Sendirian di kamarnya, Xiao Yao memikirkan rasa kasihan Xin Yue terhadap perubahan Jing sekarang. Namun dia tidak setuju dengan Xin Yue.
Jing bukanlah giok putih yang diselimuti debu. Jing adalah sinar bulan yang terang. Meskipun sinar bulan tertutupi oleh awan, tapi tidak akan membuat malam menjadi gelap, terangnya akan selalu ada. Jing tidak perlu dikasihani siapa pun. (Aww, setinggi itu dia memandang Jing)
Dia tidak sadar kalau Jing yang berada di kejauhan, sedang mengupingnya... melalui rubah kecil spiritualnya yang nangkring di jendela kamarnya. (Pfft! Ternyata tuh rubah mini bisa jadi alat sadap) Jing tentu saja senang mengetahui pemikiran Xiao Yao terhadapnya.
Seperti sebelumnya, Cang Xuan terus memantau pergerakan Xiao Yao selama tinggal di kediaman Chenrong. Namun dia cuma mendapatkan informasi bahwa kemarin Xiao Yao dan yang lain berpesta sampai mabuk, tapi tidak jelas juga detilnya karena itu pesta privat, tidak ada pelayan yang diikutertakan.
Cang Xuan jadi semakin khawatir. Kebetulan, Xin Yue terus menerus mengirim pesan minta bertemu dengannya. Selama ini Cang Xuan selalu menghindarinya dengan alasan sibuk, tapi kali ini dia memutuskan untuk menerima undangannya.
Jadilah mereka kencan berdua dengan Xin Yue yang mencoba merayunya dengan menunjukkan kakinya. Cang Xuan jelas tak senang bersamanya, tapi memaksakan diri untuk tetap tersenyum ramah, pura-pura mengagumi kuku kakinya yang indah.
Xin Yue tidak sadar kalau Cang Xuan hanya mengharapkan informasi darinya, dan tanpa dia minta pun, Xin Yue langsung nyerocos menceritakan pesta malam itu.
Dia bahkan langsung menyanyikan lagu yang malam itu dinyanyikan Xiao Yao. Cang Xuan awalnya senang-senang saja mendengarnya. Namun semakin lama dia semakin menyadari arti lirik lagu tersebut, dan jelas dia sadar untuk siapa Xiao Yao menyanyikan lagu itu.
Cang Xuan seketika tak senang dan langsung buru-buru memotong nyanyian Xin Yue dan pamit pulang dengan alasan kalau dia masih banyak pekerjaan. Untungnya Xin Yue tidak curiga apa pun walaupun dia agak kecewa.
Sementara itu, Xiao Yao kebetulan berpapasan dengan Jing. Xiao Yao pun langsung mengusir kedua pelayan mereka dengan alasan menyuruh Shan Hu (pelayan pribadinya) untuk belajar menyeduh teh dari Jing Yue (Pelayannya Jing).
Akhirnya, mereka bisa berduaan. Xiao Yao penasaran kenapa Jing tidak mengunjunginya, apakah Jing tidak bisa memikirkan cara untuk menemuinya? Jing mengaku kalau dia pernah kok menemui Xiao Yao.
"Kau pernah menemuiku? Kenapa aku tidak tahu?... Kau mengintipku?"
Jing mengakuinya dengan tersipu malu. Xiao Yao pun senang... "Kau sangat merindukanku ya?"
"Aku tinggal di Kediaman Chenrong demi bertemu denganmu."
"Aku sudah bilang pada Xin Yue, aku ingin memintamu mengajariku bermain kecapi. Jika kau menerimaku sebagai murid, maka kau bisa bertemu denganku setiap hari. Apakah aku cerdas?"
Jing senang, "He-eh"
Mereka lalu melanjutkan jalan bersama lagi, tapi kali ini Xiao Yao berinisiatif memegang tangan Jing dan jadilah mereka bergandengan tangan selayaknya pasangan. (Pfft! Selalu Xiao Yao yang berinisiatif physical touch duluan)
Mereka kemudian masuk ke kamar di mana Xiao Yao mendudukkan Jing di bangku karena dia ingin mengecek lututnya Jing yang penuh bekas luka dan masih ada tulang yang agak menonjol.
Dulu waktu masih tinggal di Kota Qingshui, mereka tidak mampu membeli obat yang bagus. Namun sekarang, dengan kemampuan mereka berdua, Xiao Yao yakin bahwa mereka bisa menemukan obat untuk menyembuhkan kaki Jing. Mungkin tidak akan bisa sembuh sempurna seperti sedia kala, tapi setidaknya, tidak akan terlalu terlihat berbeda.
Jing penasaran, "apa kau keberatan?" (terhadap kakinya)
Mendengar itu, Xiao Yao tiba-tiba menjawabnya dengan meng3cvp lembut lutut Jing yang sontak saja membuat Jing kaget tapi juga bahagia menyadari Xiao Yao sama sekali tidak keberatan dengan cacat tubuhnya dan mau menerimanya apa adanya.
"Karena kau tidak keberatan, maka tidak perlu diobati lagi. Lagipula, luka di tubuhku juga bukan hanya di satu tempat ini, mereka sudah menjadi bagian dari tubuhku."
"Meski aku tidak keberatan, tapi aku keberatan jika orang lain keberatan. Aku tidak ingin orang lain memandang rendah dirimu. Kau yang sekarang sama sekali tidak kalah dari Tuan Muda Qingqiu yang dulu. Di hatiku, kau bahkan lebih baik. Aku hanya berharap kau bisa bahagia."
"Aku mengerti. Kau khawatir aku akan sedih dengan tatapan tidak suka dari orang lain, tapi aku tidak akan begitu. Xiao Yao, selama kau bersedia melihatku, tidak peduli apa pun kata orang lain, aku tidak akan sakit hati."
Jing seketika terpesona membelai bibir Xiao Yao, "di bibirmu ada apa?"
Xiao Yao tersipu, "ini perona."
Terbawa perasaan, Jing tiba-tiba saja meng3cvp singkat sudut bibir kiri Xiao Yao yang jelas saja membuat Xiao Yao membeku gugup. Saat Jing beralih meng3cvp sudit bibir kanannya, Xiao Yao refleks mundur saking gugupnya, namun Jing dengan cepat menariknya kembali dan kali ini dia benar-benar menc1vmnya dengan serius hingga mereka hampir kehabisan napas.
"Manis," ucap Xiao Yao, "c1vmanmu manis." (Pfft!)
"Karena kau manis." (Pfft! Mas Rubah pintar ngegombal)
Tapi Xiao Yao tidak mengerti kenapa... kenapa baru sekarang Jing menc1vmnya padahal waktu dia menawarkan c1vman di pantai, Jing malah tidak mau melakukannya. (Karena waktu itu perasaanmu masih abu-abu, tapi sekarang Jing sudah yakin kalau kamu beneran cinta sama dia)
"Entahlah. Mungkin karena kau terlalu baik, aku hanya ingin memilikimu sendiri. Mungkin karena sekarang aku sangat egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Mungkin karena... tadi kau terlalu memikat."
Xiao Yao sontak menutup mulutnya dengan malu, dan Jing dengan manisnya meng3cvp tangannya. Xiao Yao pun langsung menyandarkan dirinya dalam pelukan Jing.
Bersambung ke episode 29
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam