Recap Love Destiny 2 - Episode 3

Di Kerajaan Ayutthaya, Rid yang sekarang sudah dewasa dan wajahnya adalah fotokopi bapaknya, tak sengaja melihat sebuah cahaya emas di dekat rumah seseorang bernama Gui.

 

Dia punya rasa penasaran yang tinggi kayak emaknya, makanya dia langsung mengajak Joi untuk melihat ke TKP.


Kade dan Por Dech juga melihat cahaya keemasan itu. Kade penasaran banget ingin melihat apa yang terjadi di sana, tapi suaminya tidak setuju dan mengingatkannya untuk tidak lagi terlalu kepo dengan apa pun, sudah tua soalnya, anak-anak mereka sudah gede. Pfft!

 

Namun sebenarnya, walaupun dia tidak mengatakannya, Por Dech khawatir dengan cahaya keemasan itu, dia mengenali tempat cahaya keemasan itu berasal, karena di sana-lah, dia dulu mengubur Krishna Kali. Dia jadi takut kalau apa yang pernah terjadi pada Kade dulu akan terulang. Semoga saja tidak.

Klin, cucunya Gui, juga melihat cahaya itu dan langsung heboh memberitahu neneknya. Nenek Gui seketika tercengang teringat akan mimpi yang pernah dia alami dulu, mimpi bertemu dengan Guru Chieprakao (yang dia kira semacam malaikat) yang memintanya untuk menjaga seorang 'kerabatnya' (Oh, jadi kembalinya Karakade sudah diperkirakan oleh Guru Chieprakao?).

Sebagai imbalannya, Guru Chieprakao berkata bahwa dia akan memberikan kekayaan yang cukup untuk menjamin hidup Gui, dan mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan. Saat Nenek Gui terbangun dari mimpinya, dia mendapati ada sebuah permata merah besar yang secara ajaib ada di genggaman tangannya.

Karena mimpi itulah, Nenek Gui langsung yakin bahwa cahaya keemasan itu pasti ada hubungannya dengan yang dimaksud Guru Chieprakao, dan langsung bergegas melesat ke sana dengan penuh semangat.

Apa yang Rid temukan di TKP memang Krishna Kali. Joi mengenalinya dan sontak mundur ketakutan. Tapi Rid santai saja membuka kotak berisi kitab mantra itu... tepat berbarengan dengan Pudtarn di masa depan yang membuka kotak berisi kitab yang sama.

Secara bersamaan mereka sama-sama memegang kitab itu tepat saat gerhana muncul di kedua zaman dan seketika itu pula kitab itu memancarkan cahaya sangat terang yang membuat Pudtarn menghilang dari masa depan, dan muncul tepat di hadapan Rid di masa lalu dengan keduanya sama-sama memegang kitab yang sama.

Saking kagetnya melihat orang asing yang mendadak muncul di hadapannya kayak hantu, Rid refleks menendang Pudtarn sampai Pudtarn terlempar ke kubangan air. Pfft! Dia tidak sadar kalau yang dia tendang tuh cewek gara-gara Pudtarn menutupi seluruh kepala dan setengah wajahnya.

Belum menyadari apa yang terjadi, Pudtarn sontak kesal mengira kalau Rid tuh salah satu pekerjanya yang kurang ajar. Gui langsung yakin kalau Pudtarn pastilah 'kerabat' yang dimaksud Guru Chieprakao sehingga dia dengan antusias memberitahu Rid bahwa wanita ini dipercayakan kepadanya walaupun dia tidak mengenal siapa wanita ini.

"Siapa kalian? Kenapa kalian berpakaian aneh? Gaya rambut kalian aneh sekali. Apa mereka hantu?" bingung Pudtarn.

Rid lebih bingung lagi sama dia, pakaiannya dia lebih aneh. apalagi mendengar cara bicaranya yang juga agak aneh. Dia berasal dari daerah mana? Bagaimana dia bisa mendadak muncul seolah dia muncul begitu saja dari tanah?


Rid bingung, Pudtarn bingung, semua orang bingung. Tapi Rid tidak ada waktu memikirkan keanehan ini lebih lama karena sebentar lagi kedua adik perempuannya akan pulang dari istana, jadi dia harus bergegas pulang untuk menyambut kedatangan kedua adik perempuannya.

Tapi Pudtarn malah langsung mencengkeram erat tangannya dan mencegahnya pergi, sebuah tindakan yang sontak membuat semua orang kaget karena pada zaman itu, wanita bisa dianggap tidak tahu malu kalau memegang pria yang bukan suaminya.


Tapi tentu saja Pudtarn tidak mengerti dan langsung berusaha keras untuk merebut kitab itu dari tangan Rid. Jelas saja Rid jadi mengira kalau dia adalah pencuri yang mau mencuri kitab ini, apalagi Pudtarn menutupi wajahnya kayak maling. 

Dia memberitahu Pudtarn kalau kitab ini adalah Krishna Kali, kitab pusaka milik keluarganya turun temurun. Namun begitu mendengar nama kitab itu, Pudtarn seketika merasa kesakitan hingga dia langsung pingsan.

Saat itulah, cadar wajahnya tak sengaja terlepas dan terlihatlah wajahnya yang sontak membuat Rid dan yang lain tercengang bukan main karena wajahnya sama persis dengan wajah Ibunya Rid.

Rid jadi semakin penasaran dia siapa, tapi tidak ada waktu memikirkannya karena dia benar-benar harus pulang sekarang, tapi tidak mungkin membawa wanita ini.

Makanya dia kemudian menyerahkan Pudtarn ke penjagaan Gui yang dengan senang hati berjanji untuk menerima Pudtarn, tapi Klin tidak setuju dan dengan heboh berusaha protes agar Gui tidak membawa pulang wanita aneh ini. 

Klin yakin banget kalau wanita ini pastilah hantu yang menyamar jadi Kade. Apalagi dia juga mendadak muncul begitu saja dari udara, sudah pasti dia tidak beres. Dia yakin kalau wanita ini pasti makhluk jahat dan akan membawa sial ke dalam rumah mereka.

Tapi Gui tak setuju dan langsung membentak Klin untuk diam. Dia sangat yakin kalau wanita inilah yang dipercayakan malaikat kepadanya, makanya dia yakin kalau wanita ini juga malaikat.

Jadi sebagai pemilik rumah, dia memutuskan bahwa dia akan membawa wanita ini pulang dan tinggal bersama mereka, dan keputusannya tidak bisa diganggu gugat.

Kade masih saja kepo sama cahaya keemasan tadi, tapi suaminya dengan cepat mengalihkan pikirannya dengan mengingatkannya untuk menyiapkan makanan untuk Ruang yang hari ini balik dari Song Kwae dan juga untuk Kaew dan Prang yang hari ini balik dari istana.

Tanpa mengetahui kekhawatiran suaminya, Kade akhirnya pergi ke dapur dan menyibukkan diri menyiapkan makanan untuk anak-anaknya.

Pudtarn akhirnya bangun dan langsung menjerit kaget melihat Gui di atasnya, Gui sendiri jadi kaget sampai dia terjungkal ke lantai. Dan jelas saja Kade kebingungan bukan main melihat dirinya dipakaikan pakaian aneh, ditidurkan di tempat asing dan bersama orang-orang asing yang tidak dia kenal.

Jelas saja dia langsung agresif terhadap mereka sehingga cara bicaranya pun jadi kasar, dan otomatis sikapnya itu membuat Klin jadi semakin tidak suka padanya dan langsung sinis menyindirnya.

Pudtarn jelas tidak terima dan sontak balas menyindir Klin dengan kasar dan menuntut siapa mereka? Kenapa mereka memakaikan pakaian semacam ini padanya? Di mana pakaiannya? Di mana pria yang tadi itu? Apa pria itu membawa kitab itu?

Kesal, Klin sontak sinis menyindir kekasaran ucapannya, aneh banget lagi cara bicaranya. Karena itulah, dia langsung berusaha lagi membujuk neneknya untuk segera mengusir wanita gila ini. 

Pudtarn sontak menatap Klin dengan seram mendengar dirinya dikatai wanita gila, bahkan Klin yang sok garang saja, mendadak ketakutan melihat pelototan seram Pudtarn. 

Tapi siapa juga yang tidak kesal dikatai wanita gila tanpa alasan. Nenek Gui pun pasti kesal kalau dikatai seperti itu, makanya dia menolak membela Klin.

Nenek Gui dengan sabar memberitahu Pudtarn bahwa ini adalah Ayutthaya dan bertanya-tanya Pudtarn tuh makhluk dari alam mana sehingga bisa sampai turun di dunia manusia. Pudtarn bingung. Kalau ini Ayutthaya, berarti lokasi pekerjaannya ada di sini, terus di mana para pekerja perkebunannya?

Gui bingung. Klin dengan kasar memberitahunya bahwa para pekerjaannya tidak mungkin ada di sini, ini rumahnya Nenek Gui. Pudtarn sama sekali tidak mengerti dengan situasi aneh ini sehingga dia jadi semakin agresif.

Gui tetap bersabar menghadapinya walaupun dia juga bingung dengan segala keanehan Pudtarn. Meyakini kalau Pudtarn pasti sudah lapar, Gui pun menyuruh pelayannya untuk menyiapkan makanan apa saja yang ada di rumah.

Ya memang sih, Pudtarn sudah kelaparan dan akhirnya memutuskan untuk mengisi perutnya saja dulu, baru mikir lagi nanti. Tapi ternyata makanan yang disajikan porsinya kecil banget.

Tapi pelayan yang melayaninya makan cukup ramah dan manis bicaranya, namanya Eung, Pudtarn pun langsung suka sama dia. Tapi dia jadi lebih bingung saat dia meminta sendok, tapi Eung malah berkata bahwa hanya majikan yang boleh pakai sendok, jadi Pudtarn mau pakai, maka harus minta izin majikan dulu. 

Ribet! Pudtarn akhirnya memutuskan makan pakai tangan saja. Tapi pada akhirnya dia tetap tidak selera makan, malah sibuk melamun. Dia ingin bertanya pada Eung, tapi Eung ngotot menolak mendengar apa pun pertanyaannya.

Eung takut. Bagaimanapun, dia cuma seorang pelayan, dia tidak boleh punya pendapat apa pun. Karena itulah dia tidak berani menjawab dan tidak berani mendengar apa pun pertanyaan Kade. Aww! Kasihan dia.

Dia bahkan takut disentuh Pudtarn padahal Pudtarn tidak ada maksud menyakitinya dan hanya prihatin. Dia dengan ramah meyakinkan Eung untuk tidak takut padanya, dia tidak akan melakukan apa pun padanya. Dia benar-benar tulus sehingga Eung tersentuh mendengarnya.

Rumah Kade jadi semakin ramai karena keempat anaknya akhirnya pulang dan berkumpul, saling bercanda tawa dengan ceria. Prang dengan bangga menunjukkan keahlian bela diri yang dipelajarinya dan berhasil menerapkannya dengan mengalahkan Kaew dan Rid, tapi dia kalah telak dari Ruang yang lebih ahli darinya.

Dia benar-benar gadis yang manis dan ceria seperti ibunya. Sama seperti ibunya, Prang pun memperlakukan para pelayan dengan hormat selayaknya keluarga sendiri. Dan pastinya, sebagai anak-anaknya Kade, mereka juga diajari cara bicaranya Kade yang tidak sesuai dengan zaman ini.

Pudtarn benar-benar malas makan, tapi Eung mendesaknya untuk makan saja karena takutnya besok dia bakalan tambah kelaparan. Tapi tetap saja Pudtarn tidak bisa mengalihkan pikirannya dengan segala keanehan tempat ini dan orang-orangnya.

Gui dan Klin kembali tak lama kemudian. Gui mengira kalau dia pasti tidak nafsu makan karena dia datang dari jauh, Pudtarn menyangkal, dia juga tinggal di Ayutthaya. Dia agak lupa daerah tempat tinggalnya, pokoknya di sekitar kuil Wan Chaiwatthanaram.

Lah? Klin dan Gui bingung, Wat Chatwatthanaram tuh di dekat sini. Pudtarn jadi tambah bingung. Kalau begitu, lokasi proyeknya seharusnya di sekitar sini dong. Tapi kenapa dia tidak melihatnya?

Pudtarn pun mulai memperhatikan penampilan dan gaya pakaian orang-orang di sekitarnya ini dengan seksama dan akhirnya mulai menyadari kalau pakaian mereka adalah pakaian zaman kuno.

Dengan takut-takut dia mencoba menanyakan tahun berapakah sekarang. Gui berkata bahwa sekarang adalah Era Chula Sakarat 1070. Shock, Pudtarn sontak keluar rumah dan semakin tercengang melihat tempat ini benar-benar zaman kuno. Kalau begitu, siapa raja yang berkuasa sekarang?

"Putra Mahkota Phet (Putranya Luang Sorasak) adalah raja baru. Beliau baru saja naik tahta. Ayahnya, Raja Harimau (Luang Sorasak/Raja Shanpet VIII), telah meninggal dunia," ujar Gui.

Karena dia dari masa depan, otomatis Pudtarn menghubungkan Raja Harimau dengan Phan Thai Norasing (tokoh legendaris yang disebut-sebut sebagai pengemudi kapal Raja Shanpet VIII, terkenal dengan kejujuran dan integritasnya, namun kemudian dieks3kusi).

Namun ternyata tidak ada seorang pun di sini yang mengenal siapa itu Phan Thai Norasing (karena tokoh ini pada dasarnya memang tidak pernah jelas apakah benar-benar ada atau tidak). 

 

Klin jadi semakin sinis sama Pudtarn dan segala keanehannya. sontak saja Pudtarn kesal dan langsung membentaknya dengan kasar dan tatapan seram, persis kayak Karakade yang asli dulu.

Klin jadi semakin tantrum mengatai dan merutuki Pudtarn sampai Gui kesal dibuatnya, dan tak pelak nenek dan cucu itu langsung bertengkar hebat hingga Gui tak sengaja menyakiti hati Klin dengan mengusirnya.

Gui seketika menyesali apa yang barusan keluar dari mulutnya. Dia berusaha menunjukkan permata rubi pemberian malaikat itu padanya, tapi Klin ngotot menolak mempercayai kalau ini rubi dari surga, meyakini kalau ini cuma permata rubi biasa seperti permata rubi pada umumnya. Gui sampai gregetan ngomong sama dia.

Pudtarn baru saja menghabiskan makanannya saat Gui dan Klin kembali. Karena mereka semua belum saling mengenal, mereka pun mulai saling berkenalan. Gui penasaran, kalau dia bukan malaikat, terus dia datang dari mana? Kenapa cara bicaranya Pudtarn sangat aneh?

Pudtarn mengaku kalau dia berasal dari Krung Thep (ibu kota, lebih tepatnya, Bangkok). Tapi Gui jadi bingung karena Krung Thep yang dia kenal adalah Ayutthaya.

Krung Thep sendiri artinya adalah Kota Malaikat. Gui seketika mengira kalau Krung Thep yang dimaksud Pudtarn adalah Kota Malaikat, dan pemikirannya itu sontak membuatnya semakin yakin kalau Pudtarn pastilah malaikat yang berasal dari surga yang dikirim kepadanya. Pudtarn bingung, dia manusia.

Klin sontak kesal mengusirnya, tapi bahkan sebelum Pudtarn sempat melawannya, Gui langsung membentak cucunya itu dan mengingatkan kalau Pudtarn ini dikirim kepadanya untuk dijaga. 

Malaikat akan memberi keluarga mereka kekayaan berlimpah melalui perkebunan mereka yang akan menjamin hidup mereka seumur hidup. Dia bahkan mengancam akan memukul Klin kalau Klin terus tidak hormat padanya. Klin sakit hati.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments