Recap My Lethal Man Episode 10 & Episode 11

Di saat kritis seperti ini, Man Ning harus berusaha keras memutar otaknya untuk memikirkan dan menebak password-nya. Percobaan pertama dan kedua gagal (ya iyalah, masa password pakai tanggal ultah? Gampang amat).

 

Man Ning jadi tambah panik, tapi untungnya di saat ini, akhirnya dia ingat saat Xin Yan menyuruhnya untuk membuka ponselnya dengan kata sandi 1121, itu adalah tanggal kematian orang tua Xin Yan. Man Ning langsung mencoba empat angka itu, dan walah! Berhasil! 

Tapi dia masih harus menginformasi identitasnya. Tentu saja dia tidak bisa pakai sidik jari, tapi untungnya sistem keamanan memakai sistem pemindai kornea mata, dan Man Ning memiliki kornea matanya Xin Yan sehingga dia bisa membuka sistem keamanan gudang dengan mudah dengan kornea matanya Xin Yan. Jelas saja semua ini membuat Tang Lin dan Mu Fan jadi kebingungan.

Setelah segalanya sudah beres, Man Ning akhirnya bisa kembali ke kantornya dengan lesu dan langsung memeluk Xing Cheng. Xing Cheng pun langsung membopongnya ke meja lalu menc1vmnya mesra.

Man Ning ketiduran begitu mereka tiba di rumah, Xing Cheng hampir tergoda saat tengah membuka seatbelt-nya Man Ning, tapi dia menahan diri lalu membopong Man Ning dengan lembut keluar dari mobil.

Man Ning terbangun saat Xing Cheng menyapa Kakek dan jelas saja dia malu dilihat Kakek, tapi Xing Cheng menolak menurunkannya. Bahkan sesampainya di kamar, Xing Cheng juga membantunya melepaskan sepatu high heels-nya, lalu menyelimutinya.

 Dia mau langsung pergi setelahnya, tapi Man Ning dengan cepat menarik tangannya dan memintanya untuk tetap tinggal menemaninya. Xing Cheng setuju dan Man Ning pun langsung membaringkan kepalanya di pangkuan Xing Cheng.

Man Ning khawatir, jelas-jelas Tang Lin tadi menargetnya, sepertinya Tang Lin mencurigai identitasnya. Apakah mungkin Tang Lin sudah mengetahui rahasia mereka? Xing Cheng juga menyadari itu, tapi demi menenangkan Man Ning, dia sengaja meyakinkan Man Ning bahwa Tang Lin tidak mungkin mengetahuinya.

 Tapi Man Ning penasaran akan satu hal, saat Xin Yan mati karena menyelamatkannya, Xing Cheng pasti sangat membencinya. Xing Cheng dengan manisnya meyakinkan bahwa semua itu bukan salah Man Ning.

Kejadian itu terjadi karena kemiripan wajah mereka, tapi siapa juga yang bisa tahu kalau akan kejadian seperti itu. Mengenai transplantasi kornea mata, itu adalah keputusan Xing Cheng sendiri untuk Man Ning.

"Xin Yan sudah pergi, tapi kau harus hidup dengan baik."

"Aku akan hidup. Aku akan hidup dengan baik. Aku akan membantu Xin Yan dan membantumu mendapatkan apa yang kau inginkan," janji Man Ning. Tapi... "kita akan selalu bersama, iya kan? Kau bilang kau akan memberitahu segalanya."

Xing Cheng tidak punya jawaban untuk pertanyaan pertama Man Ning, tapi dia janji akan memberitahu Man Ning segalanya tapi tidak sekarang. Biar dia menyelesaikan urusan dengan Tang Lin, setelah itu, dia akan memberitahu Man Ning.

Mu Fan ingin mempercayai bahwa orang itu beneran Xin Yan, tapi Tang Lin terus menghasutnya untuk mencurigai wanita itu, meyakinkannya bahwa jika wanita benar-benar bukan Xin Yan yang asli, maka mereka akan kehilangan Lanhai ke tangan orang asing.

Pokoknya dia bertekad akan membongkar kebohongan Xin Yan palsu lalu mendapatkan Xing Cheng. Tidak masalah kalau Mu Fan tidak mau membantunya.

Malam itu, Xin Yan lagi-lagi bermimpi buruk, memimpikan kecelakaan maut itu dan jelas dari mimpinya kali ini ini bahwa kedua orang tua Xin Yan, ternyata juga orang tuanya Xing Cheng, jadi dia adalah saudaranya Xin Yan, dan hanya dia satu-satunya di keluarga mereka yang bertahan hidup.

Man Ning mendadak terbangun gara-gara kepanikan Xing Cheng dalam tidurnya. Cemas, Man Ning berusaha membangunkannya, tapi Xing Cheng masih terperangkap di dalam mimpi buruknya. 


"Xing Cheng, jangan takut. Aku ada di sini. Xing Cheng, dengarkan aku. Aku akan menemanimu, aku akan melindungimu. Selama ada aku, tidak akan ada yang bisa menyakitimu. Yan Xing Cheng, ikut aku. Yan Xing Cheng, ikut aku."

Suara Man Ning itulah yang akhirnya membangunkan Xing Cheng dari mimpi buruk itu. Syukurlah, Man Ning pun lega.

Keesokan harinya, Xing Cheng langsung memerintahkan Yuan Shuai untuk kembali ke Italia dan mengamankan dokter yang dulu menangani Xin Yan dan Man Ning. Tang Lin pasti sedang menyelidiki mereka, karena itulah mereka harus menyiapkan segalanya dengan baik sebelum Tang Lin bertindak. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun atau mereka semua akan hancur.


Hmm, sayangnya, Xing Cheng tidak memperhitungkan hal-hal yang ada di dalam negeri lebih dulu... Keluarganya Man Ning. 

Pada saat yang bersamaan, Ibunya Mei Na mendapatkan pesanan minuman dalam jumlah besar, entah dari siapa, untuk dikirim ke perusahaan tempat kerjanya Mei Na dan Ayahnya Man Ning membantunya.

Di sisi lain, Man Ning juga agak ceroboh. Dia bukannya bekerja, malah asyik menggambar sampai tidak sadar kalau Mu Fan datang dan jelas keheranan melihatnya menggambar bagai seorang ahli seni.

Bahkan saat Mu Fan menyerahkan laporan desain terbaru, dia malah keceplosan berkata bahwa dia tidak mengerti dan butuh menunggu Xing Cheng. Dia baru sadar sedetik kemudian dan buru-buru berakting mau mempelajari dokumen itu.

Mu Fan benar-benar bingung. Dia jelas melihat banyak keanehan dari 'Zhuang Xin Yan' di hadapannya ini, tapi tidak mungkin kan wanita ini Shen Man Ning? Maka kemudian, dia memutuskan untuk mengetes Man Ning dengan menyerahkan pensil gambar ke dia dan memintanya untuk memperbaiki apa-apa yang salah dari gambar desain ini.


Man Ning sama sekali tidak curiga dan hampir saja menggunakan kemampuan teknik menggambarnya, tapi untungnya Xing Cheng muncul saat itu dan langsung cepat-cepat mengusir Man Ning keluar dengan alasan kalau dia dipanggil Kakek.

Jadilah Man Ning keluar sendirian, tapi malah kaget melihat Mei Na dan Ibunya Mei Na ada di lobi. Man Ning tegang banget, tapi untungnya ada Fang Xiang yang diam-diam membantunya dan mengingatkannya untuk tetap tenang. 

Tapi kemudian, Man Ning malah berhadapan dengan ayahnya yang baru datang dan jelas saja dia jadi semakin tegang. Apalagi Ayah juga membawa anjing peliharaan keluarga mereka dan anjing itu mengenali Man Ning.

Siapa lagi pelaku kejadian ini kalau bukan Tang Lin. Bahkan sekarang dia lagi asyik menonton drama pertemuan keluarga ini melalui video call dengan orang suruhannya yang bersembunyi di sekitar lobi dan diam-diam merekam kejadian ini.

Man Ning gemetaran hebat sehingga Fang Xiang harus segera menyelamatkannya dari situasi ini. Dia diam-diam membisiki Man Ning untuk menenangkan diri sampai akhirnya Man Ning bisa kembali berakting, walaupun masih agak gemetaran dan agak terbata-bata, memberitahu Ayah bahwa Ayah salah orang, dia Zhuang Xin Yan.

Tapi dia benar-benar tidak bisa berakting dengan lancar di hadapan ayahnya, apalagi tanpa adanya Xing Cheng yang melindunginya. Dia hampir goyah saat Ayah memanggilnya 'Putriku'. Untungnya ada Fang Xiang yang buru-buru menariknya pergi. Bahkan saat anjingnya Ayah tiba-tiba mengejar Man Ning, Fang Xiang sigap pasang badan dan jadilah dia digigit si anjing.

Ayah ngotot tak percaya kalu dia bukan putri yang dia besarkan selama lebih dari 20 tahun, tapi untungnya saat itu juga, Kakek Zhuang muncul dan memberitahu ayah bahwa dia adalah cucunya, namanya Zhuang Xin Yan.

Kakek sama sekali tidak curiga apa pun, malah meyakini bahwa cucunya dan Putrinya Ayah wajar saja sangat mirip. Begitu banyak manusia di bumi ini, wajar saja kalau kita punya kembaran.

Ayah sebenarnya masih sangat ragu, apalagi putrinya selama ini tidak pernah ada kabar dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Maka kemudian, atas saran Ibunya Mei Na, Ayah mencoba menghubungi Man Ning lagi, dan syukurlah kali ini diangkat sama Man Ning.

Saat Ayah menanyakan di mana dia berada, Man Ning dengan terpaksa berbohong bahwa dia masih di Italia dan syukurlah Ayah percaya. Tapi Man Ning benar-benar merasa bersalah hingga dia tak kuasa menahan tangisnya. Untungnya Ayah tidak curiga dan hanya berpikir kalau putrinya cuma merindukan rumah.

Man Ning masih terus menangis setelah menutup telepon sampai dia tidak menyadari kehadiran Kakek. Untungnya Kakek juga tidak curiga dengan alasannya menangis dan hanya berpikir kalau Man Ning menangis karena bertengkar dengan Xing Cheng.

Xing Cheng membawa Mu Fan ke markasnya. Karena Xing Cheng masih saja bertele-tele, jadi Mu Fan langsung saja to the point mengonfrontasi Xing Cheng karena dia yakin kalau Xing Cheng sebenarnya adalah Yan Yi... saudaranya Xin Yan yang dulu hilang pasca kecelakaan (Hah? Jadi nama aslinya Yan Yi? Terus kenapa marganya bisa beda dari Xin Yan?), dan juga kecurigaannya tentang Xin Yan yang sebenarnya adalah Shen Man Ning.

Xing Cheng akhirnya jujur tentang identitas aslinya dan langsung melepaskan cincin jari telunjuknya yang selalu dia pakai, yang ternyata untuk menutupi bekas luka. Bekas luka itu dulu disebabkan oleh Mu Fan saat mereka asyik bermain saat mereka masih kecil.

Mu Fan langsung mau pergi untuk memberitahu semua orang, tapi Xing Cheng dengan cepat memelintirnya dan mengancam akan membungkam mulutnya selama-lamanya kalau dia berani macam-macam.

Dia membenarkan bahwa wanita itu memang benar Shen Man Ning, dan dia terpaksa membawa wanita itu kemari untuk pura-pura menjadi Zhuang Xin Yan karena Zhuang Xin Yan yang asli sudah mati, dibunuh oleh orang dalam Keluarga Zhuang. Dia terpaksa melakukan ini semua demi mencari dalangnya.

Mu Fan ngotot menolak mempercayainya, bersikeras mau memberitahu semua orang. Terpaksalah Xing Cheng harus memukulnya sampai pingsan.

Tidak bisa tidur, Man Ning mendapati Kakek sedang merenung di rumah bunga, tampak sedih menatap semua tanaman di sana yang tidak tumbuh dengan baik. Kakek menyadari rumah ini penuh dengan energi gelap, tertutupi oleh begitu banyak keegoisan sehingga sinar mentari susah masuk, membuat para penghuninya jadi sesak dan tidak bisa bernapas, termasuk tanaman-tanaman ini. 

"Bunga harus mekar di bawah sinar matahari. Tidak bisa dipaksakan. Untuk apa dipaksakan?" renung Kakek sedih sebelum kemudian memutuskan untuk pergi.

Merenungkan kata-kata Kakek itu, Man Ning seketika bersemangat untuk menyelamatkan bunga-bunga itu, bertekad tidak akan membiarkan tanaman-tanaman itu mati begitu saja. Dia begitu fokus sampai tidak menyadari kehadiran Xing Cheng yang menatapnya dengan terpesona.

Saat dia hendak menyiram tanaman, letak selangnya ternyata ketinggian sehingga dia susah menjangkaunya. Saat itulah Xing Cheng menampakkan diri untuk membantunya mengambil selang dan sigap pasang badan melindunginya saat airnya tiba-tiba menyembur dari selang, dan jadilah mereka saling menatap dengan penuh cinta di bawah siraman air keran.

 Xing Cheng benar-benar romantis malam ini. Bahkan saat Man Ning sedang cuci tangan, Xing Cheng tiba-tiba muncul memeluknya dari belakang untuk membantunya cuci tangan. Sekalian beralasan rambutnya masih basah hanya supaya Xing Cheng membantunya mengeringkan rambut, dan Xing Cheng dengan senang hati melakukannya.

Man Ning begitu larut dalam suasana sehingga dia langsung menutup mata, mengira Xing Cheng bakalan menciumnya, padahal nggak. Wkwkwk! Man Ning kan jadi malu.


Keesokan harinya, Tang Lin mendadak datang, pastinya dia datang bukan untuk sekedar bertamu, melainkan datang dengan membawa rencana licik lainnya untuk mengungkapkan identitas Man Ning yang sebenarnya.

Kali ini dengan cara menyajikan mango sticky rice untuk Man Ning karena dia tahu bahwa Man Ning alergi mangga. Dari mana dia tahu? Dari Ibunya Mei Na yang dengan polosnya percaya-percaya saja saat ada beberapa orang mendatanginya dan menanyainya tentang makanan kesukaan putri-putrinya dengan alasan melakukan survei.

 Man Ning sontak gemetar galau begitu makanan itu tersaji di hadapannya. Tapi kalau dia tidak memakannya, sudah pasti Tang Lin dan yang lain bakalan curiga, jadi terpaksa dia memaksakan diri untuk memakannya.

Di Italia, Yuan Shuai baru tiba di rumah sakit tapi malah mendapati dokter yang dulu mengoperasi mata Man Ning, pingsan dan kantornya di obrak-abrik. Dokter dengan lemah menyuruh Yuan Shuai untuk segera pergi ke ruang rekam medis, dia khawatir orang-orang itu akan mencuri data-data kedua gadis itu.

Yuan Shuai sontak pergi ke sana dan memergoki para perampok itu sedang beraksi, sontak saja para perampok itu langsung menyerang Yuan Shuai.

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

0 Comments