Cang Xuan sedang beristirahat saat Kakeknya datang dan memberinya token giok peninggalan neneknya yang bisa Cang Xuan gunakan untuk memerintah para pengawal di Puncak Zhaoyun.
Akan tetapi, di sisi lain, para pengawal ini hanya bisa menjaga keamanan Cang Xuan jika dia tinggal di Puncak Zhaoyun. Namun jika Cang Xuan menginginkan Gunung Xiyan, maka dia tidak boleh selamanya tinggal di Puncak Zhaoyun.
Cang Xuan dan Xiao Yao akhirnya mengunjungi makam keluarga mereka. Menyembahyangi makam Nenek, Ayah dan Ibunya Cang Xuan dan juga Ibunya Xiao Yao. Semuanya dimakamkan di satu area.
Setelahnya, Cang Xuan memberitahu Xiao Yao bahwa dia akan mengantarkan Xiao Yao kembali ke Gunung Lima Dewa karena dia tidak mau kejadian mala itu terjadi lagi. Dia tidak mau Xiao Yao pasang badan melindunginya saat dia bertemu dengan bahaya lagi.
Xiao Yao menolak, masa dia harus membiarkan Cang Xuan menunggu mati di sini sementara diabersenang-senang di Gunung Lima Dewa?
Cang Xuan meyakinkan Xiao Yao kalau dia tidak selemah yang Xiao Yao pikir. Dia yakin kalau dia pasti akan bisa selamat biarpun tanpa bantuan Chishui Xian, hanya saja dia tidak menyangka kalau ada Fangfeng Bei juga.
Musuhnya ternyata jauh lebih kuat daripada yang dia bayangkan. Karena itulah, dia akan lebih berhati-hati di masa depan. Dia sudah kehilangan terlalu banyak kerabat, dia tidak bisa kehilangan Xiao Yao lagi.
"Aku juga telah kehilangan terlalu banyak kerbaat, aku tidak bisa kehilanganmu lagi. Jika kautidak ingin aku mengadang di depanmu lagi lain kali, maka kau harus memikirkan cara untuk mengaahkan semua bahaya."
"Aku akan berusaha sekuat tenaga. Aku akan mengorbankan diri. Aku akan menggunakan semua cara yang bisa digunakan."
"Asalkan bisa bertahan hidup. Jika tidak, bukan hanya kita sendiri yang akan merasa tidak rela. Mereka yang berada di belakang (para mendiang keluarga mereka) juga tidak akan bisa mati dengan tenang."
Beberapa waktu kemudian, Raja Xiyan mengeluarkan titah bahwa Cang Xuan diangkat sebagai Menteri Transportasi Sungai. Dengan jabatan barunya, Cang Xuan pun pindah ke kediaman baru di Kota Xiyan bersama Xiao Yao yang bersikeras mau ikut ke mana pun Cang Xuan pergi.
Paman ketujuh jadi semakin panik, namun paman kelima lebih tenang dalam menghadapi kegagalan rencana mereka dan mengingatkan adiknya untuk tidak terburu nafsu menyerang Cang Xuan lagi. Sebaiknya tunggu amarah Raja Xiyan mereda.
Saat tengah beres-beres di kediaman baru mereka, Xiao Yao menemukan botol arak plum hijau yang masih sisa satu yang belum dia minum. Namun sekarang, Xiao Yao menyuruh pelayannya untuk membuangnya saja dan buang semua botol kosong yang lain. Pelayan bingung, bukankah Xiao Yao paling suka arak ini?
"Begitu disimpan, arak ini menjadi memiliki rasa menunggu. Aku sudah menunggu selama 70 tahun di Gunung Yu, sudah puas mencicipi rasa menunggu. Tak peduli seberapa suka pada suatu benda, jika sudah memiliki rasa menunggu, aku jadi tidak menginginkannya lagi," ujar Xiao Yao.
Mendengar itu, Cang Xuan bertanya-tanya haruskah dia menulis surat pada Jing untuk membantu Xiao Yao bertanya. Xiao Yao menolak, lagipula, Cang Xuan sendiri yang bilang kan bahwa satu-satunya cara agar tidak kecewa jangan memberi diri sendiri harapan.
Suatu hari, Xiao Yao membawa satu rantang kue manis ke agen jasa ekspedisi keluarga Tushan. Namun dia memberitahu si pengurus bahwa kue-kue ini sebenarnya adalah racun ganas dan dia minta agar kue-kue beracun ini diantarkan ke Kota Qingshui. Dia tidak menyebutkan siapa penerimanya, karena orangnya akan datang mengambilnya sendiri nanti. (Pastinya yang dia maksud adalah Xiang Liu)
Namun tepat setelah itu, dia mendadak melihat Fangfeng Bei sedang mengawasinya dengan tatapan aneh. Namun hanya berlangsung beberapa detik karena Bei dengan cepat menormalkan wajahnya dan tersenyum manis menyapa Xiao Yao. Apa Xiao Yao masih mengingatnya?
"Aku baru saja selamat dari panahmu, sepertinya akan sangat sulit untuk melupakanmu, kan?" sindir Xiao Yao.
Bei santai menyangkal dengan gaya playboy-nya dan terus membuntuti Xiao Yao, tak peduli biarpun Xiao Yao mengancam akan meracuninya. Dia bosan soalnya, dan dia lihat kalau Xiao Yao juga kayaknya lagi bosan. Dia biasanya cukup sibuk di malam hari, makanya di siang hari dia bosan. Dia bahkan terang-terangan menyatakan bahwa dia akan terus mengejar Xiao Yao dengan berbagai cara.
Xiao Yao mengabaikannya. Namun tiba-tiba Bei mengajaknya untuk melihat kemampuan panahannya. Yang ini sontak berhasil menarik perhatian Xiao Yao. Senang, Bei pun membawa Xiao Yao ke puncak gunung di mana Bei memperlihatkan keahlian panahannya yang ternyata hebat sekali.
Xiao Yao pikir kalau anak panahnya Bei salah sasaran melewati pohon bunga, tapi tidak. Saat anak panah itu kembali, ternyata dia benar-benar berhasil menarget tepat sasaran dengan membawa sebutir bunga.
Xiao Yao seketika sadar kalau kemampuan panahannya Bei sangat menakutkan. Jika malam itu Bei benar-benar melepaskan anak panahnya, dia dan Cang Xuan pasti sama-sama tidak akan selamat. Berusaha menenangkan diri, Xiao Yao langsung pasang senyum dan memuji kehebatan panahannya.
''Apa kau ingin belajar?" tanya Bei menawarkan diri.
"Apa ini bisa diajarkan kepada orang luar?"
"Yang akan kau pelajari adalah postur memanah, bukan metode berkultivasi. Siapa pun bisa mengajarimu. Namun, yang kuajarkan tentu adalah yang terbaik."
"Jika kau bersedia mengajar, tentu saja aku bersedia."
Maka mulailah Bei menjadi guru panahannya Xiao Yao, dan ternyata dia benar-benar mengajar dengan serius. Yaaaa, walaupun tentu saja, dia sekalian memanfaatkan saat ini untuk nempel-nempel ke Xiao Yao dengan alasan mengajar.
Usaha pertama Xiao Yao gagal, namun kedua kalinya berkat arahan Bei, dia berhasil. Ketiga kalinya juga berhasil. Xiao Yao lama kelamaan jadi semakin semangat dan antusias. Bei meyakinkan Xiao Yao bahwa panahan itu mementingkan teknik dan skill, jadi tidak masalah biarpun energi rohnya rendah. Contohnya, Fangfeng Yi Ying, adiknya.
Nama itu sontak membuat Xiao Yao jadi semakin bersemangat untuk memanah lagi. Namun kali ini tanpa arahan Bei dan juga tampak jelas kalau dia lagi emosi gara-gara mendengar nama Yi Ying, Xiao Yao jadi gagal lagi.
Dia jadi kesal. Bei pun cepat-cepat menghentikannya, menyadari kalau pikiran Xiao Yao sudah tidak fokus. Kalau diteruskan, lama-lama perasaan Xiao Yao akan jadi semakin memburuk. Jadi sebaiknya, latihan hari ini selesai sampai di sini saja. Apa Xiao Yao tertarik untuk lanjut belajar memanah dengannya?
Dia bersedia mengajari Xiao Yao asalkan Xiao Yao mau menemaninya menghilangkan kebosanan. Caranya?... salah satunya adalah dengan menuntut Xiao Yao untuk mentraktir ya makan sebagai balasan atas ajarannya hari ini.
Xiao Yao tidak tahu apa niatan Bei yang sebenarnya. Tapi apa pun itu, Xiao Yao berani mengambil resiko, jadi dia menyatakan bersedia.
Mereka lalu mendatangi sebuah kedai langganan Bei. Malah pemilik tempat itu sudah hafal kalau Bei sering membawa berbagai cewek kemari.
Namun makanan di kedai ini memang enak dan Xiao Yao langsung menyukainya. Bei langsung menyombong bahwa dia mengetahui semua tempat seru dan teman makan terenak di kota ini.
Xiao Yao sinis mendengarnya, dia percaya. Playboy cap kadal macam Bei pastinya harus selalu putar otak untuk menyenangkan para wanita yang disukainya.
"Setelah bertemu denganmu, aku baru tahu kalau segala sesuatu di masa lalu terjadi agar aku bisa menyenangkan hatimu hari ini," gombal Bei sambil memberi sepotong daging untuk Xiao Yao.
"Kemampuanmu untuk menyenangkan hati wanita bahkan lebih hebat dari teknik memanahmu," sindir Xiao Yao. Namun melihat Bei benar-benar perhatian, bahkan memberinya roti bagian yang paling bagus untuknya, Xiao Yao mulai yakin kalau Bei memang bukan Xiang Liu.
Di kediaman Tushan, Jing sedang merindukan Xiao Yao saat mata-matanya Jing di Kota Xiyan mengirim kabar bahwa Xiao Yao belakangan ini berhubungan dekat dengan Fangfeng Bei. Keduanya bahkan berjalan bersama di luar tanpa menghindari orang lain, makan bersama, menonton pertunjukkan bersama, mereka juga sering berkeliling gunung sepanjang hari.
Seketika itu pula ucapan Xiao Yao di kapal waktu itu, terngiang kembali dan itu sontak membuatnya cemas, takut Xiao Yao benar-benar sudah melupakannya dan move on dengan pria lain. Cemas, Jing pun bergegas pergi.
Bersambung ke episode 23
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam