Sinopsis Story of Kunning Palace Episode 8 - Part 1

Kasus artefak Ruyi itu sontak membuat para gadis mulai menggosip tentang hubungan kasus ini dengan pemberontakan di masa lalu, terutama hubungannya dengan kalimat 'Tiga Ratus Jiwa Setia' itu. (Kecuali Xue Ning yang pastinya juga mengetahui sejarah ini tapi memutuskan diam saja)

Kisahnya, Raja Pingnan adalah adik dari mendiang Kaisar terdahulu. Dia kalah dalam perebutan tahta lalu kemudian diasingkan ke tempat terpencil. 

Namun ternyata dia diam-diam membentuk pasukan lalu memimpin pasukannya untuk menyerang istana pada suatu hari di musim dingin, tepat pada saat hujan salju turun. (Sama persis seperti pemberontakan yang dipimpin Xie Wei di kehidupan sebelumnya, dilakukan pada musim dingin saat hujan salju turun).

Seluruh istana dan ibu kota menjadi kacau balau. Saat itu, mendiang Kaisar terhindar dari bencana karena sedang keluar untuk memulihkan diri. 

Namun Permaisuri (Ibu Suri yang sekarang) dan Putra Mahkota yang masih kecil (Kaisar yang sekarang) berada di istana. Kebetulan pula saat itu, Nyonya Yan (Mendiang Istrinya Adipati Xue, yang juga saudaranya Adipati Yan) dan putranya yang masih kecil (Xue Ding Fei), juga berada di sana.

Saat Raja Pingnan berhasil masuk istana, dia tidak melihat jejak Permaisuri dan Putra Mahkota. Dia jadi curiga bahwa ada jalan rahasia untuk kabur dari istana. Namun Raja Pingnan dan pasukannya mengepung semua jalan keluar/masuk istana kekaisaran dan ibu kota sehingga tidak mungkin ada yang bisa melarikan diri. 

Raja Pingnan ingin memberantas semua anggota keluarga kerajaan. Para pasukannya pun diperintah untuk menangkap semua anak lelaki di seluruh kota. Tujuannya untuk mencari dan membvnvh Putra Mahkota.

Tapi tidak ada satu pun dari anak-anak itu yang merupakan Putra Mahkota. Raja Pingnan jadi sangat murka sehingga dia memerintahkan agar Putra Mahkota diserahkan padanya dalam kurun waktu tiga hari. Jika tidak, maka dia akan membvnvh semua anak yang ditangkap.

Di saat genting inilah, Xue Ding Fei kecil maju dan menyamar sebagai Putra Mahkota, dengan gagah berani menukar nyawanya demi menyelamatkan rakyat yang tak berdosa. (Hmm, tapi kalau menurut kisahnya Adipati Yan, si kecil Xue Ding Fei dipaksa melakukan itu, dan bukannya karena dia rela berkorban, pantesan Xie Wei phobia dan trauma terhadap salju).

Namun ternyata pada akhirnya bukan cuma Xue Ding Fei yang dibvnvh, semua anak itu juga tetap dibvnvh dengan kejam, jumlahnya 300 jiwa. Inilah asal-usul kalimat 'Tiga Ratus Jiwa Setia' itu, kalimat yang membuat Ibu Suri yang sekarang menjadi sangat murka (pasti karena dia jadi teringat kejadian itu).

Baru kemudian datanglah pasukan milik Adipati Xue dan pasukan milik Adipati Yan yang berhasil mengalahkan pemberontak dan merebut kembali ibu kota.

Sebelum Raja Pingnan melarikan diri, dia membakar semua mayat yang dia bunuh, termasuk mayatnya Xue Ding Fei. (Pasti alasannya agar mereka tidak mengetahui bahwa Xue Ding Fei sebenarnya masih hidup dan dia bawa pergi).

Setelah itu, Kaisar terdahulu memerintahkan agar tiga ratus jiwa setia ini dikuburkan di gunung belakang Kuil Baiguo. Mereka yang mati, dianggap sebagai pahlawan yang gugur demi menyelamatkan nyawa Putra Mahkota. Tempat pemakaman mereka disebut sebagai Hutan Kesetiaan.

Katanya, setiap kali Ibu Suri mengingat hal ini, dia akan merasa sedih atas ratusan nyawa yang tidak bersalah tersebut, makanya dia tidak pernah membiarkan siapa pun mengungkit masalah ini. 

Hmm, benarkah Ibu Suri merasa sedih dan bersalah atas ratusan nyawa tak bersalah itu? Xue Ning tak yakin, kemarahan Ibu Suri tadi jelas tidak menunjukkan kalau dia sedih atau merasa bersalah.

 

Ngomong-ngomong tentang latar belakang Xue Ding Fei, dia adalah keturunan dari dua keluarga bangawan besar yang belum pernah ada sebelumnya. Jadi bisa dibilang, Xue Ding Fei adalah kakak tirinya Xue Shu.

Kabarnya, dulu Adipati Xue (yang sekarang, Ayahnya Xue Shu) memiliki dua saudara laki-laki. Seharusnya yang mewarisi gelar Adipati Agung bukan dia, tapi kemudian Adipati Xue menikahi Nyonya Yan. Berkat dukungan Keluarga Yan-lah, Adipati Xue berhasil menjadi pewaris gelar Adipati Agung.

Kabarnya, pasca pemberontakan itu, Nyonya Yan merasa sangat sedih atas kematian anaknya. Lalu kemudian dia dan Adipati Xue bercerai. Tak lama setelah pulang ke kediaman Keluarga Yan, Nyonya Yan jatuh sakit lalu meninggal dunia tak lama kemudian.

Pasca kematiannya, kedua keluarga bangsawan itu pun seolah putus hubungan. Lebih anehnya lagi, belum tiga bulan pasca Nyonya Yan meninggal dunia, Adipati Xue langsung menikah lagi.

Memang, awalnya kelihatannya tidak aneh karena Keluarga Xue membutuhkan nyonya rumah baru sesegera mungkin untuk mengurus rumah tangga. Namun bahkan sebelum usia pernikahan mereka menginjak tujuh bulan, si nyonya baru melahirkan anak perempuan yang sekarang mereka kenal sebagai Xue Shu. (Sepertinya dia menikahi Nyonya Yan untuk kepentingan politik saja dan mungkin juga tidak pernah menyayangi Xue Ding Fei)

Yang tidak mereka sangka, ternyata Xue Shu mendengarkan gosipan mereka, makanya sekarang dia mendadak muncul dengan kesal dan berusaha membela ibunya. 

Para gadis itu jadi ketakutan (kecuali Xue Ning yang diam saja mendengarkan segalanya dengan dingin sedari tadi), apalagi dengan status Xue Shu yang jelas lebih tinggi daripada mereka dan bisa mengancam hidup mereka dengan mudah.

Malam itu, Xue Ning tidak bisa tidur tenang karena memimpikan pemberontakan dan pemb4nta1an massal anak-anak kecil yang tidak bersalah itu.

Tapi dia berusaha menenangkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu memikirkan insiden itu. Toh, itu sudah lama berlalu dan tidak ada hubungannya dengannya, juga tidak ada hubungan dengan Keluarga Yan, jadi untuk apa mencari masalah bagi diri sendiri?

Ibu Suri masih saja marah-marah gara-gara mereka masih belum bisa mendapatkan petunjuk tentang asal-usul munculnya artefak Ruyi tersebut. Shen Jie berusaha membujuknya untuk tidak lagi mempermasalahkannya lebih jauh, tapi Ibu Suri ngotot tidak terima. 

Ujung-ujungnya kedua ibu dan anak itu jadi bertengkar yang kemudian merembet ke masalah penerus tahta. Jelas dari perdebatan mereka bahwa Shen Jie sebenarnya tidak ada ambisi untuk menjadi penerus tahta. 

Ibu Suri jadi semakin heboh karena memang hanya Shen Jie yang bisa menjadi penerus tahta mengingat Kaisar tidak mampu punya anak. Shen Jie pun jadi ngambek menuduh Ibu Suri tidak bisa memahami anaknya sendiri.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments