Recap Love Destiny 2 - Episode 4

Ayam peliharaannya Prang mati karena entah diapakan sama Rid. Rid mencoba membodohi Prang dengan membeli ayam lain yang serupa, tapi Prang langsung tahu kalau itu bukan ayam kesayangannya karena dia mengetahui setiap detil ayam peliharaannya dan ayam yang satu ini jelas beda walaupun kelihatannya sama. Makanya dia kesal pada Rid dan langsung mengonfrontasinya.


Sementara itu, Pudtarn frustasi dengan masalah yang dialaminya ini sehingga dia terus mengurung diri di kamar seharian. Eung datang tak lama kemudian untuk membawakannya peralatan tidur.
 
 
Tapi Pudtarn takut sendirian di tempat ini, makanya dia merengek membujuk Eung untuk menemaninya tidur di sini. Ada tokek gede banget lagi nemplok di tiang kayu, Pudtarn sontak menjerit heboh sampai membuat Klin datang dengan kesal karena mendengar jeritan gajenya.

Begitu mengetahui alasan ketakutannya Pudtarn, dia sengaja menolak mengusir tokek itu, bahkan mengancam Eung untuk membiarkan tokek itu di sana.


Terpaksalah malam ini Pudtarn harus mendengarkan suara tokek sepanjang malam yang membuatnya jadi semakin susah tidur. Walaupun Eung menemaninya tidur di sana, tapi tetap saja dia ketakutan.


Kade benar-benar membesarkan anak-anaknya dengan cara modern. Dia mengajari mereka bahasa Inggris dasar, juga membuat semacam tempat gym untuk mereka latihan, lengkap dengan arena pertarungan bela diri. 

Bahkan Kaew dan Prang pun pintar bela diri, sama-sama tangguh dan sangat kompetitif biarpun lawan mereka adalah kakak laki-laki mereka.

Bahkan saat Prang melawan Ruang dan menang, dia tahu kalau Ruang sengaja mengalah, dan dia tidak suka itu. Dia maunya menang dengan kemampuannya sendiri dan bukannya diberi kemenangan secara cuma-cuma.


Ruang sepertinya memiliki gadis yang dia suka di Song Kwae, makanya sebelum dia kembali ke Song Kwae, dia ingin membeli beberapa aksesoris wanita. Untuk itu, pastinya dia butuh bantuan kedua adik perempuannya. Mereka pun sepakat untuk pergi ke pasar nanti.
 
 
Karena meniru ibu mereka, Kaew dan Prang suka cekikikan kalau ngobrol selayaknya gadis-gadis zaman modern. Nenek mereka yang tidak suka dan tidak setuju dengan sikap mereka yang dia anggap kurang pantas di zaman sekarang. Namun untungnya Kaew sangat pintar mengambil hati sang Nenek sehingga Nenek pun dengan cepat melupakan kekesalannya dan berubah ceria.


Setelah hampir sepanjang malam susah tidur, Pudtarn akhirnya bisa tidur juga, bahkan bangun kesiangan. Eung sudah tidak ada di sampingnya, malah ada Klin yang masih dengan gigih berusaha mengusirnya.

Tapi Pudtarn semakin diprovokasi, jadi semakin agresif, dan dengan sengaja menyatakan menolak pulang (padahal alasannya yang sebenarnya adalah dia tidak tahu caranya pulang).

Klin sebenarnya datang hanya untuk menyampaikan pertanyaan neneknya tentang apakah Pudtarn mau tetap tinggal di sini atau mau dibuatkan rumah lain yang terpisah dari rumah ini.
 
Punya rumah pribadi jelas menggoda, tapi gara-gara sikap kasar Klin, Pudtarn sengaja menolak dibuatkan rumah lain dan tegas menyatakan untuk tetap tinggal di rumah ini. Klin galak, tapi Pudtarn dua kali lipat lebih galak darinya.
 
 
Setelah beberapa lama maju-mundur, Rid akhirnya memberitahu Ruang tentang kejadian aneh yang dialaminya kemarin. Dia khawatir dengan Krishna Kali tersebut, ayah mereka kan pernah menceritakan apa yang pernah terjadi pada ibu mereka gara-gara Krishna Kali dulu.

Rid khawatir kejadian itu akan terulang pada ibu mereka. Karena itulah dia meminta Ruang untuk membawa Krishna Kali itu bersamanya ke Song Kwae nanti. Lebih baik benda itu dijauhkan dari ibu mereka.

Ruang setuju untuk membawa benda itu ke Song Kawe, tapi menurutnya, lebih baik mereka juga memberitahukan masalah ini ke ayah mereka juga. Buat jaga-jaga saja, siapa tahu terjadi masalah. Rid setuju, tapi dia hanya akan memberitahu ayah mereka setelah Ruang membawa benda itu ke Song Kwae nanti.

Namun yang paling aneh dari kejadian kemarin adalah pertemuannya dengan si wanita yang sangat amat mirip dengan ibu mereka. Hampir segala hal tentang wanita itu sangat mirip dengan ibu mereka. 
 
 
Kebetulan mereka sedang berada di jalan menuju kebunnya Gui. Ruang sudah lama tidak bertemu Gui, jadi dia langsung saja mengarahkan kudanya ke sana untuk menemui Gui.

Mereka melihat ada wanita yang lagi mandi di dekat sungai. Ruang mengira kalau itu Gui. Tapi dari melihat sosoknya dari kejauhan, Rid langsung tahu kalau dia adalah si wanita yang kemarin.

Jelas dia tidak ingin bertemu wanita yang mirip ibunya itu, makanya dia langsung mengajak Ruang pergi dan meyakinkannya bahwa Gui sedang berada di perkebunannya, tidak mungkin ada di sini.
 

Yang sedang mandi itu memang Pudtarn. Awalnya Pudtarn tidak sadar, tapi kemudian tak sengaja dia menoleh dan melihat Rid yang berjalan pergi menghindarinya. Dia sontak mau mengejarnya, tapi Eung sontak menghalanginya, soalnya dia cuma pakai kemben. Pudtarn kesal.
 
 
Klin ternyata tertarik pada Rid, dan mungkin Rid juga. Saat keempat saudara dalam perjalanan ke pasar, tak sengaja mereka berpapasan dengan Klin yang saat itu justru sedang menuju ke rumah mereka untuk mengantarkan buah-buahan hasil kebun. Klin dan Rid sontak saling kontak mata dengan tatapan menggoda.
 
 
Mumpung Klin lagi pergi, Gui pun membawa Pudtarn pergi ke pasar bersamanya, berniat mau membelikannya beberapa baju. Berhubung sekarang dia tidak punya baju, jadi Gui memerintahkan Eung untuk memakaikannya bajunya Klin.

Namun reaksi Pudtarn terhadap dunia barunya sangat beda dengan Kade dulu. Kade sangat antusias, tapi Pudtarn tidak. Dia sama sekali tidak betah dengan dunia kuno ini, dia rindu pada hidupnya di masa depan, apalagi saat mereka melewati kuil Wat Chaiwatthanaram yang sontak mengingatkannya akan dan teman-temannya di masa depan.
 
Semua ini sontak membuatnya menangis diam-diam. Dia tidak mau tinggal di sini selamanya, makanya dia bertekad untuk menemukan kitab itu agar dia bisa pulang.


Sesampainya di pasar, Pudtarn mendadak kebelet pipis. Dia mengira kalau Eung bakalan membawanya ke toilet, eh ternyata Eung malah membawanya ke area pinggir sungai yang tertutup tanaman tinggi. Bahkan ceboknya cuma pakai daun. Wkwkwk! Tapi ya, apa boleh buat, terpaksa Pudtarn harus melakukan hajatnya di sana.


Setelah itu, mereka mulai keliling pasar dan melihat-lihat baju. Kebetulan, pada saat yang bersamaan, dia tertarik pada sebuah baju yang juga disukai Prang dan Kaew.

Sontak saja begitu melihatnya, Prang dan Kaew tercengang melihat wajahnya yang sama persis dengan wajah ibu mereka. Pin dan Yam pun tercengang, apalagi saat Yam mencoba menyentuhnya, dia seketika merasakan perasaan familier.

Namun jelas Pudtarn sudah tidak mengingat kehidupannya yang dulu sebagai Karakade dan tidak mengenali kedua mantan pelayannya itu.


Rid mengira kalau Pudtarn mungkin salah satu kerabat ibu mereka dari Song Kwae, tapi Pudtarn mengaku kalau dia berasal dari Krung Thep, Bangkok.

"P'Pin, apa kau pikir dia adalah dia? Kurasa dia adalah dia," bisik Yam.

"Kurasa begitu," Pin setuju, "kurasa dia ada hubungan dengan Mae Nai Karakade (yang asli)."

Rid bingung mendengar bisikan mereka, "Bibi Pin, apa yang kalian bicarakan? Dia barusan bilang kalau dia bukan berasal dari Song Kwae, kurasa mereka bukan saudara. Kurasa mereka hanya kebetulan mirip."

"Aku mirip sama siapa?" Tanya Pudtarn.

"Ibu kami," jawab Prang.

"Caramu bicara juga mirip dia, tapi tidak sama persis."

Pudtarn bingung, "pasti cuma kebetulan saja seperti yang kau bilang."
 
 

Pudtarn langsung beralih topik menuntut Rid untuk mengembalikan Krishna Kali kepadanya, dia mau pulang. Dia tidak cocok tinggal di sini, kehidupan di sini terlalu barbar dan susah baginya. Di sini ada banyak budak, perbudakan itu melanggar hak asasi manusia, makanya dia menyebut kehidupan di sini sangat barbar.
 
Saat Gui melihat perdebatan mereka, dia sontak panik dan ketakutan, jelas karena Rid adalah pejabat istana yang statusnya lebih tinggi dari mereka, makanya dia langsung berusaha mengajak Pudtarn pulang.

Tapi Pudtarn sama sekali tidak mengerti dan menolak melepaskan masalah ini begitu saja, dan dengan lantang menuntut jawaban Rid atas kitab itu.

Rid menegaskan kalau kitab itu miliknya, dia dan Joi menggali kitab itu dengan tangan mereka sendiri, mungkin punyanya Pudtarn jatuh dan ketinggalan entah di mana.
 
Dia bahkan berusaha mengancam Pudtarn untuk berhenti mempermasalahkan kitab itu atau dia tidak akan tinggal diam. Tapi mana bisa Pudtarn diancam begitu saja, dengan tegas dia menyatakan kalau dia tidak kehilangan kitabnya dan dengan penuh keberanian menuduh Rid merampas kitab itu darinya.
 
 
Gui jadi semakin panik dan ketakutan, tapi Pudtarn sama sekali tidak peduli. Melihat orang-orang sedang menonton mereka, Ruang yang lebih kalem dari Rid, berusaha membujuk Pudtarn untuk bicara dengan lebih sopan.
 
Tapi Pudtarn tak peduli dan ngotot menyatakan bahwa kitab itu miliknya. Rid akhirnya berinisiatif mengakhiri perdebatan hari ini dengan berjanji akan mengunjungi kediaman Gui besok agar mereka bisa membicarakan masalah ini secara menyeluruh.
 

"Apa kau yakin kalau kau akan datang?" tanya Pudtarn meragukan janjinya.

"Aku sure (yakin)," ujar Rid.

"Percayalah padanya. Kalau dia bilang sure, itu artinya, dia bersungguh-sungguh," timpal Prang meyakinkan Pudtarn sambil membuat isyarat oke.

Pudatrn agak kaget mendengar mereka mengucap kata bahasa inggris itu, apalagi saat melihat Prang menggunakan isyarat oke yang seharusnya baru ada di masa depan.
  

Mereka mengerti isyarat ini?... Jelas lah, seluruh keluarga mereka mengerti, bahkan sampai para pelayan pun mengerti. Baiklah, Pudtarn akhirnya setuju dan langsung menyepakatinya dengan menempelkan tangannya ke tangan Rid, dia akan menunggu Rid besok.

"Kuharap aku akan melihat kalian semua. Kalau kau tidak datang, aku akan datang ke rumahmu. Silahkan saja kalau kau mau berkelahi, aku tidak takut padamu!"


Sikapnya ini sontak membuat Pin dan Yam jadi semakin yakin kalau Pudtarn pasti adalah Karakade yang asli. Gara-gara ini, mereka jadi menggalau sepanjang perjalanan pulang.

Rid yang sedari tadi memperhatikan keanehan mereka, langsung bisa menduga kalau mereka mau memberitahu ibunya tentang wanita tadi. Dia tidak setuju dan langsung memperingatkan mereka untuk merahasiakan masalah wanita tadi dari ibunya.

Kalau Kade tahu, dengan sifatnya yang super kepo, sudah pasti Kade bakalan ingin segera bertemu dengan wanita itu. Tapi kan mereka belum tahu apa-apa tentang wanita itu. Mereka belum tahu apakah dia orang baik atau tidak.


Tapi Pin dan Yam galau. Mereka yakin kalau wanita tadi adalah Mae Nai Karakade yang asli yang berasal dari Song Kwae, Karakade yang dulu mereka layani sejak dia masih kecil. Karena itulah mereka ingin sekali memberitahu Kade. Sayangnya, sebelum mereka sempat melakukan apa pun, Rid mencegat mereka duluan.
 
 
Sesampainya di rumah, Gui langsung mengeluhkan sikap tidak sopan Pudtarn tadi. Dia mengerti kalau Pudtarn menginginkan kitab yang ada pada Rid, tapi caranya tidak sopan, apalagi Rid itu pejabat istana. 

Pudtarn bertengkar dengannya di depan umum. Kalau Pudtarn tidak bisa menjaga ucapannya dan sembarangan menuduh pejabat melakukan pencurian, bisa-bisa Gui bakalan dihukum karena dia bilang ke orang-orang kalau Pudtarn tuh cucunya juga.

"Benar juga. Salah jika aku pulang tapi malah membuat Nenek dalam masalah karena perbuatanku. Maafkan aku, Nenek Gui. Aku akan lebih berhati-hati ke depannya. Tapi seharusnya Nenek tidak perlu bilang kalau aku cucu Nenek. Bilang saja kalau aku terlantar dan Nenek berbaik hati membantuku agar Nenek tidak akan ikut kena masalah jika si tuan tadi membuat masalah denganku."

"Sudahlah. Malaikat mana yang mempercayakanmu kepadaku."
 


Pudtarn galau. Bagaimana caranya bertahan hidup di masa ini? Dia tidak cocok dengan orang-orangnya dan makanannya.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments