Sinopsis Lost You Forever Episode 20 - Part 2

Tak lama kemudian, mereka semua berkumpul di kabin kapal pesiar. Yi Ying duduk di sebelah Jing, bukan cuma karena dia masih tunangannya Jing, tapi lebih karena dia masih ngambek pada Hou.

Xin Yue duduk di sebelahnya Cang Xuan, jadi Xiao Yao duduk di sebelahnya Feng Long, dan begitu dia melepas topinya, Feng Long sontak tersepona eh terpesona. Pastinya Jing memperhatikan itu dan jadi khawatir karenanya.

Apalagi Feng Long perhatian banget sama Xiao Yao, mengira Xiao Yao tidak kuat minum, jadi dia menyarankan Xiao Yao untuk minum arak buah yang lebih ringan. Jing jadi semakin galau karena tak bisa berbuat apa-apa.

Lalu kemudian Yi Ying sengaja mau menyuapi Jing dengan segelas arak, bukan karena dia mau berromantis ria bersama Jing, melainkan untuk membuat Hou cemburu. Jing jelas tidak mau, tapi tidak bisa menolak juga. 

Akhirnya dia cuma mengambil gelas itu dan meminumnya dengan tangannya sendiri sambil melirik Xiao Yao dengan resah.

Tak lama kemudian, Feng Long tiba-tiba nyebur ke laut, katanya mau menangkap ikan. Hou tiba-tiba ikutan menyusul nyebur ke laut sambil diam-diam memberi tatapan penuh arti pada Yi Ying. Maka Yi Ying pun langsung menyusul beberapa menit kemudian.

Jing menolak ikut dengan alasan mau meredakan mabuk. Tinggal berdua saja dengan Cang Xuan di dek bersama Cang Xuan, Xin Yue mendadak mencoba menggoda Cang Xuan dengan mengajaknya ikutan nyebur ke laut.

Cang Xuan mengaku tidak bisa berenang. Oh tidak masalah, Xin Yue bisa mengajarinya berenang dan langsung menyudutkan Cang Xuan ke tepi kapal. Tepat saat itu juga, Cang Xuan melihat Jing sedang mendekati Xiao Yao. Lalu tiba-tiba saja Xin Yue mendorongnya nyebur ke laut bersamanya. 

Semua orang sudah nyebur ke laut, Jing dan Xiao Yao akhirnya bebas berduaan. Xiao Yao langsung sinis menyindir Jing yang cuma berani mendekatinya saat semua orang sudah pergi.

"Di hadapan semua orang, kau adalah Tuan Putri Haoling. Namun sekarang kau bukan."

Xiao Yao tiba-tiba meletakkan secangkir arak ke tangan Jing sambil bertanya cemburu tentang bagaimana rasanya disuapi orang. Cemas, Jing meyakinkan Xiao Yao kalau dia tidak meminum arak yang disuapkan Yi Ying. Xiao Yao masa bodo, pokoknya dia juga mau disuapi. Jing mau menyuapinya atau tidak? Tentu saja Jing mau dan dengan senang hati menyuapinya. 

 

Tiba-tiba Xiao Yao merasa tak enak badan setelahnya, sepertinya dia agak mabuk laut. Jangan khawatir, Jing punya minyak angin yang dia buat sendiri dari resep obatnya Xiao Yao yang pernah dia pelajari dulu.

"Kau tidak melupakan apa yang kuajarkan."

"Au selamanya tidak akan lupa tentang semua hal yang kau ajarkan."

"Saat minum di kabin perahu tadi, apa kau merasa tidak nyaman?"

Jing mengaku iya. Dia merasa sangat tidak nyaman saat Feng Long perhatian pada Xiao Yao. Bagus itu, Xiao Yao justru sangat puas saat melihat Jing merasa tidak nyaman.

"Mendengar kau merasa puas karena melihatku tidak nyaman, aku sangat senang," aku Jing. (Pfft!)

"Aku bersedia peduli padamu, tapi aku tidak ingin peduli padamu karena Fangfeng Yi Ying. Benda sebagus apa pun, jika sudah tidak layak, aku akan tetap membuangnya," tegas Xiao Yao penuh arti.

Cemas karena memahami maksud ucapannya, Jing meyakinkan Xiao Yao kalau Yi Ying tidak mungkin mencintainya, meyakini kalau sikap Yi Ying padanya tadi pasti hanya karena statusnya dan keuntungan yang akan dia peroleh jika mereka menikah.


"Kalau dia tidak menginginkanmu, kau kembali dan menjadi Ye Shi Qi milikku saja."

Ah! Xiao Yao baru sadar sedetik kemudian kalau mereka sudah sama seperti dulu. Dia sudah mengatakan sesuatu yang bodoh. Jing menyangkal, ucapannya tidak bodoh, Jing justru senang karena Xiao Yao masih mau bicara seperti ini kepadanya.

Hanya saja tempat ini bukan Kota Qingshui, dan Xiao Yao juga sudah bukan Wen Xiao Liu lagi. Jing mengaku bahwa dia ingin melamar Xiao Yao secara terang-terangan dan terhormat, karena itulah, dia meminta Xiao Yao untuk memberinya waktu untuk menyelesaikan masalahnya lebih dulu agar nantinya dia bisa berdiri di depan Xiao Yao secara terang-terangan.

"Aku ingin memperkenalkanmu secara terang-terangan pada Ayahanda."

"Tolong jaga hatimu untukku."

Xiao Yao sontak sinis, Jing benar-benar licik. Jing memberinya arak plum hijau sebagai isyarat secara tidak langsung untuk mengingatkannya akan janji di antara mereka berdua. Di satu sisi, Jing berkata kalau dia tidak berani berharap. Namun di sisi lain, Jing juga tidak mau melepaskannya.

"Maaf, aku tahu kau pantas mendapatkan yang lebih baik. Namun, aku tidak bisa menyerah."

"Aku mengerti."

"Kau tidak mengerti."

"Aku memang tidak mengerti. Namun, aku harus mengatakan sesuatu untuk menghiburmu, kan?"

"Sebenarnya, memberimu arak plum hijau bukan hanya karena aku punya maksud tersendiri. Aku ingin saat kau menerima arak pum hijau itu, kau akan tahu aku sedang merindukanmu."

Pfft! Xiao Yao sontak tersipu malu mendengarnya. Jing malah tambah menggodanya sampai muka Xiao Yao memerah dan tidak berani lagi menatap Jing (Pfft! Mereka imut sekali).

Di tempat lain, Hou berduaan dengan Yi Ying di sebuah pulau terpencil. Yi Ying masih ngambek, namun dengan cepat dia luluh, apalagi Hou juga pintar merayu. 

Jelas dari interaksi mereka, jauh sebelum Yi Ying bertemu Jing, mereka berdua sudah saling mengenal lebih dulu. Malah sepertinya, Hou yang merayu Yi Ying lebih dulu padahal jelas saat itu Yi Ying sudah bertunangan dengan Jing.


Hou meyakinkan Yi Ying bahwa saputangan itu adalah pemberian dari mata-matanya yang berada di sisi Jing. Dia meyakinkan Yi Ying bahwa si mata-mata itu bukan apa-apa baginya, dia cuma alat yang dia manfaatkan untuk memata-matai Jing. Hatinya hanya untuk Yi Ying seorang.

Yi Ying sebenarnya sudah tidak tahan harus bersama Jing terus menerus, tapi Hou dengan lihainya meyakinkan Yi Ying untuk bersabar sampai rencananya berhasil, baru setelah itu mereka bisa bersama selamanya.

Hari sudah mulai petang saat Xin Yue dan Cang Xuan kembali ke kapal. Yi Ying berbohong kalau tadi dia main sendiri melihat terumbu karang di dasar laut. Hou mendadak baru muncul dari laut dengan membawa sebuah batu merah berlumuran darah.

Dia mengaku bahwa tadi dia membvnvh seekor monster ikan dan mengambil pil ikan dari dalam tvbuhnya. Xin Yue langsung antusias meminta pil ikan merah itu, tapi Hou menolak dengan alasan pil itu berguna baginya sendiri. Hmm, namun yang tidak disadari semua orang, Hou jelas bermaksud memberikan pil ikan merah itu pada Yi Ying.

Xiao Yao penasaran itu apa. Jing langsung semangat menjelaskannya. Benda itu bisa dijadikan perhiasaan dan aksesoris, tapi juga bisa digunakan untuk menempa senjata dan juga bisa dijadikan bahan obat. Bisa sangat berguna untuk membantu pernapasan dan memperpanjang waktu menyelam. 

Pil ikan ada beberapa jenis berdasarkan beberapa warna. Ada pil ikan merah, ungu dan juga kuning. Namun kebanyakan pil ikan berwarna campuran. Pil ikan murni tanpa campuran seperti yang dapatkan Hou tadi adalah pilihan terbaik, namun sangat langka dan sangat jarang bisa ditemukan.

Wah! Pengetahuannya sangat luas dalam bidang ini, Xiao Yao seketika semakin kagum pada Jing. Namun tak ada seorang pun yang menyadari keanehan tatapan mereka kecuali Cang Xuan yang tampak jelas tidak senang dan cemburu.

Menyadari Xiao Yao sepertinya menyukai benda itu, Feng Long berinisiatif mau meminta bantuan kakeknya untuk mencarikan yang serupa untuk Xiao Yao, tapi Xiao Yao langsung menolaknya dengan sopan, meyakinkan Feng Long kalau dia cuma penasaran saja kok tadi. 

Semua orang agak melankolis, karena ini malam terakhir mereka bersama. Entah kapan mereka bisa bertemu kembali. Namun jika mereka masih berjodoh, takdir pasti akan mempertemukan mereka kembali.

Pulang ke istana, Cang Xuan langsung penasaran apakah tadi Xiao Yao dan Jing bersenang-senang. Xiao Yao mengaku kalau dia dan Jing cuma ngobrol sebentar, eeeh... malah Cang Xuan yang sepertinya bersenang-senang dengan Xin Yue tadi. Sepertinya Xin Yue cukup serius pada Cang Xuan.

Cang Xuan mengingatkan bahwa Xin Yue menggodanya hanya karena dia Pangeran Xiyan. Kalau dia orang biasa, bahkan sekalipun Xin Yue sangat menyukainya, tetap saja tidak mungkin Xin Yue akan bermain dengannya.

Namun biarpun dia yakin akan niatan Xin Yue terhadapnya, dia juga tidak menolak Xin Yue karena statusnya Xin Yue. Bahkan sekalipun dia benci, dia tidak boleh menyinggung (ucapannya ini tentang Xin Yue). Bahkan sekalipun suka, dia tidak boleh mendekati (kalau yang ini jelas tentang Xiao Yao).

Cang Xuan jelas sedih karena situasinya ini, namun dia sadar kalau semua ini adalah harga yang harus dia bayar agar bisa kembali ke Gunung Xiyan. Dia ingin kembali ke Puncak Zhaoyun pada hari peringatan kematian Bibi (Ibunya Xiao Yao) tahun depan.

Xiao Yao juga ingin pulang, sudah ratusan tahun dia tidak menyembahyangi ibunya. Cang Xuan juga sama, sudah bertahun-tahun dia tidak pulang, entah sudah jadi seperti apa makam leluhur mereka sekarang setelah ditelantarkan begitu lama. Cang Xuan yakin kalau para pamannya tidak mungkin mengurusnya.

"Cang Xuan, kita pulang ke rumah bersama."

"Baik, pulang ke rumah bersama," ujar Cang Xuan sembari menggenggam tangan Xiao Yao.

Xiyan sangat bertolak belakang dengan Haoling. Haoling penuh dengan hangatnya cahaya dan warna-warni bagai musim semi abadi. Sedangkan Xiyan sangat suram dan dingin bagai musim dingin abadi.

Xiao Yao terlebih dulu mengirim surat pada kakek mereka, Raja Xiyan, untuk mengabarkan kepulangannya. Namun para paman jadi gelisah. Beberapa menteri mengusulkan agar menyambut kedatangan Xiao Yao sebagai tamu negara. 

Namun seorang pejabat yang memihak para paman, tak menyetujuinya. Namun saat Raja Xiyan mengamuk, seorang paman akhirnya mengusulkan untuk menyetujui Xiao Yao disambut sebagai tamu negara asalkan tidak melampaui aturan.

Jadilah Xiao Yao dan Cang Xuan pergi bersama ke Xiyan dengan arak-arakan cukup meriah sebagai tamu negara. Beberapa paman yang menyambut kedatangan mereka di gerbang istana, jelas tidak senang. Bukan karena mengkhawatirkan Xiao Yao, melainkan karena Cang Xuan juga ikut. Namun mereka berusaha menahan diri hanya karena takut pada Raja Xiyan.

Bahkan yang mereka sambut dan mereka sapa cuma Xiao Yao seorang, Cang Xuan benar-benar diabaikan seolah dia tidak ada. Para paman bahkan mengklaim bahwa Raja Xiyan tidak memanggil Cang Xuan, jadi dia tidak perlu bertemu Raja Xiyan.

Mengabaikan mereka, Xiao Yao langsung saja menggandeng Cang Xuan dan membawa Cang Xuan memasuki pintu gerbang istana bersamanya, namun para penjaga gerbang tiba-tiba saja menghadang mereka.

Bersambung ke episode 21

Post a Comment

0 Comments