meminta cerai dari suaminya, sekarang Hua Qian malah memanfaatkan suaminya sebagai alasan.

Xi Wu berusaha menjelaskan maksud dari ucapannya tadi, tapi bahkan sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, Hua Qian mendadak berlutut padanya sembari memohon padanya untuk tidak lagi mengganggunya. 

Dia tidak mau ada orang yang melihat mereka yang bisa berujung salah paham tentang mereka. Mungkin orang-orang tidak akan ada yang berani membicarakan Xi Wu, tapi tidak terhadapnya.

Dia sudah kehilangan hati suaminya, ayahnya juga sudah semakin tua, kakaknya pun tidak berguna. Dia hanya seorang wanita yang tak berdaya. Xi Wu tidak mungkin memahami kesulitannya.

"Caramu mengekspresikan kesulitanmu, apakah kau masih berpikir bahwa aku mengujimu?" tanya Xi Wu. Kecewa dengan pemikiran Hua Qian terhadapnya, Xi Wu akhirnya pergi.

Mereka tidak sadar bahwa percakapan mereka barusan diam-diam disaksikan oleh Nona Qi yang sepertinya punya rencana licik.

Pertemuan mereka hari ini membuat Tuan Putri semakin mencemaskan hubungan Ye Lan dan Hua Qian. Hua Qian tadi sangat jelas enggan membicarakan suaminya dam masalah di antara mereka. Bahkan sekalipun Tuan Putri ingin dan bisa saja ikut campur, tapi dia sadar bahwa mencampuri urusan rumah tangga orang lain itu tidak etis.

Sebenarnya Tuan Putri juga mengkhawatirkan satu hal lagi. Sikap Xi Wu yang langsung pergi saat Hua Qian pergi tadi jelas aneh dan agak mencurigakan, tapi masa iya?... Tidak mungkin, kan? Akhirnya Tuan Putri memutuskan untuk mengabaikannya saja untuk saat ini, mungkin dia berpikir terlalu berlebihan.

Atas panggilan keluarganya, Hua Qian pun pulang ke kediaman Keluarga Hua keesokan harinya. Pastinya dia dipanggil pulang karena mereka sudah mendengar tentang Hua Qian yang meminta cerai dari suaminya.

Sikap mereka masih sama seperti sebelumnya, langsung marah, berasumsi yang tidak-tidak dan menasehatinya untuk mempertahankan rumah tangga bahkan tanpa menanyakan apa alasannya meminta cerai dari Ye Lan. Namun berbeda dengan ayah dan ibu, Hua Shen langsung membela Hua Qian (aww, dia benar-benar kakak yang baik). Namun tentu saja Hua Shen pada akhirnya terlalu pengecut menghadapi ayahnya.

Kesal dan tidak terima dengan omelan ayahnya, Hua Qian langsung balas mengonfrontasi Ayah karena Huan Qian yakin kalau Ayah marah padanya tanpa menanyakan alasan dibalik permintaan cerainya adalah karena Ayah sejatinya tidak pernah memandangnya sebagai putri, melainkan hanya sebagai Nyonya Zhong.

Hua Qian yakin bahwa tujuan Ayah bekerja sebenarnya adalah menjadi berkuasa di kediaman Zhong dan bukan benar-benar demi keluarga. Buktinya, Ayah tidak pernah mengajari Hua Shen dengan benar dan membiarkannya menjadi anak manja yang pada akhirnya menjadi beban keluarga.

Begitpun sikap Ayah terhadapnya. Segala hal yang dia lakukan untuk mendapatkan Ye Lan sebenarnya adalah salah. Namun waktu itu dia masih muda dan naif, tidak tahu mana yang benar dan salah. 

Sedangkan Ayah seharusnya tahu kalau yang dia perbuat salah, tapi Ayah malah berpura-pura tak tahu kalau dia salah dan membiarkannya berbuat kesalahan.

Orang tua seharusnya mengoreksi anaknya jika mereka tersesat dan berbuat salah, tapi Ayah tidak pernah melakukannya. Dari sini saja sangat jelas kalau satu-satunya hal yang Ayah pedulikan adalah menjadi Keplaa Pelayan Keluarga Zhong, Ayah tidak pernah benar-benar peduli pada anak-anaknya.

Ucapan Hua Qian itu semakin terbukti kebenarannya saat Ayah ngamuk-ngamuk mengungkit-ungkit jasanya sebagai orang tua yang sudah sangat berjasa menghidupi mereka dan membuat mereka hidup enak.

Dan dengan alasan melindungi dan menghidupi keluarga inilah, Ayah menolak  saat Hua Qian memintanya untuk melepaskan pekerjaannya dan hidup sederhana.

Dia tidak tahu kalau Hua Qian meminta itu karena Hua Qian mengkhawatirkan masa depan keluarga mereka. Pengalaman Hua Qian di kehidupan yang sebelumnya membuatnya hanya ingin hidup sederhana saja asalkan keluarganya tetap hidup.

Dari sini jelas kalau Ayah memang hanya peduli dengan pekerjaannya dan rela menghalalkan segala cara untuk mencapai posisi tertinggi. Hua Qian mengingatkan bahwa bukan hanya Ayah yang bisa melakukan itu, rekan kerjanya juga bisa melakukan hal yang sama atau lebih buruk terhadap Ayah.

"Jika pada akhirnya Ayah jatuh, apa Ayah tahu apa yang menanti keluarga kita? Kemakmuran turut datang bersama kehilangan. Pada saat itu, tidak seorang pun di keluarga kita yang bisa lolos. Jika Ayah terus terobsesi pada kekuasaan dan kekayaan, itu hanya akan membawa keluarga kita ke akhir yang buruk di masa depan."

Ayah begitu murka mendengarnya hingga dia refleks menampar Hua Qian dan menuduhnya sebagai anak pembangkang. Tapi Hua Qian tak gentar, keputusannya sudah bulat. Jika Ayah masih terus bersikeras, maka jangan salahkan dia karena tidak patuh, Karena tidak ada yang bisa mereka sepakati hari ini, Hua Qian pun pergi.

Sesampainya di rumah, dia berpapasan dengan Ye Lan yang melihat bekas tamparannya. Awalnya dia bersikap seolah benar-benar peduli pada Hua Qian dengan mengingatkan Hua Qian agar tidak membiarkan siapapun membulinya karena dia masih berstatus Nyonya Zhong, tapi kemudian dia gengsi dia beralasan bahwa itu bisa mempermalukan dirinya.

Tepat saat itu juga, Hua Qian melihat Mu Yao lewat di belakangnya Ye Lan, maka dengan sengaja dia melemparkan dirinya ke pelukan Ye Lan, pura-pura sok manja hanya untuk membuat Mu Yao cemburu sekaligus mengancam Ye Lan untuk segera menceraikannya. 

Jika Ye Lan bersikeras mempertahankannya di sini, dia mungkin akan menyingkirkan segala macam gangguan (Mu Yao) yang bisa membuat hidupnya tak bisa tenang. Tapi Ye Lan langsung pergi mengabaikannya. Hadeh! Sepertinya tidak akan mudah minta cerai darinya.

Mu Yao memberitahu Ye Lan bahwa ayahnya di pengasingan menemukan semacam formula wewangian yang bisa membuat dupa aquilaria kualitas rendah seperti asli. 

Bahkan seorang ahli wewangian dengan pengalaman puluhan tahun pun, tidak bisa membedakannya. Karena inilah ayahnya tertipu. Intinya, ini adalah teknik yang sama dengan yang digunakan oleh Keluarga Ge.

Jadi, Mu Yao menyimpulan bahwa ada keterlibatan Keluarga Ge dalam kasus ini, tapi entah apa alasan Keluarga Ge menjebak keluarganya. 

Namun masalah utamanya adalah pada makelar yang mengirim perabot ke rumahnya dulu, perabot yang berisi bubuk dupa aquilaria. Makelar itu mendadak menghilang tanpa jejak setelah keluarganya ditangkap dan dipenjara. Tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya baik dalam keadaan hidup atau mati.

Masalah ini memang sangat rumit. Belakangan ini, setelah dia bicara dengan pelayannya Hua Qian, Mu Yao mulai ragu bahwa mungkin Hua Qian bukan dalangnya, melainkan kaki tangan pelaku yang sebenarnya. Namun, Keluarga Hua mungkin bermusuhan dengan Keluarga Ge.

Kalau begitu, Ye Lan menduga bahwa mungkin Hua Qian secara tak sengaja merujuk makelar jahat pada Mu Yao, dan itu artinya, dia tidak ada hubungannya dengan hal ini.

Mu Yao mendadak berubah kecewa lagi mendengar Ye Lan masih bersikeras ingin mempercayai Hua Qian. Penyelidikan kasusnya ini sangat sulit, kalau Ye Lan tidak ingin melanjutkan, tidak masalah, dia tidak akan memaksa Ye Lan untuk membantunya.

Ye Lan menyangkal, dia bukannya tidak mempercayai Mu Yao. Kasus ini menyangkut ketidakadilan, karena itulah, dia akan tetap membantu menyelidikinya. Dia harus mencari tahu kebenarannya.

Selama berhari-hari, Ibu Hua terus menerus mengirim surat ke Hua Qian. Namun Hua Qian mengabaikan semua surat itu karena dia sudah bisa menebak apa isinya.

Dia menolak meminta maaf pada ayahnya, dia tidak akan bicara pada mereka untuk menegaskan posisinya. Dia tidak bisa segera mengubah pandangan mereka, makanya hanya dengan cara ini dia berharap akan bisa sedikit memengaruhi mereka.

Tak lama kemudian, Nan Feng datang untuk memberitahu Hua qian bahwa acara perjamuan dupa akan diadakan tiga hari lagi dan Ye Lan menginginkan Hua Qian untuk hadir bersamanya di Taman Zhong.
Hua Qian seketika cemas mendengarnya, apalagi saat dia mendengar bahwa Keluarga Wu juga akan hadir... "Keluarga Wu, apa akhirnya akan terjadi?"

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments