Sinopsis Scent of Time Episode 2 - Part 1

Saat Hua Qian kembali ke aula, suaminya sudah menunggu dan mencemaskannya, dan dia benar-benar mencemaskannya dengan tulus sampai Tuan Putri menggodai kemesraan mereka. Hua Qian biasa-biasa saja, tapi tetap sopan meyakinkan Ye Lan bahwa dia baik-baik saja.

Hua Qian memperhatikan Pelayannya Tuan Putri membisiki Tuan Putri bahwa seseorang mendorong Hua Qian ke air. Hua Qian tiba-tiba teringat pengkhianatan Hua Man di kehidupan sebelumnya.

Di kehidupan sebelumnya, demi menyelamatkan dirinya sendiri, Hua Man berbohong ke Zhong Xi Wu bahwa dia dipaksa dan diancam oleh Ayah Hua untuk menjadi mata-mata di sini.

Hua Qian sekarang mengerti, "beberapa ikatan darah tidak berarti. Mereka hanya mencari keuntungan dan menghindari bahaya. Setelah diberi kesempatan lagi, aku bisa menghindari bahaya tersembunyi ini."

Zhong Xi Wu datang tak lama kemudian, bersikap biasa saja seperti biasanya tapi diam-diam mulai mewaspadai Hua Qian. 

Mungkin karena sekarang Hua Qian banyak berubah, sikap Tuan Putri pun menjadi lebih baik padanya. Tuan Putri bahkan memberinya hadiah gelang giok yang dulunya adalah hadiah pernikahannya dari ayahnya.

Semua orang sampai kaget melihat itu. Hua Qian tidak enak untuk menerimanya, tapi Tuan Putri bersikeras dan ikhlas menghadiahkan gelang berharga itu untuknya. Dan karena Xi Wu juga mendesaknya untuk menerima niat baik ibunya, Hua Qian akhirnya mau juga menerimanya. 

Dalam perjalanan pulang, Hua Qian menyadari bahwa Tuan Putri sebenarnya mengkhawatirkannya. Apalagi Hua Man membuat orang-orang jadi curiga. Karena itulah, Hua Qian bertekad untuk mengubah sejarah dan itu harus dimulai dari penyebab segalanya. Yaitu ayahnya.

Melihat istrinya melamun sambil mengelus gelang giok barunya, Ye Lan berkomentar bahwa hari ini Hua Qian sudah membuat Tuan Putri senang. Baru kali ini dia melihat Tuan Putri memperlakukan Hua Qian sebaik ini.

"Maksudmu, dia tidak menyukaiku?"

"Yang Mulia tidak suka banyak bicara. Jadi, dia mungkin tampak agak dingin. Namun, itu tidak benar."

"Yang Mulia memperlakukanku dengan baik hanya karenamu."

Ye Lan tiba-tiba menggenggam tangannya dan meyakinkan Hua Qian bahwa itu tidak benar, "kau baik dan lembut. Orang lain juga akan tahu saat mereka lebih mengenalmu."

Tapi kali ini Hua Qian tidak nyaman dengan sentuhannya dan langsung menarik tangannya, bersikap seolah dia cuma malu.

Kembali ke kediaman Zhong, Hua Qian sudah capek dan ingin istirahat, tapi Bibi pelayan Li malah cerewet mendesaknya untuk membawakan sup tonik pada suaminya yang masih tinggal di ruang kerja dengan harapan agar mereka bisa segera tinggal satu kamar. 

Hua Qian sebenarnya ogah, tapi berhubung malas mendengar kecerewetannya, Hua Qian akhirnya pergi juga mengantarkan sup tonik itu kepada Ye Lan.

Tapi dia bahkan tak peduli sama sekali biarpun suaminya itu tidak akan mendatanginya lagi malam ini dengan alasan sibuk lalu pamit pergi dengan sopan dan tetap perhatian mengingatkan suaminya itu agar tidak terlalu kecapekan.

Pelayannya sampai bingung sama dia, kenapa sekarang Hua Qian bersikap sangat dingin pada Ye Lan.

"Karena cinta akan mengubah seseorang. Aku telah diberi kesempatan kedua. Jadi, aku tidak boleh mengacaukannya."

Bibi Li sampai gregetan saat Hua Qian kembali tanpa hasil. Namun kemudian Kepala Pelayan Ji datang membawakan stempel keluarga dan buku besar pada Hua Qian atas perintah Ye Lan, yang itu artinya, Ye Lan mempercayakan urusan rumah tangga sepenuhnya pada Hua Qian sebagai nyonya rumah.

Bibi Li sudah senang saja, eh Hua Qian malah menolak dan meminta Kepala Pelayan Ji untuk mengurus semua itu sendiri. Bibi Li dan Kepala Pelayan Ji sampai bingung dibuatnya.

Kepala Pelayan Ji meyakinkan bahwa ini adalah perintah langsung dari Ye Lan. Jika Hua Qian tidak mengerti, dia pasti akan membantu. Bibi Li juga mendesaknya untuk menerimanya.

Hua Qian akhirnya mau juga menerimanya. Tapi... dia benar-benar tidak mau mengurus masalah itu karena masalah menyelamatkan nyawanya sendiri dan seluruh keluarganya lebih mendesak untuk dilakukan daripada cuma mengurusi urusan rumah tangga. Jadi, setelah Kepala Pelayan Ji pergi, Hua Qian menyerahkan dan mempercayakan urusan itu ke Bibi Li.

Di kamar tempat dia dikurung, Mu Yao masih bersikeras menolak makan gara-gara Ye Lan masih belum mau mempercayainya terkait keterlibatan Keluarga Hua dalam masalah keluarganya.

Namun keesokan harinya saat pelayan datang membawakan sarapan, dia melakukan sesuatu pada pelayan itu lalu melucuti bajunya, dan menyamar jadi si pelayan untuk kabur dari sana.

Pada saat yang bersamaan, Ye Lan bersama Hua Qian sedang dalam perjalanan ke rumah Keluarga Hua saat Pelayannya Ye Lan mendadak membisiki Ye Lan tentang kaburnya Mu Yao.

Ye Lan begitu panik dan khawatir hingga dia refleks mau pergi, tapi sedetik kemudian dia sadar kalau dia sedang bersama Hua Qian, jadi dia buru-buru menahan diri.

Namun yang tidak dia sangka, Hua Qian sendiri yang dengan ikhlas meyakinkannya untuk pergi melakukan apa pun urusannya, dia akan menunggu Ye Lan di Kediaman Hua.

Ye Lan awalnya ragu meninggalkan Hua Qian, tapi karena Hua Qian terus meyakinkannya untuk tidak khawatir, Ye Lan akhirnya pergi juga.

Hua Qian memang sengaja melakukannya dengan harapan Ye Lan akan mau memaafkannya saat akhirnya dia mengakui kebenarannya suatu hari nanti. Namun entah kenapa, lagi-lagi dia mencium aroma aneh yang entah asalnya dari mana.

Pada saat yang bersamaan di jalan, si pengemis lagi-lagi bertemu sekelompok preman yang waktu itu. Karena mereka mengira kalau si pengemis mencuri kantong uangnya, makanya mereka langsung mengejarnya dan menghajarnya.

Zhong Xi Wu sedang berada di sebuah kamar penginapan saat dia menyaksikan pertikaian di jalan antara si pengemis dan para preman, tapi dia masa bodo.

Namun kemudian dia mendengar kereta kuda Keluarga Zhong lewat tapi terhalangi oleh si pengemis yang terbaring tak berdaya karena terluka cukup parah.

Pelayannya Hua Qian kesal menyuruh mereka menyingkirkan si pengemis, tapi Hua Qian tiba-tiba keluar dari kereta kuda, menegur sikap tidak sopan pelayannya lalu mendekati si pengemis dengan ramah dan menangani masalah ini dengan bijak dan adil.

Dia tidak langsung percaya begitu saja dengan tuduhan para preman itu. Apalagi saat si preman berkata kalau dia tidak menemukan kantong uangnya dan tidak menemukan sepeserpun uang pada diri si pengemis, tapi tetap menuduh si pengemis berbohong.

Hua Qian dengan ramah bertanya langsung pada si pengemis tentang apakah benar dia mencuri kantong uang pria itu. Si pengemis dengan lemah menyangkal dan Hua Qian mempercayainya.

Jelas dia lebih percaya pada si pengemis, buktinya, si preman tidak bisa menemukan kantong uangnya pada si pengemis, dan tidak pula menangkap basah si pengemis tapi malah langsung memukulinya tanpa bukti.

Kalau si preman bersikeras meyakini bahwa si pengemis ini mencuri kantong uangnya, maka seharusnya dia lapor ke Hakim Wang. Tapi jika dia tidak bisa membuktikan tuduhannya, maka si preman yang akan dihukum lebih dari sekedar ganti rugi pengobatan untuk si pengemis.

Para preman jadi galau. Dari percakapan mereka, sepertinya mereka hendak melakukan bisnis yang mungkin ilegal, makanya mereka tidak mau berurusan dengan pihak berwenang. Akhirnya si preman memberikan sekantong uang untuk biaya pengobatan si pengemis lalu minggir.

"Siapa namamu?" tanya Hua Qian.

"Rong... Zhou," jawab si pengemis dengan terbata-bata dan suara lemah.

Tapi Hua Qian salah dengar, mengira kalau marga si pengemis adalah Zhou dan dengan ramah menyarankan si pengemis untuk mencari pekerjaan yang layak karena dia lihat kalau si pengemis masih gagah dan tangguh. Dia bahkan menawari si pengemis untuk datang dan bekerja padanya di Kediaman Keluarga Zhong.

Melihat para preman itu masih belum pergi, Hua Qian pun memerintahkan pelayannya untuk membawa si pengemis ke klinik dan dengan lantang memerintahkan pelayan untuk melapor ke Hakim Wang jika ada orang yang berani bikin onar lagi.

Qian Zhi, Pelayannya Hua Qian, bingung dengan sikap Hua Qian kali ini. Padahal sebelumnya, Hua Qian tidak pernah mau ikut campur dalam masalah semacam ini.

"Perbuatan baik mungkin akan dibalas. Jadi, jika aku terlibat masalah, mungkin orang lain juga akan membantuku."

"Apa?" bingung Qian Zhi.

"Tidak apa-apa. Aku tidak boleh takut melakukan hal baik di depan umum. Bahkan, kuharap aku bisa lebih sering melakukannya."

Sebenarnya dia merasa ada orang yang mengintipnya dari salah satu kamar penginapan, tapi saat dia menoleh, tidak tampak ada siapa-siapa. Akhirnya dia tidak memikirkannya lagi dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Itu karena Xi Wu memang sengaja menyembunyikan dirinya, dan apa yang disaksikannya tadi, benar-benar menarik perhatiannya... "Kenapa aku merasa dia telah menjadi orang yang berbeda?"

"Dia mungkin melakukannya karena itu memberinya apa yang dia inginkan," ujar pelayannya Xi Wu

"Benarkah?"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments