Xue Ning termenung sedih memikirkan ucapan kejam Nyonya Meng, ya walaupun ucapannya memang benar dan kenyataan di kehidupan sebelumnya.
Di kehidupan sebelumnya, dia secara tak sengaja mengetahui pertemuan pertama Xue Hui dan Shen Jie.
Makanya dia berbuat curang dengan mencuri saputangan milik Xue Hui, lalu membuat situasi di mana dia pura-pura tak sengaja menjatuhkan saputangan itu di hadapan Shen Jie dan membuat Shen Jie berpikir kalau dialah wanita yang pernah Shen Jie temui di depan kuil.
Begitulah bagaimana dia merebut kesempatannya Xue Hui hingga dia berhasil menikahi Shen Jie dan pada akhirnya menjadi permaisuri, tapi malah berakhir tragis.
Mungkin ucapan Nyonya Meng memang benar. Temperamennya dan berbagai pikiran yang tidak seharusnya dia pikirkan-lah yang membuatnya mengalami akhir seperti itu.
Tapi kali ini dia ingin ada perubahan, tapi kenapa semua orang malah mendorongnya pergi ke istana? Kenapa sekeras apa pun dia berusaha, selalu ada tangan tak terlihat yang mengembalikan segalanya ke semula?
"Bagaimana dengan Yan Lin dan Zhang Zhe? Apakah mereka akan tetap berakhir seperti itu?"
Xue Ning khawatir. Tapi tidak, mereka tidak boleh berakhir seperti di kehidupan sebelumnya. Xue Ning tidak akan membiarkan sejarah terulang. Karena itulah, dia tidak boleh menyerah begitu saja, pasti ada cara untuk membuka satu jalan baru. Dia pasti bisa!
Berdasarkan informasi dari Lu Xian, Xie Wei mengetahui bahwa Zhou Yin Zhi yang tadi bersama Yan Lin, dulunya hanyalah seorang pengurus kuda yang berasal dari desa yang sama dengan Xue Ning.
Informasi inilah yang akhirnya mengingatkan Xie Wei bahwa Yin Zhi memang pernah bersama mereka dalam perjalanan ke ibu kota empat tahun yang lalu. Waktu itu, di tengah perjalanan, ada tawuran di sebuah penginapan, Zhou Yin Zhi terlibat dalam pertarungan itu dan dia benar-benar kuat.
Xie Wei jadi semakin khawatir dengan orang ini. Zhou Yin Zhi berasal dari keluarga miskin dan rendahan, tapi kuat dan pandai menjilat pejabat. Orang seperti ini jelas tidak bisa diremehkan. Karena itulah, besok dia berencana pergi ke kediaman Adipati Yan untuk bicara dengannya.
Lu Xian punya informasi lain yang tak kalah penting, Raja Pingnan mengirim Gongyi Chen ke ibu kota. Orang inilah yang mengutus si pembvnvh waktu itu untuk membvnvh Xie Wei.
"Dia sedang memperingatkanmu untuk tidak melupakan identitasmu," sinis Lu Xian.
"Sejak kapan dia berhak mengatakan tentang identitasku? Silahkan saja. Aku justru ingin lihat apakah dia bisa kembali hidup-hidup."
Keesokan harinya di Kediaman Keluarga Yan, Yan Lin dengan polosnya mempertemukan Zhou Yin Zhi dengan Xue Ning dan mengajak mereka pesta barbeque tanpa mengetahui alasan di balik ketegangan antara Xue Ning dengan Yin Zhi.
Xue Ning jelas tak senang mengetahui mereka berdua ternyata berhubungan akrab, makanya begitu Yan Lin mencoba menjelaskan alasannya dekat dan percaya pada Yin Zhi, Xue Ning langsung mengomeli Yin Zhi.
Suasana jadi semakin tegang karenanya, makanya Yan Lin buru-buru cari-cari alasan untuk menghindar sebentar. Dan begitu mereka berduaan, Xue Ning sontak kesal memarahi Yin Zhi karena tidak mengindahkan peringatannya yang waktu itu untuk tidak mengganggu Yan Lin.
Canggung, Yin Zhi berusaha menjelaskan pada Xue Ning bahwa situasinya sendiri serba salah. Bahkan sekalipun dia sendiri juga menginginkan ketenangan, orang lain yang tidak membiarkannya.
Bahkan sekalipun bukan dia, pada akhirnya pasti akan ada orang lain yang akan menggantikannya. Dia sudah tahu kalau hari ini Xue Ning akan datang atas undangan Yan Lin, makanya sejak kemarin dia menginap di sini agar dia bisa bertemu Xue Ning dan meminta petunjuknya untuk menyelesaikan keadaannya ini.
Xue Ning tentu saja tahu kalau Keluarga Xue ingin memalsukan bukti bahwa Keluarga Yan berkolusi dengan Raja Pingnan. Kaisar sangat takut pada Raja Pingnan.
Jika Keluarga Xue ingin menjatuhkan Keluarga Yan, maka pastilah mereka harus membuat kejahatan Keluarga Yan menjadi kejahatan besar yang bisa membinasakan seluruh keluarga.
Tapi selama ini usaha mereka gagal karena Keluarga Yan sangat setia pada kekaisaran. Makanya Xue Ning bisa menebak kalau mereka pasti ingin memalsukan bukti.
Yin Zhi mengakuinya. Dia meyakinkan Xue Ning bahwa dia sudah berusaha menuruti perkataan Xue Ning, dia benar-benar tidak ingin mencuri tulisan tangan dan cap stempel Adipati Yan.
Masalahnya, Adipati Xue terus memaksa. Makanya dia berpikir untuk mengelabuinya dengan mencari sembarang tulisan apa saja. Namun saat dia memeriksa ruang belajar Adipati Yan semalam, dia malah menemukan hal besar.
Dalam usahanya mencuri selembar tulisan apa saja semalam, tak sengaja Yin Zhi menginjak sebuah baskom yang digunakan untuk membakar kertas. Di situlah, dia menemukan potongan kertas setengah terbakar yang ada stempel lambang Raja Pingnan. (Hah? Jadi Adipati Yan benar-benar berhubungan dengan Raja Pingnan?)
Xue Ning jelas kaget mendengar ceritanya. Yin Zhi meyakinkan kalau dia sangat yakin dengan apa yang dia lihat biarpun stempel lambang itu cuma setengah, dia bekerja di Pengawal Kaisar, tentu saja dia tahu lambang Raja Pingnan seperti apa, jadi dia tidak mungkin salah lihat.
Ini masalah penting, harus dilaporkan. Tapi dia tahu bahwa jika Keluarga Xue sampai mengetahuinya, sudah pasti Keluarga Yan akan mendapat masalah.
Dan mungkin Yin Zhi sendiri akan mendapat masalah dan akan dikorbankan jadi kambing hitam, makanya Yin Zhi membutuhkan petunjuknya Xue Ning tentang apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
"Aku tidak sanggup menerima hormat dari Tuan Zhou. Seperti yang kau lihat, aku ingin membantu Keluarga Yan. Tapi aku sama sepertimu adalah orang licik. Tidak masalah jika orang licik bekerja sama demi keuntungan. Meskipun sekarang aku tidak punya apa-apa, tapi jika aku ingin membvnvhmu, malah sangat mudah. Apakah kau percaya?"
"Iya. Jika Nona memberitahukan hal ini kepada Kediaman Adipati, aku pasti bisa mati ribuan kali."
"Itu benar. Yang diberikan Keluarga Xue padamu, belum tentu bisa kau nikmati. Selain itu, yang kau lihat hanyalah pecahan lambang, tidak tahu apa yang tertulis di surat itu. Aku percaya bahwa Keluarga Yan tidak berniat untuk memberontak. Pasti ada hal lain di baliknya. Pokoknya, surat yang terbakar itu, tidak boleh diketahui orang lain."
Masalah menangani tuntutan Adipati Xue, Xue Ning menyarankan Yin Zhi untuk mengambil beberapa buku kaligrafi saja untuk mengelabuhi Adipati Xue untuk sementara waktu. Ulur waktu beberapa hari, baru mereka bicarakan lagi.
Dia tahu bahwa ini bukan solusi jangka panjang, karena itulah, dia menyarankan Yin Zhi untuk memberitahukan masalah ini pada Yan Lin, biarkan Yan Lin yang mencari solusinya. Sudah saatnya membuat Yan Lin tumbuh dewasa.
Pada saat yang bersamaan, Yan Lin sedang menyambut Xie Wei yang mendadak datang juga. Anehnya, Xie Wei sedang menatap sebuah pohon besar seolah dia mengenal pohon itu dan merindukannya.
Xie Wei bertanya-tanya kenapa pohon ini belum mekar padahal sekarang sudah akhir musim gugur. Yan Lin memberitahunya bahwa pohon ini dulunya ditanam oleh bibinya sebelum beliau menikah.
Namun setelah bibinya meninggal dunia dua tahun yang lalu, daun pohon ini pun layu dan tidak pernah mekar lagi seolah ikut mati bersama mendiang bibinya. Informasi itu, anehnya lagi, membuat Xie Wei tampak semakin sedih. (Hmm, dia pasti punya hubungan dengan Keluarga Yan, tapi apa? Kenapa Yan Lin tidak tahu apa-apa tentang dia?)
Mengalihkan perhatiannya, Xie Wei bisa langsung menebak kalau Yan Lin pasti lagi barbeque karena dia bisa mengendus bau arang dari tubuh Yan Lin. Kebetulan sekali, Xie Wei langsung minta ikut makan.
Jadilah grup mereka ketambahan Xie Wei yang membuat suasana jadi semakin canggung, terutama Xue Ning yang tegang banget sampai dia tidak nafsu makan, takut Xie Wei mencurigainya karena keberadaan Zhou Yin Zhi di sini.
Yan Lin seorang yang paling tidak menyadari kecanggungan suasana ini. Yin Zhi lama-lama risih juga dan langsung cari-cari alasan untuk menghindar ke dapur.
Bahkan saking tegangnya, saat Xie Wei cuma mau mengambil capitan arang, Xue Ning refleks menjauh dengan ketakutan. Yan Lin malah ketawa geli dengan reaksinya, menyadari kalau Xue Ning ternyata takut sama Xie Wei. Tapi dia sama sekali tidak ada pikiran aneh-aneh tentang itu dan cuma menertawai Xue Ning yang sontak saja membuat Xue Ning gemas menutup mulutnya dengan sate yang masih panas.
"Ning'er, biasanya kau memperlakukan Pangeran Yan seperti ini?" tegur Xie Wei tak senang. (Pfft! Akrab sekali dia manggil Xue Ning, Ning'er)
Xue Ning santai meyakinkan Xie Wei untuk tidak khawatir, dia dan Yan Lin sangat akrab, Yan Lin memang suka makan makanan panas kok, iya kan?
Dia juga mau mencekoki Yan Lin dengan arak, tapi lagi-lagi, Xie Wei langsung menegurnya dengan muka seram dan mengingatkan Ning'er bahwa arak itu bisa merusak kesehatannya Yan Lin.
Gregetan, Xue Ning langsung saja menenggak arak itu sendiri. Tidak masalah kan kalau kesehatannya sendiri yang rusak?
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam