Sinopsis Story of Kunning Palace Episode 9 - Part 3

Xie Wei mengakui bahwa pada awal mereka bertemu empat tahun yang lalu, sebenarnya dia kagum pada Xue Ning. Dia seorang gadis yang pemberani tapi baik hati. 

Xue Ning begitu berani melawan para perampok, tidak takut berjalan di jalan gunung yang penuh salju, berani memberikan darahnya untuk menyelamatkannya, bahkan berani menghancurkan Guqin-nya agar tidak menghambat jalan mereka. Semua itu Xue Ning lakukan demi menyelamatkan nyawanya yang lemah.

Setelah beberapa lama tinggal di ibu kota, Xie Wei sebenarnya pernah mengunjungi kediaman Keluarga Jiang. Saat itulah, Xie Wei secara tak sengaja menyaksikan Xue Ning sudah berubah menjadi orang yang jahat pada pelayannya hanya karena masalah sepele.

Bahkan setelah itu, semakin lama Xue Ning terus mendengar kabar bahwa Xue Ning semakin tak terkontrol, suka membuat onar dan suka mendominasi. Jujur dia akui kalau dia sangat kecewa dengan perubahan Xue Ning. Xue Ning yang pernah dia kenal empat tahun yang lalu, rasanya seperti menghilang.

Dia sadar bahwa Xue Ning salah arah. Karena itulah Xue Ning membutuhkan seseorang yang bisa membimbingnya untuk membedakan baik dan buruk agar dia bisa kembali ke jalan yang benar, kembali pada kebaikan yang pernah dimilikinya dulu.

Dia hanya menyayangkan perubahan sikap Xue Ning, menyayangkan tidak ada orang yang bisa mengajari Xue Ning dengan baik. Namun sekarang dia menyadari kalau sifat asli Xue Ning sebenarnya belum berubah, kebaikannya pun masih ada.

Meski sifatnya Xue Ning masih gegabah, tapi lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu. Karena itulah, dia masih mengharap agar Xue Ning masih mau datang ke sini untuk belajar Guqin lagi besok.

Bukannya langsung menjawab iya atau tidak, Xue Ning malah sengaja balas dendam mengerjai Xie Wei dengan meniru suara kucing lalu melempar sesuatu pada Xie Wei yang refleks membuat Xie Wei ketakutan mengira dia dilempari kucing, padahal itu cuma lap.

Tapi Xue Ning agak geli juga sama Xie Wei saat ini. Siapa sangka kalau pemberontak besar di kehidupan sebelumnya ini, ternyata lumayan keren juga saat masih menjadi guru di istana.

Di tengah jalan, Xue Ning tiba-tiba ditemui Shen Jie yang sangat mengkhawatirkan Yan Lin, karena belakangan ini, Yan Lin benar-benar sangat aneh. 

Yan Lin yang dulu sangat ceria dan bebas, sekarang jadi sering murung dan tidak bersemangat. Dia sudah mencoba menanyai Yan Lin, tapi tidak dijawab. Makanya Shen Jie menemui Xue Ning untuk menanyakannya.

Masalahnya, Xue Ning sendiri tidak bisa mengatakannya... "Banyak hal di dunia ini yang sulit dikatakan kepada orang lain. Jika Yang Mulia berkenan, Xue Ning ingin meminta Anda menyampaikan pesan kepada Yan Lin. Anda katakan saja padanya, 'asalkan cukup gigih, baru akan berhasil. Ada beberapa hal, asalkan bisa dipertahankan, maka pasti akan ada perubahan'."

Mereka tidak sadar bahwa mereka diam-diam diawasi oleh Xue Shu dari kejauhan, dan tampak jelas dia semakin curiga dengan hubungan mereka dan jadi kesal karenanya.

Karena itulah, dia kemudian menemui Guru Wang untuk menghasut Guru Wang dan membuatnya berpikir bahwa Xue Ning-lah yang memprovokasi Xie Wei untuk membuang semua buku Moral Wanita dan secara tak langsung menganjurkan Guru Wang untuk menyingkirkan Xue Ning dari istana.

Makanya hari ini Guru Wang sengaja menarget Xue Ning dengan mempermalukannya. Xue Ning sebenarnya kesal, tapi berkat mengingat ucapan Xie Wei kemarin, kali ini dia menahan diri dan menjaga sikapnya, bahkan bersedia menerima hukuman Guru Wang, dihukum telapak tangannya pakai kayu.

 

Usai kelas, Zhi Yi membantu mengoles obat ke luka di telapak tangan Xue Ning sambil kesal menggerutui Guru Wang. Zhi Yi bahkan langsung beranjak pergi mau meminta ibunya untuk mengusir Guru Wang, bahkan sebelum Xue Ning sempat menghentikannya.

Xue Ning jelas tak percaya kalau Zhi Yi akan bisa membuat Guru Wang diusir dari istana. Biarpun dia tua dan kolot, tapi dia adalah gurunya mendiang Kaisar terdahulu. Dia guru yang paling berpengalaman di istana, tidak akan mudah untuk mengusirnya dari istana.

Di tempat lain, Ibu Suri sedang berusaha mendekatkan Shen Jie dengan Xue Shu. Tapi suasananya canggung banget, Shen Jie sama sekali tidak berinisiatif bicara apa pun.

Jelas-jelas dia tidak nyaman dengan situasi ini. Makanya setelah meneguk teh pemberian Xue Shu, dia buru-buru pamit. Kebetulan Zhi Yi muncul saat itu dan langsung paham dengan situasi ini dan juga keinginan kakaknya untuk melepaskan diri dari situasi ini.

Makanya sekalian dia memanfaatkan situasi ini untuk membantu kakaknya sekaligus mengkritik Guru Wang dengan mengingatkan mereka tentang pelajarannya Guru Wang tentang 'moral dan etiket wanita' yang menyebutkan bahwa pria dan wanita yang belum menikah, tidak boleh makan bersama dan Guru Wang juga bilang bahwa wanita tidak boleh ikut campur dalam masalah politik.

Sayangnya, Xue Shu dengan cepat bertindak melindungi dan membela Guru Wang dan memberitahu Ibu Suri bahwa Guru Wang juga ikut berperan dalam masalah pelantikan Putra Mahkota. Zhi Yi yang belum tahu apa-apa tentang masalah pelantikan Putra Mahkota ini, jelas penasaran apa maksudnya. Tapi Shen Jie dengan cepat menariknya pergi bersamanya.

Nona Fang yang merupakan putri Ahli Astronomi dari Biro Astronomi Istana, meramalkan dengan tepat bahwa masalahnya dengan Guru Wang itu terjadi gara-gara Xue Ning menyinggung seseorang.

Tapi berhubung ramalannya juga tidak detil, Xue Ning jadi mengira kalau yang dimaksud itu adalah Xie Wei. Makanya kemudian Xue Ning pergi menemui Xie Wei dengan kedua tangannya diperban. Namun yang tak disangkanya, Xie Wei ternyata tidak tahu menahu tentang masalah ini. Jadi jelas bukan dia orang yang dimaksud dalam ramalan itu.

Jelas saja saat Xie Wei mendengar apa yang terjadi, dia langsung kesal merutuki dua guru yang semena-mena itu. Kedua orang itu jelas tidak bisa dibiarkan tetap tinggal di Akademi Kekaisaran.

"Tapi belakangan ini aku melihat Guru Wang dan yang lain, sepertinya sangat menghormati Xue Shu. Guru, menurut Anda, apakah ini maksud dari Keluarga Xue?"

"Bahkan kau juga menyadari hubungan mereka?"

"Apa maksudnya bahkan aku juga menyadarinya?"

Xie Wei memberitahu bahwa setengah bulan yang lalu, kedua guru kolot itu mewakili Adipati Agung Xue menulis sebuah petisi pada Kaisar tentang pelantikan Putra Mahkota, tapi untungnya sekarang terhenti karena Adipati Xue membuat Kaisar marah terkait masalah kasus sutra mentah.

Keluarga Xue berhubungan dengan enam menteri penting dan juga menempatkan mata-mata di istana. Mereka sudah berakar kuat sejak awal.Makanya sekarang ini, satu-satunya yang setia pada negara sebenarnya hanya Keluarga Yan. 

Karena itulah Keluarga Xue berusaha keras untuk menyingkirkan Keluarga Yan. Tapi menggoyahkan Keluarga Yan itu tidak mudah, makanya cara terbaik untuk itu adalah dengan menuduh keluarga Yan bersekongkol dengan pemberontak.

Ah! Xue Ning sekarang mengerti hubungan semua kasus sebelumnya. Yang jadi masalah, apa hubungannya kasus ini dengan dirinya sehingga Guru Wang menargetnya dan menyulitkannya? Dia kan cuma teman belajar Tuan Putri dan tidak ada istimewanya?

Entah apa yang Xie Wei pikirkan, tiba-tiba dia punya ide untuk membantu Xue Ning. Guru Wang kan menyuruh Xue Ning membuat puisi tapi Xue Ning tidak pandai menulis puisi. 

Jadi dia memberikan sebuah puisi milik dan menyuruh Xue Ning untuk menyerahkan puisi ini pada Guru Wang dengan mengklaim bahwa ini tulisannya sendiri.

"Guru melakukan ini karena ingin membantuku?" goda Xue Ning.

"Jangan bermimpi. Aku menjabat sebagai Guru Muda Putra Mahkota, tentu saja harus menyingkirkan kaki tangan Keluarga Xue di Akademi Kekaisaran. Masalahmu ini hanya sekalian saja. Sebaliknya kau, sebelumnya selalu ribut ingin keluar istana. Lalu kenapa tidak mengambil kesempatan ini untuk keluar istana?"

Xue Ning akui kalau dia memang tidak suka istana. Tapi ini adalah tempat tertinggi di negara ini, hanya dengan giat belajar, dia bisa menjadi lebih baik dan bisa membantu Keluarga Yan dan Yan Lin.

"Cepat atau lambat, aku pasti akan pergi. Tapi aku berharap bisa pergi tanpa penyesalan. Jika ingin membalikkan takdir, tidak ada alasan untuk menyerah di tengah jalan."

Xue Ning ingin menyalin puisi itu, tapi Xie Wei melarangnya dan menyuruhnya untuk menghapalnya saja dan salin dengan menggunakan kertas miliknya sendiri karena jenis kertas yang dipakai murid dan guru itu berbeda. Bisa ketahuan kalau Xue Ning menyalin dengan menggunakan kertasnya.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments