Perang terjadi selama kurang-lebih enam bulan, kedua kubu sama-sama kuat dan tidak ada yang menyerah. Namun pada akhirnya, pasukan Perancis kalah karena mereka lemah setelah beberapa lama kekurangan pangan.
Kedua pihak akhirnya menandatangani kesepakatan bahwa pihak Ayutthaya akan menyediakan kapal yang akan membawa mereka pulang ke negara mereka, sedangkan pihak Perancis juga akan membiayai kepulangan para pelajar dan para pejabat Thai yang ada di Perancis. Intinya, Raja ingin memutuskan hubungan sepenuhnya dengan Perancis.
Kabarnya, Tuan Putri Yothatep juga ada andil dalam hal ini, dan juga pada penangkapan Phaulkon karena dia sangat membenci Phaulkon.
Sementara semua orang membenci para orang asing itu, Kade seorang yang netral, terutama karena pihak Perancis-lah yang menulis banyak sekali sejarah tentang Ayutthaya, terutama eranya Raja Narai.
Masalah keakuratan, banyak juga orang lain yang menulis sejarah dari sudut pandang masing-masing, semuanya itu di-cross-check oleh para sejarawan di masa depan untuk memastikan keakuratannya.
Ngomong-ngomong tentang sejarah Ayutthaya, Por Dech jadi penasaran tentang bagaimana Ayutthaya di masa depan. Apakah 300 tahun kemudian, Ayutthaya masih ada?
Hmm, yang ini Kade agak ragu untuk mengatakannya. Akhirnya dia cuma memberitahu semua orang bahwa Ayutthaya masih ada di masa depan depan, hanya saja dia tidak bilang bahwa yang dia maksud adalah Kota Ayutthaya.
Dia tidak tega untuk bilang bahwa Kerajaan Ayutthaya sudah tidak ada, dan pastinya dia tidak ingin juga mengatakannya agar sejarah tidak berubah. Dia hanya berkata bahwa ibu kota kerajaan di masa depan akan berganti.
Beberapa waktu kemudian, kita melihat Kade hamil untuk yang ketiga kalinya dan melahirkan saat semua orang lagi asyik barbeque. Tapi kali ini semua orang santai-santai saja menghadapi kelahiran si anak bungsu, maklum, sudah pengalaman.
Sekarang Kade dan Por Dech punya empat anak, dua cowok dan dua cewek yang jarak umurnya tidak terlalu jauh: Ruang, Rid, Kaew dan Prang.
Suatu hari, keempat anak mereka kompak ke dermaga untuk mengantarkan ayah dan ibu mereka yang hari ini mau ke daerah tempat tinggalnya orang Portugis untuk mengunjungi Mali.
Sesuai cerita sejarahnya Kade, Mali memang sangat menderita selama beberapa bulan di penjara di kandang kuda sehingga dia hampir putus asa dan kehilangan harapan untuk hidup.
Hingga suatu hari, akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri dengan bantuan seorang tentara Perancis bernama Sainte Marie. Dia dan putranya kemudian dibawa ke benteng Bangkok dan bertemu dengan Jenderal Desfarges.
Tapi di sana, hidupnya juga tidak lebih baik. Rasanya seperti keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. Biarpun Phaulkon dulu pernah menyelamatkan Desfarges, tapi Desfarges malah mengurungnya di tempat yang jauh lebih buruk.
Dia di penjara di sana selama terjadi peperangan, dia tidak melihat secara langsung dan hanya mendengar suara-suara senjata. Lalu suatu hari, Desfarges malah mengirimnya kembali ke Ayutthaya padahal dia ingin sekali pergi ke Perancis.
Dia takut, dia bisa saja mati karena Luang Sorasak sangat murka saat tahu dia melarikan diri dan ingin membalas dendam.
Por Dech sudah mendengar kabar itu, katanya Luang Sorasak bahkan membvnvh para penjaga di kandang kuda, dan Desfarges mengirim Mali kembali ke Ayutthaya untuk ditukar dengan kapal, bahan pangan dan lain sebagainya untuk keperluan pulang para pasukan Perancis. Raja Phetracha mengabulkan permintaan Desfarges tersebut karena beliau tidak mau kehilangan muka karena gagal melindungi Mali.
Pada akhirnya Mali tetap dipenjara begitu kembali ke Ayutthaya, tapi Mali yakin kalau ini adalah perbuatan Luang Sorasak. Berkat kemurahan hati Raja Phetracha-lah, sekarang dia diizinkan pulang setiap beberapa hari sekali.
Karena masalah Mali inilah, Raja Phetracha dan Luang Sorasak semakin sering berselisih. Luang Sorasak masih keukeuh menginginkan Mali menjadi istrinya dan ngotot meminta Raja untuk memaksa Mali untuk menikah dengannya, tapi Raja Phetracha menolak. Raja Phetracha bahkan berencana akan membebaskannya dari penjara dan akan mempekerjakan Mali di istana.
Tanpa menyebutkan bagaimana detilnya, Kade menyemangati Mali untuk bertahan dan meyakinkan Mali bahwa sebentar lagi, penderitaannya Mali pasti akan segera berakhir, dan setelahnya, Mali akan kembali bersinar seperti dulu.
Dan ucapan Kade memang benar. Beberapa tahun kemudian, Mali akhirnya mendapatkan hidupnya kembali, dan kita melihat kembali adegan ending season pertama dulu, saat ketiga keluarga bahagia berkumpul di rumah keluarga Por Dech dengan anak-anak masing-masing yang sudah semakin tumbuh besar.
10 tahun pasca era baru, Kade mendengar dari suaminya bahwa Khun Ban sudah meninggal dunia. Selama beberapa waktu belakangan ini, Raja Phetracha sangat benci dan murka pada Khun Ban (karena dianggap memiliki hubungan dengan Perancis dan setia pada Raja Narai) sehingga Raja Phetracha memotong hidung Khun Ban dan selalu cari-cari alasan untuk menghukumnya. Kade dan Por Dech sedih mendengar kematiannya, tapi ya apa boleh buat, itulah sejarah yang terjadi.
Sekarang, marilah kita kembali ke masa depan dan bertemu dengan seorang gadis kecil cantik bernama Pudtarn. Dia adalah putrinya sepupunya Kadesurang, dengan kata lain, dia adalah keponakannya Kadesurang yang wajahnya sangat mirip seperti Kadesurang waktu kecil dulu.
Hari ini, dia dan kedua orang tuanya mendatangi kuil untuk bertemu Ibunya Kadesurang yang sekarang menahbiskan dirinya menjadi biksuni demi mendiang Kadesurang.
Rueang juga menjadi biksu di kuil ini. Saat dia bertemu Pudtarn, dia menghadiahi Pudtarn sebuah gelang kayu yang diterima dan dipakai dengan riang oleh Pudtarn.
Hari sudah mulai petang saat Pudtarn sekeluarga pulang naik mobil. Di tengah jalan, hujan mulai turun dengan deras, dan tiba-tiba saja Pudtarn melihat hantunya Karakade di pinggir jalan. Hanya Pudtarn yang bisa melihatnya, kedua orang tuanya tidak.
Sayangnya, sama seperti kejadian yang dialami Kadesurang dulu, melihat hantunya Karakade artinya akan terjadi bencana. Dan benar saja, tak lama kemudian, gara-gara Ayahnya Pudtarn menyetir tidak sabaran, akhirnya mereka sekeluarga bertabrakan dengan truk dan gelang kayu itu terlepas dari tangan Pudtarn.
Dalam keadaan sekaratnya, Pudtarn melihat arwah ayah dan ibunya keluar dari raga mereka. Saat itulah, dia melihat arwah Karakade sebelum kemudian dia menutup mata.Pudtarn pun meninggal dunia dan arwahnya bergabung bersama arwah kedua orang tuanya. Akan tetapi... raga Pudtarn masih tetap hidup. Hah? Kok bisa?
Iya, karena sekarang Karakade-lah yang memasuki raga mati Pudtarn. Kejadian ini sama persis seperti kejadian arwah Kadesurang yang masuk ke raga mati Karakade dulu. Arwah Karakade yang telah gentayangan selama ratusan tahun, akhirnya menemukan raga sekarang.
Sejak saat itu, hak asuh Pudtarn diambil alih oleh bibinya. Awalnya terjadi perseteruan antar keluarga, pastinya, karena memperebutkan warisannya Pudtarn. Namun Bibinya Pudtarn dengan gigih melindungi warisannya Pudtarn demi Pudtarn.
Di bawah pengasuhan Bibi-lah, Pudtarn tumbuh dengan baik sampai dewasa dan pastinya, wajahnya pun mirip dengan Kadesurang dan Karakade. Sekarang karena jiwa yang hidup di raga Pudtarn adalah jiwanya Karakade, kepribadiannya pun jadi sangat berbeda dan lebih dingin.
Namun Pudtarn tidak seburuk Karakade di kehidupannya yang sebelumnya. Kepribadiannya memang keras, tapi dia juga baik pada orang-orang yang baik padanya dan bergaul dengan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Sekarang dia bekerja di Ayutthaya.
Menurut ceritanya, dulunya dia sebenarnya bodoh, tapi pasca kecelakaan, dia mendadak jadi pintar dan memiliki ingatan yang bagus. Hmm, tapi entah apakah dia memiliki ingatan Karakade.
Dan sekarang di umurnya yang baru menginjak 20 tahun, dia sudah lulus kuliah dan bekerja. Tapi dia tidak akan melanjutkan S2 karena tidak ada uang. Dia memang punya warisan dan bibinya benar-benar tidak pernah mencurangi warisannya, tapi selama 12 tahun pasca kecelakaan itu, dia hidup dengan uang warisannya, jadi sekarang sudah habis.
Suatu hari, dia dihubungi Bibi yang kemudian membawanya untuk menemui Ibunya Kadesurang di kuil yang sangat merindukannya. Ibu benar-benar terharu, apalagi setelah melihat wajahnya yang sangat mirip Kadesurang.
Biarpun Bibinya Pudtarn adalah bibi yang baik dan membesarkannya dengan baik, namun hubungan mereka bisa dibilang, kaku. Dia tidak membenci Pudtarn, tapi juga tidak bisa menyayanginya.
Bibinya Pudtarn sadar betul kalau kepribadian Pudtarn berubah drastis pasca kecelakaan. Namun yang membuatnya tidak senang pada Pudtarn adalah dia merasa Pudtarn seperti menjadi orang lain pasca kecelakaan.
Pernah Bibi bertanya apakah Pudtarn merindukan mendiang orang tuanya, tapi Pudtarn tak menjawabnya. Pudtarn bersikap seolah dia tidak memiliki ingatan akan kedua orang tuanya.
Seharusnya kan itu tidak mungkin, dia waktu itu sudah cukup besar untuk mengingat orang tuanya, tapi Bibi yakin kalau Pudtarn tidak mengingat orang tuanya. Mendengar itu, Ibu menduga mungkin Pudtarn adalah reinkarnasi dari putrinya, Kadesurang.
Satu-satunya orang yang sadar siapa Pudtarn yang sekarang, sepertinya hanya Biksu Rueang, dia juga memprediksi bahwa Pudtarn sebentar lagi akan mengalami sesuatu yang tidak bisa dia hindari. Karena itulah, dia menasihati Pudtarn untuk selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya.
Saat Pudtarn berpamitan, Ibu mendoakan agar Pudtarn bertemu dengan orang-orang baik dan penyayang di mana pun dia berada.
"Tapi kau harus membuat dirimu berharga bagi cinta dan kebaikan mereka," nasihat Ibu.
Suatu hari, para pekerja penggali di tempat kerjanya Pudtarn menemukan sesuatu di tempat galian mereka, sebuah kotak kuno yang berisi sebuah kitab kuno yang sama sekali tidak mereka mengerti.
Pastinya, itu adalah Khrisna Kali, alias mantra bulan yang dulu membvnvh Karakade. Hmm, sepertinya Pudtarn/Karakade tidak mengingatnya, tapi tetap saja, karena jiwa Karakade memiliki koneksi dengan buku mantra itu, makanya dia punya perasaan tidak enak terhadap kitab kuno itu.
Dia sebenarnya tidak ingin menyentuhnya, tapi karena rekan-rekannya terus mendesaknya untuk membukanya, terpaksa dia memegang benda itu... tepat saat gerhana mendadak muncul dan seketika itu pula muncul cahaya sangat terang dari kitab itu, dan wuuuuussssh! Pudtarn menghilang!
Bersambung ke episode 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam